Mohon tunggu...
Mia Diandry
Mia Diandry Mohon Tunggu... Pekerja Keras -

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[PlanetKenthir]Mengintip Babi Menguik, Anjing Mengkaing dan Rudal Ngamuk

8 Februari 2016   00:58 Diperbarui: 13 Februari 2016   15:09 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#LombaHumorPK

         Aku baru menginjak kelas IV di SDN Inpres Bertingkat Oeba 5 Kupang, letaknya tepat di atas bukit kecil belakang Asrama Brimob Kompi 5124 Kupang NTT, Asrama tempat tinggal sekaligus tempat pengabdian Bapakku. kala itu seperti biasa aku pulang sekolah di ajak Putu dan Indra teman sekelas yang juga tinggal se Asrama denganku, si Heri yang tinggal di barak atas Asrama Brimob udah pulang duluan tadi (biasa pergi dan pulang lewat gerbang belakang, karena dekat dari arah Asrama, bukan suka maen belakang di pojokkan sekolah kayak anak tetangga Herry Fz dan Langit Queen lho), namun beberapa langkah hampir mendekati gerbang belakang sekolah teriakan Nelly teman sebangku menghentikan langkahku, Putu dan Indra pun ikutan berhenti.....

       “Ateng, be mo ajak lu sebentar ee, ketong pi main di rumah Yunesti Tang, nanti be antar lu pulange..?!” Nelly memanggil nama tenarku dan merajuk membuat ku menatap Putu dan Indra silih berganti, meminta persetujuan dan anggukan keduanya membuat hatiku lega (mereka udah biasa dengan kebiasaanku yang kadang-kadang suka keluyuran pas pulang sekolah, karena mereka tau orang tuaku belum pulang kerja, Bapak pulang piket esok pagi, ibu pulang ngajar malam hari karena jam ngajar beliau pagi dan sore), tapi buru-buru aku nitip pesan ke mereka agar memberitahukan pada  Iban (panggilanku ke pembokat orangtuaku, nama aslinya Ibrahim, muslim dari Alor yang lama kerja di rumah) agar menjemput kedua adekku di SLB  dan di TK, dan mengurusnya karena mungkin aku akan telat pulang, udah jadi kebiasaan pula Nelly menyebut nama kami sesuai dengan kondisi tubuh kami, aku di panggil Ateng karena  tubuhku imut dan kecil eh pendek dan gokil seperti Almarhum Ateng sang pelawak wayang legendaris sedang Yunesti Tang di panggil lengkap dengan nama Fam nya sekaligus pernah tangannya kejepit tang sewaktu bantuin cabutin paku di kepala kuntilanak WC sekolah.....(hehehe......)

        Merekapun berlalu meninggalkan aku dan Nelly menuju ke Asrama yang letaknya pas di kaki bukit kecil tempat sekolahku berdiri. Buru-buru kamipun melangkah keluar melewati gerbang  depan sekolah menuju rumah Yunesti (teman sekelas juga yang ijin nggak masuk sekolah karena ibunya melahirkan).

       Rumah Yunesti letaknya di seberang lapangan badminton, seberang jalan yang berdekatan dengan barak atas Asrama Brimob, kami harus memutari lapangan dan melewati jalan itu untuk sampai di sana, tapi belum setengah perjalanan terdengar suara khas babi, saling bersahutan, kamipun terus berjalan seperti biasa, karena memang mayoritas penduduk wilayah Kota Kupang terutama sekitar Asrama beternak babi, nah semakin dekat kandang babi sebuah rumah pinggir jalan, semakin sakit telingaku mendengarnya, agak aneh di siang ini kok berisik banget, kalau lapar sih biasa babi ribut juga, tapi ini kok beda banget suaranya aneh membuat kami tanpa perlu rapat Meja Bundar di Kantor DPR, nggak perlu berunding ke Linggar Jati (wong pohon Jati nya pada mengungsi ke hutan di Bima, karena yang ada di Kupang ya hutan pohon Cendana).

         Berhenti di depan kandang babi, aku dan Nelly pun mengintip,  pengen tau ada apa sih kok sampai berisik banget nih suara babi,......

“Nguik....nguikk....” Seekor Babi  jantan memanggil  si babi betina

“ Ngik...Ngik.....Nguik...nguik......” Dua babi betina nyahut

“Nguik....Nguik, Ngik......Ngik” Betina ke tiga nyahut dan Jantan kedua ngikut

       Sambil ber “ Ngik-Ngik” ria, para babi itu menghadap ke  arah luar kandang , ke bawah sebuah pohon ketapang  depan  rumah yang sepertinya pemilik  kandang babi ini, masih bernyanyi ngik, para babi itu menatap lama ke arak pohon ketapang itu, ada dua pasang babi yang sedang dalam posisi “dongko“ , aku dan Nelly saling menatap ke arah dua pasangan babi itu yang kayaknya asyik banget ber”dongko” ria,

“Lho kok babi itu main kuda-kudaan sih...?!” tanyaku heran

“Iya, babi yang atas goyang-goyang lai, be son dengar orang stel lagu eee, hei Ateng...lu ada dengar ko “ sambil tangan kiriku di sikut Nelly keras

“Hah, tu babi yang sebelah lagi tu jahat eeee, dia naik babi di bawah karmana eee, dia pikir son berat dia pung badan eee...” Aku pun ikut jengkel  ngeliat sepasang babi  di sebelahnya yang sama main kuda-kudaan, kami dan para babipun masih sama- sama menatap ke arah yang sama

“Ateng, lihat di sana, di bawah pohon ketapang....” sambil menunjuk, suara kencang Nelly membuatku kaget, sontak aku pasang  jurus mata Robocop, biar makin tajam tatapan mataku,

       Kamipun sejenak diam membisu tanpa sekalipun merasakan suara sahutan babi men”ngik itu yang makin kencang mencetar eh menggetarkan goyangan babi-babi yang masih main kuda-kudaan. Tak begitu jauh nampak seekor anjing kecil di tindih oleh seekor anjing besar,  seakan menahan sakit melengking suara teriakannya

“Kaing....kaing....kaing.....kaing...” suara anjing kecil yang tertindih anjing besar

“Hhrrrr...hhrrrrr......ggrrrr” Suara anjing besar menyahut

       Kami masih mematung, tak melihat para babi yang tepat di depan kami saling berganti posisi dan tak mendengar suara ngik-ngik para babi yang malah semakin asyik, kami masih heran melihat kedua anjing di sana yang sekarang ganti posisi seperti babi tadi, nah lho....???

“Kok anjing itu sekarang main kuda-kudaan sih Nelly...? Aku bertanya ke Nelly di sebelahku tapi mata tetap ke anjing

“Tu anjing besar jahat skali eeee, anjing kecil su teriak-teriak minta ampun, dia masih goyang-goyang  disco....”Nelly ikut nimbrung

“Eh kok malah brigdance, roll back roll tu anjing berdua, sambil teriak-teriak lagi, ada dengar paman Jacko (Michael  Jackson) nyanyi nggak...???

Ngik-ngik...kaing...kaing...Ggrr....hhhrrr......suara babi dan anjing kian seru terdengar, akhirnya.....

“Ribut skali ee, babi, anjing pung gilaaaaaa,  be son dengar, Ateeeeengg..., be mo lempar  tu anjing sekarang sa...!! “ Sambil memungut kerikil di tanah, Nelly pun melempari batu ke arah anjing dengan kencang, sepasang anjingpun merenggang badan dan berlarian sambil terkaing-kaing, dan akhirnya para babipun bak di sumpal.....berhenti dari ocehan “nguik” nya tapi masih ngos-ngosan duduk dan berbaring di lantai kandang.

       Kamipun sadar, lama di pinggir kandang, akhirnya melanjutkan perjalanan, belum lagi sampai ke rumah Yunesti, kami berpapasan dengan seorang lelaki dewasa yang setengah berlari ke arah kami, hampir pingsan dengan apa yang terlihat, laki-laki itu telanjang bulat dan seakan memegang senjata dan mengarahkan moncongnya lurus ke arah kami.....tanpa bermusyawarah mufakat aku dan Nelly lari tunggang langgang,

”Hwaaaaaaaa.....tolongggg ada rudal ngamuuuukkkk” teriakku tanpa sadar

Nelly berlari ke arah rumah Yunesti, aku berlari tanpa arah dan nggak nyangka ternyata udah sampai depan rumahku sendiri, sambil ngos-ngosan................. (jadi pengen ikutan main kuda-kudaan deh.....hahahaa......)

 

Salam Kenthir,

 

Bima, 08 Februari 2016

Mia Diandry

 

Tulisan ini asli dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya 

Keterangan :

“Ateng, be mo ajak lu sebentar ee, ketong pi main di rumah Yunesti Tang, nanti be antar lu pulange” Ateng, be mo ajak lu sebentar ee  artinya = Ateng, aku mau mengajak kamu sebentar ya

Ketong Pi artinya = kita pergi

Be singkatan dari beta artinya = aku

Lu artinya = kamu

Son – sonde - zonder – berasal dari bahasa Belanda artinya tidak

Pung artinya =  punya

Lai = Lagi

Sa artinya = saja

Su artinya = sudah

Karmana = bagaimana

Dongko artinya = posisi sesorang di atas atau belakang punggung menghadap ke orang yang memunggunginya

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun