Pembuatan luka sadap dimulai dari bagian pangkal batang (± 20 cm di atas tanah), luka sadap berbentuk lubang bor diameter 1,9 cm dengan kedalaman lubang bor 4 cm, 6 cm, dan 8 cm (sesuai perlakuan) (Lempang 2017). Lubang sadap dibuat miring dari luar (kulit batang) ke arah atas menuju pusat batang (empelur) dengan sudut kemiringan 25o. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan getah mengalir dari dalam batang pohon ke dalam wadah penampungan getah (kantong plastik) melalui saluran getah (pipa paralon yang berdiameter 1,9 cm dan panjang 6 cm) yang telah disediakan.
Berikutnya membersihkan lubang sadap dengan menggunakan sikat gigi, kemudian menyemprotkan stimulan (H2SO4) sebanyak satu kali ke dalam lubang sadap menggunakan alat penyemprot dengan konsentrasi tertentu. Meniup ujung pipa untuk mengembangkan kantong plastik agar tidak susut, diikuti dengan pemasangan pipa paralon (saluran getah).
Pada ujung luar pipa paralon dipasang/digantung kantong plastik ukuran 7 cm x 18 cm (wadah penampungan getah) dan ujung kantong diikat pada pipa paralon menggunakan rafia. Pengikatan kantong plastik/penampung getah pada pipa paralon bermaksud agar kantong penampung getah tersebut tidak jatuh dan getah yang tertampung tidak tercampur kotoran dan air hujan pada saat penyadapan berlangsung (Lempang 2017). Pembuatan lubang bor baru dilakukan melingkar batang (horizontal), jumlah lubang melingkar batang sebanyak 4 buah dan jarak antara lubang bor 20-25 cm.
Kegiatan penyadapan dengan metode bor terlebih dahulu mempersiapkan peralatan sadap meliputi: alat bor, pipa paralon, kantong plastik, semprotan dan cairan asal sulfat (H2SO4) atau stimulun. Pengerjaan metode bor juga relatif aman dengan menggunakan pakaian sederhana seperti topi, sepatu bot, celana dan baju lengan panjang.
Kegiatan ini melibatkan dua orang pekerja (tenaga kerja lebih banyak), sebagai pembuat lubang sadap dengan bor dan penyimpan getah dengan memasang pipa paralon yang telah diikat kantong plastik ke dalam lubang sadap. Pembuatan lubang sadap dilakukan dengan posisi duduk/jongkok/setengah berdiri sesuai dengan kondisi topografi, serta pembuatan lubang sadap dilakukan dari 4 penjuru mata angin atau dengan membuat 4 lubang di masing-masing sisi pohon pinus. Selain itu, biaya metode penyadapan ini cenderung lebih mahal.
Perbedaan hasil getah pinus yang diperoleh dipengaruhi oleh luas bidang sadap yang dibuat dengan menggunakan dua cara yakni metode quarre (koakan) dan bor. Penyadapan pinus dengan metode quarre (koakan) memiliki produktivitas getah yang lebih besar dibandingkan dengan metode bor. Hasil penelitian Sukadaryati (2014) menunjukkan bahwa metode penyadapan koakan menghasilkan getah pinus lebih besar dibandingkan metode bor, yaitu berkisar 4,58-40,54 g dengan rata-rata 18,01 g, sedangkan metode bor berkisar 0,04-39,37 g dengan rata-rata 11,16 g. Metode quarre memiliki luas bidang sadap yang lebih besar yang lebar mencapai ± 5 cm dan tinggi 20-30 cm, sedangkan luas bidang sadap metode bor diameter 1,9 cm. Menurut Sukadaryati (2014) bahwa semakin luas bidang sadap yang dibuat akan semakin besar peluang terpotongnya saluran getah pada kayu gubalnya sehingga getah yang dihasilkan akan semakin banyak pula.
Meskipun dari produktivitas getah lebih banyak, metode quarre (koakan) memiliki kekurangan yaitu getah yang dihasilkan lebih kotor, sedangkan metode bor meghasilkan getah yang lebih bersih. Menurut Sukadaryati (2014), cara sadapan dengan bor menghasilkan getah yang lebih bersih dan jernih dibandung dengan teknik kedukul. Hal ini disebabkan karena getah hasil sadapan dengan bor ditampung langsung ke dalam plastik dan tertutup rapat, sehingga pengotor-pengotor berupa daun-daun pinus, tanah, dan lain-lain tidak masuk ke dalam plastik. Sementara itu getah yang dihasilkan dari sadapan kedukul ditampung dalam batok sehingga pengotor mudah masuk dan bercampur dengan getah.
Hasil penelitian Sukadaryati (2014) menunjukkan bahwa kadar pengotor getah pinus dengan metode kedukul lebih tinggi yakni berkisar 3,55-12,00% dengan rata-rata 7,49%, sedangkan metode bor hanya berkisar 2,30-6,88% dengan rata-rata 3,96%. Senada dengan itu, Wiyono (2010) menjelaskan bahwa penyadapan getah pinus dengan teknik koakan akan menghasilkan getah yang lebih tinggi dalam waktu singkat dengan biaya murah tetapi kadar pengotor tinggi. Sedangkan penyadapan dengan teknik bor memiliki kadar pengotor getah yang rendah tetapi rendemen yang dihasilkan rendah dengan biaya penyadapan yang tinggi.
Kesehatan dan Pertumbuhan Pohon