Mohon tunggu...
Moch Desthio Robiyansyah
Moch Desthio Robiyansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN KH Ahmad Shiddiq Jember

hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran dan Posisi Islam Pra Kemerdekaan, Masa Revolusi, dan Pasca Kemerdekaan Indonesia

3 Juni 2023   18:37 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:38 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksistensi Islam Pra Kemerdekaan

Sudah menjadi khalayak umum bahwa Islam datang sebelum masa kemerdekaan Indonesia.  Bahkan cikal bakal kekuasaan Islam sudah  dimulai sekitar abad 7-13 masehi. Pada masa pra kemerdekaan inilah Islam pernah mencapai masa kejayaannya. Penyatuan budaya antara hindu budha dan islam yang menjadi kekuatan untuk mencapai kejayaan islam.  

Masa Sebelum Penjajahan

Pada abad ke 13, muncul kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan islam pertama yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Indonesia. Salah satu teori menyatakan bahwa pedagang arabdatang ke aceh dengan membawa ajaran islam dan mengajarkannya kepada raja raja setempat. Kemudian aja raja aceh banyak yang memluk agama islam dan menyebar luaskan ajaran Islam ke seluruh wilayah aceh. Hal ini yang menjadikan ajaran islam cepat menyebar luas di Aceh.

Pada abad ke 16, Islam kemudian memasuki wilayah Jawa. Hal ini ditandai dengan munculnya kerajaan kerajaan islam di pulau jawa seperti Kesultanan Demak,kerajaan Cirebon, dan kerajaan singasari. Islam di jawa memiliki perkembangan yang sangat pesat hal ini dikarenakan jawa merupakan pusat politik. Penyebaran Islam di Jawa semakin cepat setelah datangnya walisongo yang merupakan para ulama dari Arab, Persia, dan Gujarat. 

 Peran walisongo dalam penyebaran Islam di jawa sangat penting dengan metode metode islamisasi yang mudah diterima oleh masyarakat. Metode metode yang digunakan dalam penyebaran agama islam mengadopsi agama dan budaya di seluruh Indonesia, hal ini yang menyebabkan islam dapat berkembang dengan pesat. Berikut merupakan metode metode yang digunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia:

  •  Perdagangan

Tahap awal masuknya islam ke Indonesia diyakini melalui jalur perdagangan. Ada teori yang mengatakan bahwa jalur perdagangan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Arab telah dimulai sejak abad ke-7 Masehi. Melalui jalur perdagangan ini para pedagan muslim memanfaatkannya dengan mengajarkan agama islam. Karena selain bersentuhan langsung dengan masyarakat para raja dan bangsawan juga terlibat langsung dalam perdagangan. Para pedagang ini mengajak para raja dan bangsaan tersebut untuk memeluk agama islam. Setelah sang raja masuk islam maka otomatis rakyatnya akan memeluk agama islam. Maka dapat dikatakan penyebaran agama islam melalui jalur perdagangan ini juga cukup efektif. Semakin lama banyak pedagang muslim yang menetap di Indonesia. Mereka yang awalnya hanya berdagang pada akhirnya melakukan kerja sama untuk menyebarkan agama islam. Para pedagang muslim ini telah melakukan aktivitas ganda, aktivitas utama adalah pengusaha, dan sisi lain adalah menyebarkan agama islam di bumi nusantara.

  • Perkawinan

Metode penyebaran islam salah satunya dilakukan dengan proses perkawinan. Proses islamisasi dengan metode perkawinan merupakan cara yang paling mudah. Dengan ikatan pernikahan yang menggabungkan jasmani dan rohani antara dua individu maka harus ada keyakinan yang sama antara keduanya. Sebelum menikah kedua individu masuk islam terlebih dahulu agar memiliki keyakinan yang sama. Segi ekonomi dari saudagar muslim yang berada pada posisi sosial lebih baik dari penduduk setempat menjadi daya tarik bagi penduduk setempat maupun bangsawan untuk menikahkan purinya. Sehingga terjadilah pernikahan antara pedagang muslim dengan penduduk setempat maupun putri bangsawan. Dengan jalur pernikahan ini mempermudah penyebaran agama islam karena adanya hubungan keluarga. sebagai contoh penyebaran islam melalui jalur pernikhan adalah Raden Rahmat yang menikah dengan Nyai Ageng Manila yang merupakan putri dari seorang adipati di Tuban bernama Arya Teja. Raden Rahmat menyebarkan agama islam dengan membentuk kekerabatan melalui berbagai perkawinan para penyebar islam dengan putri putri penguasa yang menjadikan ikatan kekeluargaan antara umat islam semakin kuat. Pernikahan membangun cikal bakal islam menjadi lebih luas karena setelah menikah dan memiliki anak maka akan terbentuk penduduk islam. Penduduk islam yang semakin berkembang memunculkan desa, daerah bahkan kerajaan kerajaan islam yang semakin memperkuat kekuasaan dan penyebarluasan islam di Nusantara.

