dingin menyergap ketika sang surya belum juga beranjak dari peraduan
rintik air bermurah hati semalaman membuat pesonamu mudah masuk dalam bayangan
terasa masih gelap sementara ayam jago berkokok pun enggan
namun namamu hadir bergulung-gulung menyentuh mata yang masih terpejam
seperti magnet makin terpejam makin jelas hadirmu mengusik kekelaman
bermain di pelupuk mata merasakan sentuhan seolah nyata
aku teringat akan pintamu; buatkan puisi tentang aku
tak kupunya bahasa yang cukup mengungkapkan rasa
diam sebagai salah satu cara menghadirkan bayangmu dengan mudah
sebab ku tak pandai bersyair hanya demi menuangkan gundah
kau lebih dari pada rangkaian kata yang muluk tapi tak berkaidah
kau lebih indah dari lautan yang tampak seperti kemilau berlian
**
seperti pagi ini, dengan apa aku harus merinduimu
tak perlu kopi untuk menunjukkannya
seperti orang-orang yang berpuisi dengan paginya ditemani secangkir kopi
cukup aku sebut namamu dalam desahan nafasku
begitu kenangan akan dirimu hadir maka itu akan seperti racun
merasuki diriku yang tak akan mau lepas dari bayangmu
termasuk di dalamnya seringaimu yang kadang menyebalkan
sepagi itu rinduku
*
pagi 050319