SUARA HATI DARI PINGGIR JALAN
dengarlah
diantara bising kendaraan
baik ketika debu beterbangan menggapai matahari lalu terjatuhÂ
baik ketika silau lampu bergantian menyapa wajah
geram
aku geram
hatiku geram menyaksikan kemewahan
yang lebih berpihak pada hati yang curang
yang lebih suka bersembunyi di balik kantung celana bermerek
geram
aku geram
hatiku geram dalam kebuntuan
doa-doa yang tak terjawab
membentuk amarah
membalik norma
begitulah
mereka menjadi sosok-sosok seram
di tempat parkir, terminal dan pasar
lalu rehat diujung gang yang berbau alkohol
begitulah
mereka menjadi hiasan malam
di temaram pinggir jalan
lalu rehat di kegelapan taman
engkau yang mengaku berilmu
tak guna peringatan dan nasihatmu
karena mereka telah tahu
mungkin sebelum kau tahu
engkau yang memperoleh kelapangan
kekuasaan dan kemampuan
Tuhan menunggumu
menjadi saluran kasih dan sayangNya
mengabulkan doa-doa mereka
dalam perbuatan mereka sekarang
ada andil kelalaianmu
belumlah dermawan dengan menyisakan dua setengah persen
belum pula dermawan dengan tambahan sodakoh
belum cukup dermawan sebelum
kau masuki liang-liang gelapnya
kau temui segala yang menyesatkan
kau pahami kesulitan-kesulitannya
kau kenali yang membatasi pandangannya
bawalah mereka ke permukaan
agar melihat jalan di antara cahaya
kau kenyangkan perut mereka
agar mampu melangkah
kau bimbing mereka
agar sampai di tujuan
begitulah
nasihat dan peringatan kadang tak berguna
zakat dan sedekah bisa tak berarti
karena yang mereka butuhkan bukan itu
melainkan
"pertolongan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H