Mohon tunggu...
Nur aslamiah Supli
Nur aslamiah Supli Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lulusan Studi Strategi Universiti Utara Malaysia, sekarang sedang mengabdi disalah satu universitas negeri di Palembang, Sumatera Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Adidaya 2020?

5 Juli 2016   01:21 Diperbarui: 13 Juli 2016   17:15 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah teman-teman kepikiran,

Indonesia merupakan negara dengan populasi terbanyak nomor empat di dunia menurut detik.com pada tahun 2014, tetapi kenapa bangsa yang besar seperti kita ini tidak termaksud dalam negara adidaya? (Sumber : detik.com tanggal akses 4 Juli 2016, 10:22PM)

apa mungkin seperti yang pak presiden Jokowi katakan di Vlog anaknya si Kaesang :

Orang badannya besar belum tentu kuat, yang besar itu yang kuat kesabarannya, yang kuat kesalehannya.- Jokowi, 2016

Walaupun jujur entah kenapa saya melihat ada yang salah dengan video ini, tapi ya sudah la, kembali ke topik pembicaraan, Apa yang membuat Bangsa kita, Negara kita ini masih belum bisa di kategorikan dalam negara adidaya?

Bagaimana karakter dan syarat-syarat negara Adidaya itu sendiri?

Lyman Miller (2006) dalam jurnalnya "China an Emerging Superpower?" mengatakan negara superpower (adidaya) adalah negara yang memiliki kapasitas untuk proyek mendominasi kekuasaan dan pengaruh di mana saja di dunia, dan kadang-kadang, di lebih dari satu daerah dunia pada satu waktu, dan mungkin masuk akal mencapai status hegemoni global. 

Apakah Indonesia sudah memiliki kapasitas untuk mendominasi ?

Lyman mengatakan kapasitas yang disebutkan diatas adalah kekuatan dari empat komponen sepert kekuatan, politik, ekonomi, kekuatan militer dan budaya. 

Secara keseluruhan mustahil bagi saya untuk menerangkan semuanya tanpa ada penelitian lebih lanjut. tapi dalam hal ini saya melihat dalam skala kecil hal yang menyebabkan terhambatnya Indonesia untuk menjadi Negara Adidaya adalah budayanya. 

menurut saya, komponen yang paling berperan dan menjadi akar dari segala kapasitas negara adidaya adalah budaya,

A nation's culture resides in the hearts and in the soul of its people - M. Gandhi

Budaya suatu bangsa berada di dalam hati dan jiwa rakyatnya sehingga kekuatan Politik, Ekonomi dan Militer Indonesia ditentukan dari bangsa yang berbudaya itu sendiri. 

Lantas apa yang salah dengan budaya kita?

Menurut Jeffrie Geovanie (2013) Indonesia saat ini masuk dalam kategori Low Trust Society, rendahnya kepercayaan antar warga Indonesia hal ini ditandai dengan kecurigaan, sarat rumor dibarengi dengan rendahnya kadar toleransi. Hal tersebut dapat kita amati dari berita-berita dan pendapat-pendapat yang beredar di Public Sphere.

contoh kecilnya, 

masalah Razia warung dibulan puasa yang dinilai brutal, warung yang tidak taat aturan kena sidak. puasa bulan ramadhan bukan baru terjadi di tahun ini, tapi drama yang tahun ini cukup parah melanda Indonesia. lalu kemudian disusul dengan spekulasi-spekulasi para "ahli" hitung-hitungan di jejaring sosial, entah dari mana matematikanya pokoknya kesimpulannya itu THR bukan la bonus. saya rasa tidak perlu melampirkan linknya karena saya yakin pembaca sudah melihat sendiri bagaimana hal-hal ini terjadi. 

Perkara-perkara yang seperti ini jelas sekali mengambarkan adanya krisis dari kepercayaan, kecurigaan sudah menjadi kebiasaan dan budaya mempengaruhi sikap hati dan pikiran yang di khawatirkan akan membawa kita jatuh ke dalam jurang perpecahan. Demokrasi akan sulit di tegakkan di atas fondasi toleransi yang rapuh (Jeffie, 2013). 

Kalau sudah seperti ini, boro-boro menjadi negara adidaya, untuk mempertahankan peradaban dan demokrasi saja perjuangannya bukan main. 

Solusinya bagaimana?

Jati diri Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu juga, Seharusnya bangsa kita, bangsa yang sudah lama berkomitmen dengan pluralitas mempunyai tingkat kepercayaan dan toleransi yang tinggi. toleransi bukan hal yang harus diajarkan berkali-kali, berlarut-larut dalam mendefinisikan arti dari kata tolerasi hingga kita lupa apa artinya toleransi itu.

Kita harus kerja keras untuk mengembalikan jati diri Indonesia itu sendiri. Identitas Indonesia yang sesungguhnya bukan sebatas berceloteh mengumbar fitnah, Kita harus bongkar kembali budaya jelek yang sudah hampir mengakar luas di negara kita Indonesia. kurangnya kepercayaan ini bukan hanya sebatas kepada pemerintah, kepada kita sendiri juga. rendahnya kepercayaan diri akan kemampuan kita sendiri. 

Merasa tidak mampu menulis, mengambil tulisan orang lain,budaya copy-paste. merasa kurang untuk mencari uang lebih, mengambil uang hak orang lain, budaya korupsi. Dan masih banyak lagi budaya-budaya jelek lainnya yang menghambat kita untuk menjadi bangsa besar yang secara harfiah memang bangsa yang kuat. 

Budaya positif yang kuat akan menyempurnakan kekuatan negara yang lainnya dan saya optimis negara kita bisa masuk dalam daftar negara Adidaya di dunia. Hanya saja Revolusi belum Selesai, Kita masih jalan ditempat kawan.  Indonesia Adidaya 2020? Mungkin kah?

Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita - Soekarno.

 

Sumber :

Lyman Miller (2006), China an Emerging Superpower, https://web.stanford.edu/group/sjir/6.1.03_miller.html

Jeffrie Geovanie (2013), Civil region : DImensi Sosial politik Islam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun