Mohon tunggu...
Mia Hs
Mia Hs Mohon Tunggu... wiraswasta -

Born this way

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Phi Phi Island dan James Bond Island Tour, Mengandalkan Nama Besar Hollywood

18 Agustus 2011   10:16 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 2462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_126303" align="alignnone" width="607" caption="Maya Bay dan James Bond Island, lokasi syuting 2 film Hollywood "][/caption]

Siapa yang tidak terpesona dengan keindahan Maya Beach di film Hollywood The Beach yang di bintangi si tampan Leonardo Di Caprio. Atau takjub dengan karang yang berdiri sendirian di tengah laut dalam film James Bond agen 007 The Man With The Golden Gun. Berkat film-film tersebut jutaan turis berbondong-bondong menuju Thailand.

Thailand, khususnya Phuket, memang beruntung wilayahnya dijadikan setting 2 film besar Hollywood. Tentu saja bukan sekedar keberuntungan yang dapat menyebabkan Thailand di banjiri turis asing, termasuk turis dari Indonesia, keberuntungan itu ditanggapi dengan keprofesionalan mereka mengelola aspek wisata di negara tersebut.

Akhir Juni 2011 kemarin saya berkesempatan mengunjungi tempat tersohor tersebut.  Pukul 18.50 waktu setempat kami mendarat di Bandara Internasional Phuket. Ini pengalaman pertama saya ke luar negri, melihat bandara Phuket yang bersih dan kinclong, saya jadi membandingkan dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali.

Urusan imigrasi selesai dengan cepat, kami segera menuju ke pintu keluar, tengok kiri-kanan terlihat papan nama kami dipegang seorang pria yang wajahnya terlihat seperti orang Jawa. 'Wait 2 minutes' dan dia pun berlari ke arah parkir mobil. Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam kami sampai di Lovely Guesthouse di daerah Nana Road, Patong. Andrew pemilik yang berkebangsaan Inggris menyambut kami dengan ramah, dan berkata bahwa kami bisa langsung membayar taksinya 500 baht. Sempat bingung juga karena semula saya pikir taksi akan dimasukkan dalam tagihan guesthouse. Setelah welcome drink dan password wifi, yang menurut mereka sangat penting bagi orang Indonesia, saatnya bisnis. Sebelumnya saya sudah berkirim e-mail dengan Andrew dan menyatakan keinginan berkunjung ke Phi Phi Island, Pha Nga Bay, dan Simon Cabaret Show. Berdasarkan rekomendasi dari internet, tidak perlu malu untuk menawar, maka tawar menawarpun terjadi. Kata sepakat tercapai setelah kami mendapatkan harga 2.700 baht/orang untuk 3 tujuan tersebut.

Phi Phi Island

Pukul 07.45 sebuah van berhenti di depan kami, ternyata mobil jemputan tiba lebih pagi dari waktu yang ditentukan 08.00. Di dalam sudah terisi dengan 3 pria berkebangsaan Arab, 1 pasangan dari Cina, dan 1 pasangan yang sedang berbulan madu dari Jakarta. Ternyata kami yang terakhir di jemput, perjalanan langsung menuju ke Asia Marina Harbour. Selama di perjalanan saya menyaksikan banyak sekali mobil van berlalu lalang, betapa sibuknya pariwisata di Phuket.

[caption id="attachment_126306" align="alignleft" width="300" caption="Asia Marina Harbour"][/caption]

Tiba di Asia marina; teh, kopi, dan kue-kue kecil tersedia di atas meja. Disini sudah berkumpul orang-orang dari berbagai negara. Seorang pria yang ternyata  Tour Guide dan memperkenalkan dirinya Shakira menyambut kami. Sebelum naik ke speedboat, Shakira memberi penjelasan apa yang akan kami lakukan dan apa saja kemungkinan yang akan terjadi. Sebelum naik ke speedboat masing-masing rombongan kecil di foto terlebih dahulu.

Speedboat melaju dengan kecepatan 300 knot. Pemberhentian pertama adalah Koh Phi Phi Lay, ini merupakan pulau terbesar kedua di antara gugusan kepulauan Phi Phi. Disini kami berhenti untuk menikmati pemandangan bukit kapur yang membentuk cincin,  pulau ini diapit 2 buah teluk, Loh Sama Baydan Maya Bay. Air yang hijau dan jernih di Loh Sama Bay mengundang decak kagum peserta tur, mereka langsung ingin menceburkan diri ke laut. Shakira harus berupaya keras menenangkan peserta 'we just sightseeing in here, no swimming', jadilah peserta tur berebut mencari posisi strategis untuk mengabadikan keindahan alam ini. Loh Sama Bay sebenarnya terkenal sebagai lokasi penyelaman di malam hari, konon dinding-dinding disekitarnya lebih berwarna-warni pada saat malam. Tidak jauh dari Loh Sama Bay terdapat satu teluk sempit yang disebut Pi Ley dengan terumbu karang di pintu masuknya. Sayang kami hanya melihat dari kejauhan, sudah terlalu banyak kapalyang merapat disekitar teluk tersebut. Akhirnya kapal merapat di Viking Cave, ternyata goa ini merupakan tempat tinggal ribuan burung wallet. Dinamakan Viking Cave karena di dinding goa terdapat lukisan Kapal Viking dari jaman prasejarah. Goa sebesar 3.2 km2 dengan tinggi 10-15 meter ini termasuk kawasan yang dilindungi oleh pemerintah Thailand, dan sudah tidak dapat dimasuki oleh wisatawan lagi.

[caption id="attachment_126308" align="alignleft" width="657" caption="Loh Sama Bay, Pi Ley Cove, Viking Cave"][/caption]

Tujuan berikutnya adalah Monkey Beach, Monkey Beach terletak di Phi Phi Don, pulau terbesar pertama dari gugusan kepulauan Phi Phi. Hutan membungkus bukit kapur yang menjulang tinggi di latar belakangnya. Saat laut sedang surut pemandangan pasir putih yang halus akan tampak dan pengunjung bisa berjalan-jalan sambil memberi makan monyet disana. Namun saat kami tiba air laut sedang pasang, maka pantai pun tertutup air. Kapal hanya bisa menepi, dan pengunjung memberi makan monyet dari atas kapal. Yang berbeda dari  monyet-monyet ini mereka tidak jail seperti halnya monyet-monyet  di Bali. Kami hanya punya waktu 5 menit untuk mengabadikan tingkah pola monyet-monyet ini, setelah 5 menit kapal keluar dari barisan dan memberi kesempatan kepada kapal lain untuk merapat.

[caption id="attachment_126311" align="alignnone" width="653" caption="Dasar laut terlihat jelas, padahal kedalaman air sekitar 17-20 m."][/caption]

50 meter dari Monkey Beach terdapat spot snorkeling terkenal yaitu Sam Had. Setelah Shakira mengumumkan bahwa kami bisa berenang dan snorkeling disini, semua peserta sibuk mempersiapkan diri. Sesaat setelah mesin kapal dimatikan hanya tinggal 8 orang tersisa di atas perahu, termasuk saya, yang bertugas mengabadikan kedua saudara berenang dengan riangnya. 15 menit kemudian peluit Shakira berbunyi 'time to go, time to go'. Saya lihat wajah-wajah tidak rela peserta saat naik kembali ke kapal.

[caption id="attachment_126313" align="alignright" width="300" caption="Phi Phi Don"][/caption]

Sehabis berbasah-basahan kami menuju Phi Phi Don, makan siang berupa buffet tersedia bagi semua peserta tur. Pulau ini tampaknya satu-satunya pemberhentian dari semua operator tur, pondok-pondok makan berdiri berjajar sepanjang pantai, masing-masing operator sudah memiliki tempatnya sendiri. Sentralisasi ini merupakan kesepakatan operator tur atau memang diatur demikian oleh pemerintah, saya belum dapat jawabannya, yang jelas rasa masakan Thailand yang pedas dan asam membuat tubuh yang sudah kedinginan dan lelah akibat berenang menjadi segar kembali.

Setelah selesai melihat-lihat Phi Phi Don, kami diminta kembali ke kapal. Shakira mengumumkan bahwa kita akan menuju Khai Island, disana semua peserta bisa berenang, snorkeling, atau sekedar berjalan-jalan, kemudian kembali pulang ke marina. Semua peserta terlihat bingung, beberapa orang bertanya pada Shakira tentang Maya Beach 'the wave is too big, boat can crash, and we all die.' Saat mereka berdebat, dan mengatakan salah satu alasan mereka ikut serta dalam tur ini karena ingin melihat tempat syuting yang terkenal tersebut, dengan santai Shakira menjawab 'I won't risk my crew, just to make you happy' dan dia ngeloyor pergi ke dek.

[caption id="attachment_126314" align="alignleft" width="300" caption="Snorkeling di Khai Nok Island"][/caption]

Khai Nok Island adalah sebuah pulau kecil dalam gugusan kepulauan Phi Phi, dimana pasir putih yang bening dan lembut mengelilinginya, sepupu saya sempat menjerit kesenangan ketika menginjakkan kakinya ke pasir. Karang dangkal mengelilingi pulau ini, ikan-ikan karang kecil juga terlihat berenang di sekitarnya, kita tidak memerlukan perlengkapan snorkeling untuk menikmati keindahan tersebut.  Payung-payung pantai berderet menghiasi pantai, harga sewa untuk 2 bangku pantai adalah 150 baht atau sekitar Rp 45.000,- memang lebih murah bila dibandingkan Bali. Secara garis besar Khai Nok Island menurut saya tidak berbeda jauh dengan pantai-pantai di Bangka bahkan pasirnya masih terasa lebih lembut pasir di pantai Bangka.

Setelah sekitar 1 jam bersantai di Khai Nok Island, kami kembali ke marina, sesampai di marina ternyata foto sebelum kami berangkat dijual dengan harga 150 baht. Sementara van-van berjajar menunggu penumpang untuk diantar kembali ke penginapan masing-masing. 1 Day Tour to Phi-Phi Island pun berakhir.

Pha Nga Bay ( James Bond Island)

Hari kedua ini kami akan mengikuti Tur Ke Pha Nga Bay, atau yang lebih terkenal dengan nama James Bond Island Tour. Pukul 7.30 van yang membawa kami sudah melaju menuju Bangrong Agrotourism, berikut ini merupakan kawasan muslim di Phuket. Seperti halnya Phi Phi Island Tour, sebelum naik ke speedboat, kami di foto terlebih dahulu.

[caption id="attachment_126318" align="alignleft" width="300" caption="Naka Island"][/caption]

Pemberhentian pertama kali ini adalah Naka Island, menurut jadwal seharusnya kami menepi dan bermain-main di pulau tropik ini, tapi ternyata kapal hanya berhenti di tengah teluk untuk memberi kesempatan pengunjung mengabadikan pemandangan spektakuler batu-batu gamping yang menonjol keluar dari air.

Perjalanan dilanjutkan ke Talu Island, disini kami berhenti untuk menikmati keindahan Talu Island yang berupa tebing-tebing batu kapur dan goa-goa di bawahnya dengan menggunakan kano. Ternyata petugas kano mayoritas adalah muslim, melihat kakak saya yang menggunakan jilbab, mereka langsung menyapa ramah 'Assalamualaikum, malay?' ketika dijawab kami dari Indonesia, petugas kano yang mendampingi kami tampak gembira 'ahh... Indonesia, cantik'. Dalam perjalanan ini kami dibawa menelusuri goa-goa dan celah-celah sempit diantara tebing kapur, sekilas pemandangannya seperti Green Canyon (Cukang Taneuh) di Pangandaran.

[caption id="attachment_126320" align="alignnone" width="627" caption="Menjelajahi Talu Island dengan kano"][/caption]

Setelah sekitar 1 jam mengelilingi Talu Island perjalanan dilanjutkan menuju Koh Panyee. Koh Panyee adalah desa muslim nelayan, keseluruhan desa berdiri di tengah-tengah teluk dan terapung di atas air. Makan Siang kami dihidangkan di restoran, yang seperti halnya Phi Phi Don tampaknya merupakan satu-satunya pemberhentian makan siang untuk semua operator tur.

[caption id="attachment_126323" align="aligncenter" width="300" caption="Koh Panyee, desa nelayan muslim"][/caption]

Karena matahari yang bersinar sangat terik, dan Koh Panyee terapung di tengah-tengah air tanpa adanya pepohonan untuk tempat berteduh, para peserta naik ke kapal lebih cepat dari waktu yang diberikan. Perjalananpun dilanjutkan menuju spot terkenal Koh Tapoo, tempat salah satu serial terkenal dari Inggris James Bond 007 melakukan syuting film 'The Man with Golden Gun' pada tahun 1974. Sejak itu pula pulau yang bernama asli Koh Khao Ping Kan ini lebih terkenal sebagai James Bond Island.

Koh Tapoo yang berarti pulau paku, dinamakan demikian karena bentuknya yang menyerupai paku, sebenarnya pulau kecil setinggi 20 meter yang terletak kurang lebih 40 meter dari pulau utama Koh Khao Ping Kan. Koh Tapoo sendiri tidak memiliki daratan sama sekali, pengunjung hanya bisa mengamati dan mengabadikannya melalui Koh Khao Ping Kan. Koh Khao Ping Kan sendiri berarti bukit yang saling bersandar, hal ini merujuk tebing datar batu kapur yang  jatuh menyamping dan bersandar pada tebing lain yang berada tepat di sentral pulau ini.

[caption id="attachment_126329" align="alignnone" width="610" caption="James Bond Island"][/caption]

Koh Khao Ping Kan merupakan pulau yang diselimuti hutan, dan terdapat goa-goa yang dapat dimasuki bila air sedang surut. 2 buah pantai mengapit pulau ini, tapi para pengunjung tidak diperkenankan berenang, karena pantai disini termasuk curam. Pedagang souvenir berjejer memamerkan barang dagangan yang berupa kalung mutiara, karang-karang kecil dan aneka hiasan kerang. Seorang peserta yang berasal dari India merekomendasikan kami untuk membeli kalung mutiara karena menurutnya mutiara disini sangat indah. Kami kemudian menyempatkan diri melihat-lihat, namun tidak membeli apapun karena kami sepakat di Indonesia model-modelnya lebih beragam, apakah itu artinya orang Indonesia lebih kreatif?

[caption id="attachment_126336" align="alignleft" width="240" caption="Hong Island"][/caption]

Pemberhentian terakhir adalah Hong Island, Hong yang berarti ruang adalah pulau cekung yang mengambang di tengah teluk. Pasir putih, air yang biru dan jernih, serta ombak yang tenang  menyambut kami. Seperti Khai Nok Island, kursi pantai disewakan dengan harga 150 baht untuk 2 buah. Bila peserta lain memilih untuk duduk di bagian pantai yang disinari langsung matahari, kami dan pasangan dari Singapura memilih bagian lain pantai yang dinaungi pepohonan yang rimbun. Suasana di Hong Island benar-benar mirip dengan pantai di Bangka, tetapi jauh lebih bersih.

Kembali ke Phuket dengan diantar kembali oleh van yang menjemput, satu hal yang saya sadari, baik Phi Phi Island maupun Pha Nga Bay disambangi ribuan turis setiap harinya, namun keadaannya tetap terawat dan bersih. Operator tur benar-benar memegang peran sentral, mereka menegaskan aturan yang boleh dan tidak boleh  dilakukan. Minuman dan buah sepuasnya disediakan di kapal, makan siang di pusatkan di satu tempat, sehingga peserta tidak perlu repot-repot membawa bekal yang dengan sendirinya mengurangi sampah yang dibawa.

Malam sehari sebelum kami berangkat ke Bangkok, kami bertemu dengan satu keluarga asal Jakarta, pertukaran informasi pun terjadi. 'Phi Phi Island ternyata cuma begitu aja yah, masih lebih bagus Lombok, kemarin penasaran banget karena semua orang bilang bagus, pas sampe sana, yah...gini aja, masih bagusan Lombok', Ibu menjawab pertanyaan saya mengenai Phi Phi Island. 'Ga usah ikut City Tour mba, saya tadi siang ikut dibawa ke view point, ternyata masih bagusan Bandung. Terus James Bond Tour gmana?'. Saya menjawab bahwa saya lebih suka Green Canyon di banding Pha Nga. 'Green Canyon dimana pah? Kok aku ga pernah di ajak kesana?' kali ini putri mereka yang bicara. 'Green Canyon itu di Pangandaran, emang bagus, ya udah liburan besok kita ke Pangandaran aja. Ternyata kita korban iklan, negri kita ternyata jauh lebih indah dari negri orang. Tapi kalau saya bilang negara ini mengurus dan merawat pariwisatanya dengan lebih baik, mba setuju kan?' "setuju pak" jawab saya segera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun