Putra merupakan orang yg ingin selalu angka satu.
apabila terdapat ujian beliau selalu ingin terselesaikan duluan, PR pun beliau kerjakan sehabis pergi menurut sekolah.
Saking rajinnya, beliau sporadis sekali bermain beserta sahabat-temannya.
Memang hal itu tidaklah buruk, justru sangat baik.
Kebiasaan pada atas, telah dilakukan cantik semenjak duduk pada bangku sekolah dasar sampai ketika SMA.
Prestasi pada sekolahnya pun memang terbilang mentereng, selalu masuk tiga akbar pada kelasnya.
Lambat laun, Bagus dewasa & mulai merenungi poly hal.
Satu hal yg paling mengganggu pikirannya merupakan tentang kehidupan sosialnya.
Ia merasa tidak memiliki poly sahabat lantaran terlalu sibuk belajar buat menyiapkan masa depan.
Walau beliau jago pada urusan belajar, akan tetapi hatinya merasa hampa lantaran selalu sendirian.
Hingga satu ketika, ketika menjelang libur semester, waktu sahabat-temannya sibuk menyiapkan liburan Bagus justru siap-siap buat balik belajar.
Tetapi beliau balik merenung & sedih, karena tidak terdapat satu pun yg mengajaknya buat pulang berlibur.
Waktu liburan akhir datang & cantik menghabiskan ketika liburannya menggunakan belajar buat semester selanjutnya.
Kembali sekolah, Bagus sekarang tampak lebih sedih .
Ia sedih berhari-hari & diketahui sang gurunya.
Merasa risi, oleh pengajar kemudian meminta Bagus buat tiba ke ruangannya.
Mulanya Bagus bingung, apakah beliau melakukan kesalahan?
Bagus pun bergegas menemui gurunya tersebut.
“Bagus, kenapa?” jawab oleh pengajar.
Bagus kemudian menceritakan tentang persoalannya yg sedang beliau hadapai.
Sang pengajar hanya menaruh pesan singkat.
“Bagus, hiduplah buat hari ini, izin esok sebagai misteri,” kata si pengajar.
“Maksudnya begini, engkau boleh mengerjakan sesuatu buat besok hari, akan tetapi jangan lupakan hari ini, nikmatilah hari ini.”
“Jangan hingga engkau hayati terlalu cepat sampai nir punya sahabat, ingat, Gus, hiduplah hari ini.”
Kata-istilah pengajar pada atas menciptakan Bagus berpikir, beliau ternyata terlalu sibuk & risi menggunakan masa depan, sedangkan masa kinibeliau hiraukan.
Perkataan oleh pengajar termaktub sang Bagus, si siswa rajin ini mulai hayati pelan-pelan & tidak serba cepat.
Ia mulai mampu menikmati hayati & sedikit-sedikit memiliki sahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H