Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harvesting Planning dan Implikasi Reduced Impact Logging (RIL) in the Tropical Rainforest

28 April 2021   10:01 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:27 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hutan hujan tropika mempunyai tingkat keanekaragaman hayati tinggi. Pemanenan kayu di hutan hujan tropika memiliki risiko kerusakan dan kehilangan flora dan fauna serta mikroorganisme lainnya. Kegiatan pemanenan yang dilakukan secara konvensional berdampak terhadap kerusakan tegakan tinggal sehingga dirasa tidak efektif dalam menjaga kelestarian ekosistem. Perkembangan paradigma pengelolaan hutan menyebabkan pergeseran dalam kegiatan pemanenan kayu di hutan hujan tropika. Salah satu upaya menekan kerusakan ekosistem hutan adalah penerapan konsep pembangunan ramah lingkungan. Pembangunan ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan penerapan Reduced Impact Logging (RIL) atau Penebangan Berdampak Rendah (RIL) bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari.

Dampak Intensitas Pemanenan Terhadap Kerusakan Hutan

Pemanenan kayu dapat mempengaruhi lingkungan, seperti (1) kerusakan tanah hutan. Tanah hutan memainkan peran penting dalam ekologi hutan. Selama pemanenan kayu, penting untuk meminimalkan dampak negatif terhadap tanah, (2) kerusakan tutupan hutan selama pemanenan kayu mengakibatkan hilangnya perlindungan, yang diberikan oleh tutupan tanaman ke tanah (Hamilton & Pearse 1985 dalam Okon 2018). Tutupan hutan menjadi penahan tanah, meningkatkan kekasaran permukaan, mengurangi kecepatan angin, menjaga kelembaban tanah dan menambah bahan organik yang membantu mengikat partikel tanah menjadi agregat, (3) pemanasan global, pemanasan global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang berlebihan ke atmosfer. Karbon monoksida adalah salah satu gas utama yang menyebabkan pemanasan global.

Melalui proses fotosintesis, pohon mengubah karbon monoksida menjadi oksigen. Panen kayu yang tidak berkelanjutan hanya akan merusak kemampuan tanaman untuk mengubah karbon monoksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen, (4) kerusakan DAS, dampak negatif dari penebangan kayu di daerah aliran sungai meliputi: limpasan dan erosi parit, erosi air di lapangan, sedimentasi sungai, kerusakan tempat pemijahan ikan dan perubahan kedalaman permukaan air, pembatasan pergerakan ikan dan pencemaran pasokan air, (5) hilangnya keanekaragaman hayati, dampak penebangan kayu terhadap satwa liar menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati yang hilang dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika tutupan hutan dihilangkan, satwa liar kehilangan habitat dan menjadi lebih rentan terhadap perburuan (Okon 2018).

Kerusakan vegetasi hutan sangat dipengaruhi dengan intensitas pemanenan. Intensitas pemanenan memberikan dampak terhadap kerusahan tegakan tinggal, keterbukaan areal hutan, dan pemadatan tanah di hutan alam tropika. Kegiatan penebangan merupakan kegiatan merebahkan pohon berdiri sehingga rebah di atas permukaan tanah (Elias 2015). Penebangan pohon di hutan alam tropika mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal, keterbukaan areal dan pemadatan tanah. Soenarno et al. (2017) menyatakan, setiap satu pohon ditebang menyebabkan kerusakan tegakan antara 1-2 pohon.

Senanda dengan itu, Session (2007) menyatakan, penebangan individu pohon dengan tajuk besar dapat menciptakan celah hingga 0,20 ha per pohon. Burivalova et al. (2014) menemukan bahwa kekayaan spesies invertebrata, amfibi, dan mamalia menurun ketika intensitas penebangan meningkat. Kerusakan tegakan tinggal terjadi pada setiap lapisan struktur tegakan yang ditunjukkan pada kerusakan pada phase perkembangan vegetasi yang terdiri dari phase anakan, phase pancang, phase tiang dan phase pohon (Elias 2012).

Intervensi pemanenan kayu menyebabkan perubahan ekologi hutan, seperti lebih banyak cahaya akan mencapai bagian bawah hutan di berbagai tempat, jumlah air yang mencapai lantai hutan meningkat karena perubahan intersepsi, kondisi suhu di dalam hutan berubah, dampak angin kencang, dan perubahan komposisi spesies mikroorganisme, flora dan fauna (Werger 2011).

Penyaradan adalah salah satu dari kegiatan pemanenan yang menjadi penyebab keterbukaan areal hutan, kerusakan vegetasi, dan pemadatan tanah. Menurut Sessions (2007), kerusakan tegakan sisa akibat penyaradan seringkali melebihi kerusakan akibat penebangan. Penyaradan merupakan proses kegiatan pemindahan kayu bulat dari tunggak ke TPN atau tepi jalan angkutan (Elias 2015). Keterbukaan tanah disebabkan oleh penggunaan alat berat dalam pengelolaan hutan alam umumnya terjadi pada kegiatan penyaradan dan pembukaan wilayah hutan (PWH) (Elias 2002). Keterbukaan areal akibat penyaradan merupakan luas tanah yang terbuka yang disebabkan aktifitas kegiatan diatas permukaan tanah, berasal dari jejak traktor atau bekas lintasan batang kayu yang disarad. Suhartana & Idris (1996) dalam Kusumawardani (2016) menjelaskan bahwa semakin banyak kayu yang disarad maka semakin tinggi intensitas gerakan traktor pada petak tebang bersangkutan menyebabkan semakin tinggi pula kerusakan yang terjadi.

Tipe kerusakan tegakan didominasi oleh bagian batang pohon yang patah, tetapi tidak sedikit dijumpai pohon roboh atau miring yang karena tertimpa pohon akibat penebangan. Batang pohon patah disebabkan oleh banyaknya tumbuhan liana yang terdapat pada bagian tajuk dan saling mengkait antara tajuk pohon satu dengan pohon lainnya (Soenarno et al. 2017). Apabila liana yang mengkait taju tersebut kuat maka akan menyebabkan kerusakan tajuk pada pohon lainnya. Senada dengan itu, Hawthorne et al. (2011) menyatakan, penebangan pohon akan mengakibatkan kerusakan terhadap pohon di sekitarnya khususnya kerusakan pada tajuk.

Kegiatan pemanenan memiliki beberapa dampak besar yakni. (1) dampak terhadap tanah, yaitu gangguan tanah yang disebabkan penyaradan tanah dan beban tinggi mengakibatkan pemadatan tanah dan erosi, kehilangan unsur hara, mengurangi penyerapan air tanah mengakibatkan akar tanaman tumbuh buruk dalam kondisi anaerobik tanah; (2) dampak terhadap air, yaitu penebangan kayu gelondogan dengan menyerenya ke seberang aliran air dapat merusak streambed dan mengganggu aliran sungai.

Peningkatan tingkat erosi tanah di jalur dan jalan setapak menyebabkan peningkatan sedimen di saluran air, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas air untuk hewan dan tumbuhan air; (3) dampak pada tegakan sisa, yaitu dalam sistem seleksi, pohon yang ditebang merusak dan mematahkan pohon lain saat tumbang. Tanaman merambat (liana), mengikat tajuk pohon menjadi satu, dapat menarik pohon lain. Mesin ekstraksi dan batang kayu yang diekstraksi mematahkan batang dan cabang pohon, mengikis kulit pohon dewasa, dan menghancurkan pohon dan bibit yang lebih kecil. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan hutan untuk beregenerasi; (4) dampak lainnya, yaitu dampak terhadap satwa liar dan gangguan pada perkembangbiakan dan sarang serta kerusakan lanskap, terutama dari penebangan pohon secara besar-besaran di daerah yang secara visual terlihat jelas (Higman et al. 2005).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun