Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Seperti Malam

19 Agustus 2017   10:40 Diperbarui: 19 Agustus 2017   11:11 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak bisa melanjutkannya. Kebohongan ini. Aku mulai lelah berbohong. Ini semua menguras tenagaku. Sudah enam bulan semenjak kebohonganku bermula.

Memang benar, sekarang aku bisa akrab dengannya. Kami berteman baik. Kami selalu bertemu dan menceritakan banyak hal - yang sebenarnya tidak terlalu penting - tentang hidup kami. Bahkan saat tidak bertemu, kami tetap berkomunikasi dengan gadget kami. Setiap hari, dari kami mulai bangun tidur sampai kami menjelang tidur lagi. Aku lelah dengan permainan ini. Aku penat dengan segala sandiwara yang ada.

Hari ini aku memutuskan untuk mengatakan kalau aku tidak bisa menjadi temannya lagi. Aku akan mengungkapkan kebohongan ini.

Angin masih berhembus tenang seperti saat itu. Saat mereka meniup gorden jendelaku dengan lembut. Aroma yang sama, kesejukan yang sama juga. Yang menjadi awal akan selalu menjadi akhir. Saat ini aku dan dia duduk di sebuah saung kecil. Dia terlihat sangat sibuk dengan bukunya. Ya, besok kami akan melaksanakan simulasi Ujian Nasional. Aku sama sekali tidak bisa maju jika belum menyelesaikan masalah ini.

Aku membolak-balik buku pelajaran dengan pikiran yang kacau. Tidak ada satu hal pun yang masuk ke otakku. Aku memandanginya dan mengambil napas berkali-kali. Aku harus mengatakannya hari ini.

"Dekka, aku ingin menanyakan sesuatu yang amat penting." Aku harus membuat intro pada percakapanku. Dia menoleh, mempersilakan.

"Menurutmu, kalau ada seorang teman yang berbohong pada temannya sendiri. Apakah itu masih bisa disebut dengan pertemanan?"

"Ya, mungkin saja. Kalau seorang teman itu mau jujur dan menjelaskan pada temannya." Jawabnya ringan, dia kembali membolak-balikkan bukunya.

"Walaupun kebohongan itu dimulai dari awal pertemanan mereka?" Aku mencoba mengalihkannya dari buku itu.

"Eh maksudnya? Aku tidak tahu kalau begitu." Dia menggaruk kepalanya.

"Aku lelah berbohong. Aku tidak mau lagi. Aku tidak mau menjadi temannya lagi. Aku menyukainya." Aku sedikit menunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun