Saya sudah sangat berhati-hati saat akan menyeberang jalan menuju ke mesjid kampus itu. Tetapi keselamatan kita bukan semata-mata ditentukan oleh faktor kehati-hatian diri sendiri. Bukan. Kita juga membutuhkan kehati-hatian pengguna jalan yang lain.
Itulah kesimpulanku setelah kejadian naas yang baru saja kualami pada suatu hari di masa lalu.
Begini ceritanya.
Setelah menghitung cermat, saya akan aman menyeberangi jalan menuju mesjid itu setelah membiarkan dua motor yang sedang menuju ke arah saya lewat melintas. Maka setelah kedua motor itu melintas, saya start melangkah menyeberang.
Kaki kanan saya telah melangkah dari pedestrian jalan--yang dibuat lebih tinggi dari permukaan jalan--turun menapak ke permukaan jalan. Tapi, sekonyong-konyong dari arah yang berlawanan dari jalur yang seharusnya, seseorang berseru, "Awas... awas...".
Saya tak sempat memahami apa yang sedang terjadi.
Tiba-tiba saja sebuah motor menyosor di aspal setelah sempat terasa menyambar lengan kanan saya. Â Saya sih tidak apa-apa, kecuali rasa perih di kaki terlindas sedikit ban. Tetapi, seorang perempuan yang dibonceng, merintih perih karena sepanjang betisnya terkelupas akibat bergesekan dengan aspal. Ia bersama motor yang ditumpanginya --ia dibonceng seorang laki-laki--- meluncur di atas aspal jalan kampus yang kasar.
Saking kagetnya, saya terpaku. Tak tahu apa yang harus saya lakukan.
Si pembonceng, rupanya seorang mahasiswa, menjelaskan bahwa ia akan ke ATM yang tidak jauh dari tempat itu.
Ia sudah hati-hati, katanya.