"Eh, kenapa menyukai?"
"Aku memang menyukainya dari awal, tapi bodohnya aku malah mulai bermain menjadi temannya. Aku rasa aku akan mengatakannya pada orang itu." Aku merasa tidak bisa menahan diriku.
"Kalau menurutmu itu yang terbaik, tidak apa."
Kata-kata itu, jawaban itu. Entah kenapa itu berhasil membuatku yakin melakukan semuanya. Aku mengangkat wajahku.
"Baiklah, Dekka. Aku akan mengatakannya."
"Terima kasih, Dekka." Aku tersenyum.
"Yosh!!" Katanya sembari tersenyum tipis. Ah, banyak hal yang berubah selama enam bulan ini. Dia bahkan bisa sedikit tersenyum. Aku harap dia bisa tersenyum seperti ini pada semua orang. Aku menarik napas panjang.
Mengepalkan tanganku dan kembali menunduk. Aku harus bisa mengatakannya.
"Maaf sudah berbohong padamu selama ini."
"Aku bersyukur karena kamu adalah, Dekka. Bukan orang lain." Lanjutku.
Aku kembali mengangkat wajah ini. Aku harus menampilkan senyum terbaikku untuk seseorang yang sudah mulai belajar tersenyum.