Mohon tunggu...
Mia Wulandari
Mia Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan

Providentia Dei. Seorang Ibu dan masih karyawan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hasrat

17 November 2018   03:10 Diperbarui: 17 November 2018   03:47 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali bertemu, 

Pesonamu menghanyutkan nalarku lengkap dengan tebaran senyum menawan menggoda raga

Menggayut heningnya nuraniku seperti sang bayu merayu masuk pada jendela yamg tertutup

Dirasa sejuk jendela pun mengijinkan dan sang bayu mampu membawa angan kepada hasrat yang lama terkubur

Senja temaram kali pertama itu membuahkan perjumpaan demi perjumpaan tanpa sadar membuat jiwa ketagihan

Hingga pada suatu saat dimana pengorbanan dan kerelaan sebagai jawaban pada sebuah ajuan 

Dengan sadar, niat makin menggelora membayangkan kemesraan akan menjadi nyata

Kau hanya perlu mengguncang sedikit gunung yang tampaknya kokoh menjulang namun penuh lahar kehausan akan elusan

Tak perlu kau ragu mustinya ketika tiada tanda keraguan di mata penuh dahaga tak tertahan

Namun entah mengapa kesempatan itu berlalu begitu saja tanpa usaha yang membuat hampir putus asa

 Seribu satu pertanyaan berputar-putar namun tak satupun ada jawaban

Mungkin aku yang terlalu bodoh seperti orang kekenyangan terbius keenakan

Kini mau mati rasanya jika sampai nanti kutak bisa mencecap manisnya kehangatan

Maka masuklah hai penggoyah tembok, aku akan bentangkan permadani berwarna merah sebagai alas percumbuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun