Mohon tunggu...
Mohammad Rofiq
Mohammad Rofiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Ilmu Al Quran dan Hadist STAI Al Anwar Sarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Populisme Islam dalam Aksi Solidaritas Santri: Studi Kasus Demo Santri Jogja

5 November 2024   09:00 Diperbarui: 5 November 2024   09:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam teori gerakan sosial, kesempatan politik, mobilisasi masa, dan framing menjadi katalisator utama dalam tercapainya suatu tujuan. Dari ketiga katalisator di atas yang paling utama dan strategis dalam tercapainya suatu tujuan selain hasrat untuk berkuasa ialah pembingkaian aksi (framing).

Dalam gerakan sosial, para aktor harus mampu membingkai aksi yang mereka rencanakan dalam bahasa dan slogan-slogan yang mudah dipahami agar dapat menyentuh sentimen mereka. Inilah seni dalam komunikasi untuk menyampaikan sebuah pesan kepada audiens supaya terpompa partisipasi dan loyalitas mereka dengan didukung oleh ideologi sebagai efektivitas sebuah framing.

Menyoroti kasus penusukan terhadap santri jogja ini 14 ribu santri Yogyakarta gelar aksi damai untuk menegaskan peredaran miras dan kriminalitas. Ribuan santri Yogyakarta menunut pengawasan terhadat miras harus kebih intensif dan ketentuan peraturan daerah (Perda) harus ditegakan secara ketat untuk kesejahteraan Masyarakat luas.

Keterkaitan demontrasi aksi ribuan santri ini dengan populisme dapat dilihat dari identitas kolektif yang dilaksanakan oleh beberapa Ormas Masyarakat yang ikut andil dalam demontrasi tersebut, antara lain Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama, Muslimat Nahdlatul Ulama, Fatayat NU, PMII, IPNU , Pagar Nusa, dan berbagai ormas selain NU. Selain para santri dan ulama, sejumlah tokoh Masyarakat  turut hadir dalam aksi ini. Salah satunya Asyharul Mualla, dosen Universitas Islam Indonesia (UII).

Ribuan santri ini melakukan mobilisasi terkait terjadinya penusukan atas 2 orang santri jogja yang tidak segera mendapatkan keadilan dan terkait ketiadaan pengelolaan pengguna minuman keras (Miras) yang mejadi penyebab terjadinya peristiwa penusukan tersebut.

KH Hasan Abdullah jadi salah satu yang berorasi dalam aksi solidaritas santri di Polda DIY. Dia mengaku bangga dengan ribuan santri yang rela turun terbakar panas matahari dalam menyuarakan tolak miras di DIY. Melalui kesempatan ini, Hasan menyatakan bahwa aksi solidaritas juga bentuk keinginan santri untuk mengenal Kapolda DIY. Dia juga berterima kasih aksinya telah diterima oleh Polda DIY.

Selanjutnya, dia mendesak agar pelaku penusukan terhadap santri ditindak dengan proses hukum yang tuntas dan adil. Dia lantas menekankan, aksinya dapat bergelombang lebih besar dan luas. Jika peredaran miras di DIY tidak mendapat penanganan maksimal.

Ketua Ansor DIY sekaligus Koordinator Umum Aksi Solidaritas Santri Yogyakarta, Abdul Muiz, juga menyatakan kesiapannya mengerahkan gelombang yang lebih besar.

Sebagai Aktor Mobilisasi Aksi ribuan santri ini Abdul Muiz (Gus Muiz) dalam orasinya menyuarakan rasa prihatin dan kepedulian terhadap peristiwa penganiayaan dan penusukan terhadap dua santri Krapyak di Prawirotaman. Abdul Muiz lantas mengajak massa aksi untuk ikut mengucapkan tuntutan terhadap Polda DIY

  • Pernyataan Abdul Muiz kepada Polda DIY atas Kasus Penusukan Santri Krapyak yaitu:

  • Tangkap pelaku dan tegakkan hukum seadil-adilnya.

  • “Kami mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap semua pelaku penganiayaan, memproses mereka sesuai hukum yang berlaku, menyeret mereka ke pengadilan guna mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ujar Gus Muiz.

  • Korban dan keluarga berhak mendapatkan keadilan serta kepastian hukum.

    “Kami meminta adanya dukungan penuh dalam proses pemulihan, baik fisik maupun mental, bagi korban dan keluarganya,” ujar Gus Muiz.

  • Jaminan keamanan dilingkungan Masyarakat.

  • “Kami menuntut pemerintah, aparat keamanan, dan lembaga terkait untuk meningkatkan keamanan di semua sektor, setiap tempat harus bebas dari ancaman kekerasan dan setiap individu yang berbeda di dalamnya berhak merasa aman,” ungkapnya.

  •  Menolak bentuk kekerasan dan mendukung setiap langkah menuju terciptanya keamanan dan ketertiban.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun