Mohon tunggu...
Trismiati
Trismiati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

*Belajar Tak Kenal Usia* Anggota FKPPS (Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Sleman) dan IPKINDONESIA wilayah DIY

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gawai dan Risiko Adiksi Pornografi

30 Agustus 2020   15:34 Diperbarui: 30 Agustus 2020   15:31 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budi mengaku saat mengambil celana dalam milik tetangganya pertama kali ia merasa takut, namun kemudian ada perasaan puas dan senang saat ia memakai pakaian dalam tersebut sambil membayangkan anak perempuan yang memiliki pakaian tersebut. Setelah puas ia akan melepas dan menyimpannya kembali.

Berkaca dari hal tersebut ada dua hal yang menjadi penting untuk diperhatikan. Pertama, soal gawai, khususnya telepon seluler. Kedua, soal kedekatan atau kelekatan anak terhadap orangtua. Dalam hal gawai sebenarnya sudah banyak yang membahas. Baik dari segi dampaknya secara fisik maupun secara psikologis.

Dampak Negatif Gawai

Salah satu dampak negatif dari penggunaan gawai adalah terpaparnya anak dengan pornografi. Seperti tergambar dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Az-Zahrah dkk (2017) tentang perilaku mengakses pornografi pada anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) usia terkecil anak pertama kali menonton tayangan pornografi ialah usia 6 Tahun atau saat TK. 

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa media yang paling sering diakses mereka untuk melihat konten pornografi berupa video, gambar dan film. Gawai yang digunakan dapat milik sendiri atau kepunyaan orangtua serta biasanya anak-anak punya kelompok teman yang punya kebiasaan yang sama yaitu melihat konten pornografi. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan terutama teman sebaya terhadap kebiasaan mengakses pornografi pada anak-anak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilik Supriyono (2020) dalam tesisnya juga menunjukkan bahwa frekuensi dan peran orang tua dalam mengontrol anak ketika menggunakan gawai memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penyimpangan perilaku seksual anak. 

Implikasi yang terjadi jika anak tidak dibatasi frekuensi penggunaan gawai dan tidak diawasi orang tua, maka anak akan melakukan penyimpangan perilaku seksual. 

Menurut Supriyono (2020) langkah yang paling baik agar anak terhindar dari pengaruh negatif gawai adalah dengan membatasi dan mengawasi penggunaannya, serta dipentingkan pembekalan iman dan taqwa sejak dini.

Kelekatan anak dan orangtua

Hal kedua yang perlu kita perhatikan juga adalah bagaimana membangun kelekatan antara orangtua dan anak untuk meminimalkan dampak gawai. Mengapa hal ini perlukan? Karena membuat anak hidup tanpa gawai dalam masa sekarang ini sangat sulit untuk dilakukan. 

Gottfredson dan Hirschi (1990, dalam Hardani, Hastuti, dan Yuliati 2017)  menyatakan bahwa kelekatan yang kuat diantara orang tua dan anak akan menuntun pada monitoring yang efektif dan perilaku disiplin selama dekade pertama kehidupan anak, yang menghasilkan kemampuan menolak hal-hal yang negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun