Mohon tunggu...
muhammad Shiddiq
muhammad Shiddiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Perjalanan hidup penuh dengan pasang surut". Di blog ini, saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pengembangan diri, motivasi, serta cara mencapai tujuan hidup. Mari bersama-sama tumbuh menjadi versi terbaik dari diri kita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abon Abdul Aziz dalam "Membumikan Buet Seumubuet di Bumi Aceh"

23 Desember 2023   19:57 Diperbarui: 23 Desember 2023   20:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abon Abdul Aziz merupakan sosok ulama yang berasal dari Aceh tempatnya di samalanga kabupaten Bireun. Beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingannya kehidupan. Semangat beliau dalam buet semeubuet akan menjadi suatu teladan bagi kita untuk mengikutinya. Darinya kita belajar bahwa kesempatan kehidupan ini tidak boleh kita sia-siakan, hidup ini hanya sekali maka manfaatkanlah kehidupan dengan hal-hal yang positif. Perlu kita ketahui dalam penyebutan Abon disini adalah gelar yang biberikan kepada seseorang ulama diaceh dikarenakan luasnya ilmu beliau

Abon telah sukses mengajarkan kepada kita arti perjuangan, kegigihan, kesabaran dan keikhlasan. Jasa abon yang sangat besar dan terus menerus terjadi sampai sekarang. Dengan spirit beliau dalam membumikan Buet Seumubuet ( Belajar dan mengajar), ini menjadi obor pembakar semangat bagi muridnya yang berhasil menjadi ulama besar  di aceh dan membangun ratusan dayah bahkan balai pengajian.

Maka dari itu, pada artikel ini penulis akan sedikit membahas tentang perjalanan intelektual dan spritual abon dalam  Membumikan "Beut Seumeubuet''

Biografi  

Abon Abdul Aziz lahir pada tanggal 1930 M didesa Kandang, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Orang tua beliau bernama Muhammad Shaleh bin Abbdulah (1892-1964 M) dan ibu beliau bernama Hj. Halimah binti Makam bin Keuchik Lamblang. Abon merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Abon juga memiliki saudara tiri yang seayah dengannya, yautu: Abdullah, Abdurrahman, Aisyah dan Khadijah.

Masa kecil abon banyak menghabisakan waktunya didaerah jeunieb, dimana ayah beliau mendirikan lembaga pendidikan agama yang bernama Dayah Darul Atiq didaerah Jeunieb. Ayah abon  juga pernah menjabat sebagi kepala KUA dikabupaten Bireuen dari tahun 1945 sampai 1953 M. Ayah abon merupakan murid dari Abi Hanafiah Bin Abbas yang merupakan pimpinan dayah Mesjid raya Samalanga.

Pendidikan

Pendikan dasar agama beliau memperolehnya dari lingkungan keluarganya sendiri. Pendidikan formal abon diawali dari sekolah rakyat (SR) pada tahun 1937 hingga tamat tahun 1944. Setelah itu beliau mulai mendalami lagi ilmu agama dari keluarganya selama dua tahun, sehingga pada tahun 1946 beliau menlanjutkan studinya ke dayah MUDI dibawah pimpinan Abi Hanifah, lebih kurang selama dua tahun abon di mudi.

 Tahun 1948 abon melanjutkan pendidikannya ke dayah matang kuli dibawah asuhan dari Tgk Abdul Mubin, setahun di Dayah matang kuli, abon kembali lagi ke Mudi. Perpindahan beliau dari satu guru keguru yang lain memberikan suatu kematangan dalam berfikir sehingga ini sangat penting jika seseorang nantinya akan menjadi ulama besar.

Tahun 1951 M, Abon melanjutkan belajarnya kedayah Darussalam Labuhan Haji Aceh selatan, yang dipimpin langsung oleh Abuya Muda Wali AL-Klahidi yang merupakan ulama yang termasyur dikala itu dengan menguasai ilmu ; Fiqh, Tasawuf , dan ilmu Nahwu dan Saraf. Abon sendiri mengikuti pelajaran dalam kelas Bustanul Muhaqqiqin wal Mudaqiqiqin, jenjang tertinggi kelas yang diasuh sediri oleh abuya. Dikelas abon sangat aktif dalam diskusi maupun tanya jawab dan juga beradu argumentasi dengan kawan-kawannya dikelas.

Pada tahun 1953 M, abon pulang ke mudi untuk menerima ijab qabul dengan putri gurunya sendiri yaitu fatimah binti abi hanifah didesa mideun jok, setelah menikah abon kembali lagi ke labuhan haji untuk memperdalam kembali ilmu agamanya.

Abon pulang ke dayah mudi pada tahun 1958 M, Setelah mendapatkan ijazah dari gurunya abuya muda wali Al-Khalidi dari kelas Bustanul Muhaqqiqin Walmudaqiqin. Kepulangan beliau ke mudi ini merupakan setelah beberapa bulan wafatnya guru beliau abi hanifah. Dan abon pun menjadi pimpinan dayah Mudi.

Namun setiap insan tiada kekal hidupnya, pada tanggal jumadil Akhir 1409 H bertepatan dengan 17 januari 1989 abon menginggal dunia pada usia ke 59 tahun dirumah sakit adam malik medan.

Membumikan Beut Seumubeut

Dalam wasiat-wasiat abon, beliau sering menyampaikan kepada murid-muridnya tentang pentingnya Buet Seumubuet (Belajar mengajar). Nasehat yang beliau sampaikan kepada muridnya sering sekali berulang-ulang sehingga melekat didalam hati murid beliu. Maka tak heran bila hari ini kita melihat diaceh maupun luar aceh banyak sekali bertebaran dayah cabang mudi yaitu Al-Aziziyah. Semangat yang beliau wasiatkan itu kemudia terus kita dengar dari para alumni mudi.

Abon Berpesan " Ureung Drohneuh wajeb neusemubuet. Menye na neusemeubuet na lon sajan. Meuyo hana neusemeubuet hana lon sajan. Walapun aleh ba''. ( Kalian itu harus mengajarkan ilmu. Walaupun kalian mengajar, saya bersama kalian. Tapi kalau kalian tidak mengajar saya tidak bersama kalian. Mengajarlah walaupun hanya alif ba )

Mengajar yang dimaksud oleh abon adalah tidak harus dengan kitab kuning. Apa saja boleh diajarkan walaupun hanya memperkenalkan huruf hijaiyah pada anak. Aboh pernah berwasiat 'mengajarlah walapun alif ba. Kalau tidak ada murid, jadikanlah istri dan anak mu dan saudaramu. Carikan bambu, pohon pinag untuk lantai, daun rumpia untuk atap. Dirikanlah balai ditanah sendiri, insyallah akan diberikan keberkahan oleh Allah.

Dalam memotivasi santri belajar, abon berpesan agar jangan merisaukan bagaimana nasib kedepan. Abon menanamkan kayakinan dalam hati muridnya bahwa bila mereka belajar bersungguh-sunguh, pintu kesuksesan akan terbuka lebar.

Untuk kesuksesan dalam belajar abon selalu menasehati muridnya agar tidak disibukkan dengan aktivitas lain selain belajar, termasuk berceramah diluar dayah.  Namun bila abon sudah dianggap layak, barulah abon memberikan rekomendasi kepadanya untuk berceramah sekaligus diperkenalkan kepada masyarkat, salah satu murid beliau sekarang adalah abu ishak langkawe.

Beberapa wasiat abon diatas, menjadi obor penyemangat bagi kita dalam menuntut ilmu. Sehingga sampai sekarang wasiat abon selalu dicerikan oleh guru kepada murid supaya dalam belajar mangajar yang terpenting adalah istiqamah. Walaupon abon sudah tiada namun semangat beliau istiqamah beliau menjadi panutan bagi kita semua. Selamat jalan Abon ! namamu akan terus dikenang seiring berkembangnya zaman dan tak bosan untuk menceritakan wasiat abon untuk anak cucu-cucu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun