Mohon tunggu...
Momang Yusuf
Momang Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pengajar sains yang terus belajar menulis

Seorang abdi negara di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain menulis tema-tema sosial dan fiksi, saya juga menulis tentang sains khususnya fisika yang saya tuangkan dalam blog pribadi saya: https://edufisika.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vegetarian, Vegan, dan Tempe

2 Mei 2023   08:43 Diperbarui: 2 Mei 2023   09:07 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata 'vegetarian', pun kata 'vegan' rasanya kontradiktif jika disandingkan dengan kata 'tempe'. Dua kata pertama terdengar modern, sedangkan kata terakhir terasa sangat tradisional. Meskipun kata-kata ini dapat digabungkan dalam kelompok yang menyangkut persoalan mengisi perut.

Vegetarian ataupun vegan adalah julukan bagi orang-orang yang begitu cintanya pada hewan sehingga mereka memilih tidak mengonsumsi daging dari hewan, termasuk ikan. Anda tidak mungkin dibilang mencintai sesuatu jika tega memangsa apa yang dicintai itu, bukan? Sebagai gantinya, mereka akan mengisi perut mereka dengan sumber-sumber makanan nabati. Sumber makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Lha, apakah itu berarti mereka tidak mencintai tumbuh-tumbuhan? 

Untuk hal ini, mungkin ada baiknya Anda tanyakan langsung pada para vegetarian atau vegan itu.

Ketimbang vegetarian, vegan lebih ekstrem. Jika vegetarian menghindari memakan daging hewan, seorang vegan tidak hanya menghindari memakan dagingnya. Produk-produk sampingan dari hewan pun mereka hindari. Seorang vegan akan menghindari pakaian yang terbuat dari kain sutra, wol, atau kulit hewan. Jika Anda menemui seseorang yang mengaku vegan karena tidak mengonsumsi daging tetapi dengan bersemangat menceritakan asal usul ikat pinggangnya yang terbuat dari kulit buaya berkualitas, mungkin Anda bisa mengajak orang itu membeli buku kamus istilah-istilah untuk ia baca-baca di waktu senggangnya.

Jika baik vegan maupun vegetarian menghindari makanan dari produk hewan, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan akan protein?

Di sinilah tempe unjuk peran dan jati diri.

Ia boleh saja tradisional dan udik. Tapi ia rupanya bisa menjadi penyelamat bagi kalangan kaum vegetarian dan vegan.

Seudik-udiknya tempe, ia mengandung protein berkualitas tinggi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Ia mendukung pembentukan enzim-enzim, hormon, dan antibodi. Tempe seperti halnya orang desa bagi orang kota.

Orang desa yang udik dengan kekuatan ototnya bekerja keras di sawah ladang menghasilkan beras dan aneka produk pangan lainnya yang akan menyuplai kebutuhan orang-orang kota setelah melalui proses rantai ekonomi. Tempe dengan penampakannya yang sederhana, tidak neko-neko, memiliki beragam kandungan nutrisi yang tinggi yang dapat digunakan menyuplai kebutuhan tubuh.

Jika Anda para vegetarian dan vegan masih membutuhkan nutrisi lain selain protein, tenanglah. Tempe dengan kalemnya menawarkan diri bahwa ia juga mengandung karbohidrat kompleks dan lemak sehat (asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh ganda). Juga berupa-rupa vitamin khususnya vitamin B kompleks: vitamin B2/riboflavin, vitamin B3/niasin, vitamin B6, dan tak lupa asam folat.

"Tapi saya butuh juga mineral-mineral," kata seorang vegetarian baru yang sangat kota.

Jangan khawatir. Tempe pun mengandung zat besi, magnesium, fosfor, kalsium, dan kalium. Dengan itu semua, tulang-tulang Anda akan dikuatkannya, sel-sel darah merah Anda akan diremajakan, saraf dan otot Anda akan dibuat kuat. Kurang apa lagi?

Begitulah tempe. Makanan berbahan dasar kedelai yang tradisional ini sangat bernilai penting bagi seorang vegetarian dan vegan. Tentu bukan saja untuk dua kelompok yang terdengar sangat modern itu. Orang-orang dengan tabiat makan segala-galanya pun, asal halal, kebutuhan nutrisinya jelas akan dipenuhi oleh tempe tanpa pilih kasih.

Satu-satunya yang menjadi kendala bagi kalangan pemakan segala ini adalah rasa rendah diri jika mengonsumsi tempe. Ini karena tempe ini sudah terlanjur dipandang sebagai lauk kalangan bawah, yang entah bagaimana sehingga kastanisasi seperti ini diperlakukan juga pada makanan. Bukankah seharusnya untuk makanan, kita semestinya hanya mempertimbangkan kandungan nutrisinya saja?

Omong-omong, siapa ini yang menggoreng ikan asin pagi-pagi begini?  

Cari makan dulu, ah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun