“Aku akan bergabung denganmu, jadi siapa orang pertama yang harus kubunuh?”
Langkahku terhenti.
Sialan. Berandalan itu benar-benar menggangguku, bahkan setelah dia tak berada di sisiku lagi. Padahal dia yang seharusnya menjadi algojoku, harusnya dia tetap berada disampingku untuk membantuku balas dendam. Ternyata dia sama saja dengan kebanyakan orang yang kutahu.
Pada akhirnya dia juga meninggalkanku. Benar-benar memuakkan.
Tidak masalah, jika tidak ada seorangpun yang membantuku. Aku akan melakukan semuanya sendirian. Tidak apa jika aku harus kembali melakukan semuanya sendirian lagi, aku akan menjadi algojonya. Aku akan menjadi algojo bagi diriku sendiri.
Tidak peduli kesakitan dan kesedihan apa yang akan kuhadapi nanti. Aku akan menghancurkan dunia ini seorang diri. Aku akan menjadi orang terakhir yang berdiri dan bertahan di atas kepala ketidakadilan yang terpisah dari tubuh-tubuhnya.
Ini sama sekali bukan masalah besar. Tidak apa jika aku kembali merasakan kesepian. Tinggal di kota yang membuatku kehilangan akses dengan bintang, itu adalah hal yang wajar. Bagaimana pun juga, manusia adalah anak-anak dari bintang yang terpecah di angkasa raya.
Kesepian ini bukanlah apa-apa.
Hari ini, di mana aku bisa melihat satu bintang besar yang sedang bermesraan dengan sepotong bulan sabit di atas sana, aku tidak akan pernah melupakannya. Aku tidak akan lagi melupakan tujuanku berada di dunia ini. Aku akan tetap berdiri di planet busuk ini sampai akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H