  •  Pendidikan

 Salah satu metode penyebaran Islam di Indonesia adalah melalui jalur pendidikan. Mengingat kondisi dan kualitas pendidikan dalam masyarakat Indonesia yang terjadi pada saat itu yang sangat terbelakang.  Maka jalur pendidikan menarik simpati masyarakat Indonesia untuk belajar dan mulai menerima ajaran islam. Melalui pendidikan  islam tidak membeda bedakan siapa yang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Setelah ajaran Islam mulai menyebar luas dan diterima oleh masyarakat Indonesia para wali mulai membangun lembaga pendidikan. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dibangun oleh para wali sebagai media pendidikan dan penyebaran ajaran islam. Selain itu pondok pesantren juga dijadikan tulang punggung untuk membentuk generasi islam di masa depan. Bahkan sampai saat ini pondok pesantren masih digunakan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan dan pengajaran agama islam.

  •  Kesenian

Banyak kesenian yang asalnya dari Indonesia digunakan oleh para wali sebagai media dakwahnya. Penyatuan corak hindu budha dengan islam sangat mudah diterima oleh masyarakat yang pada saat itu masih memeluk hindu budha. Melalui kesenian ini perlahan  lahan secara tidak sadar corak hindu budha mulai dimasukkan ajaran islam oleh para wali. Salah satu wali yang menggunakan kesenian sebagai media dakwahnya adalah Sunan Kalijaga. Beliau dengan kesenian wayangnya berhasil mengajak masyarakat untuk memeluk agama islam. Teknik yang digunakan Sunan Kalijaga adalah dengan  memberikan pertunjukan wayang tanpa meminta bayaran. Namun beliau meminta penonton untuk mengikutinya melantunkan sahadat sebagai tiket masuknya. Dalam pertunjukan wayangnya Sunan Kalijaga menceritakan Ramayana dan Mahabaratha yang kemudian beliau memasukkan ajaran islam di dalamnya. Selain Sunan Kalijaga, Sunan Bonang juga menggunakan kesenian wayang dan gamelan sebagai media dakahnya untuk menarik simpati masyarakat. Dalam pertunjukan gamelan Sunan Bonang tidak hanya memainkan tembang tembang macapat atau lagu tradisional jawa namun juga memainkan lagu lagu islami yang mengandung ajaran islam. Lagu yang diklaim buatan Sunan Bonang adalah tembang Wijil dan Tombo Ati. Selain seni seni seperti seni wayang dan gamelan penyebaran agama islam juga melalui seni arsitektur, seni ukir, seni tari, dan seni sastra. Masjid menara kudus termasuk salah satu bentuk penyatuan corak hindhu budha dengan islam. Masjid tersebut mempunyai corak arsitek seperti hindu budha namun digunakan oleh ibadah oleh umat muslim. Selain itu seni patung dan kaligrafi masih menjadi kesenian yang banyak ditemukan dalam masjid masjid kuno baik sebagai interior dan eksterior.

  •  Politik

Metode politik juga menjadi cara penyebaran agama islam di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwasanya penyebaran agama islam tidak hanya disampaikan kepada masyarakat biasa namun juga kepada kalangan bangsawan. Bahkan pada saat itu salah satu wali diangkat menjadi penasihat kerajan. Hal ini tentunya memperkuat pengaruh islam dalam politik kerajaan. Para wali juga membangun kerajaan kerajaan seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Cirebon, dan Kerajaan Banten. Kerajaan kerajaan ini memainkan peran politik yang besar. Dengan memenangkan pertarungan politik dengan kerajaan non-islam maka memperkuat dan memperluas wilayah kekuasan kerajaan islam di Indonesia. Karena setelah raja dari kerajaan non-islam tersebut masuk islam maka rakyatnya akan masuk islam mengikuti rajanya.

 Dapat dipahami bahwa masuknya islam bukan tanpa usaha dan tidak serta merta ada. Melainkan banyak proses yang dilalui oleh penyebar agama islam tersebut. Namun masuknya Islam di Indonesia mendapat respon yang baik dari masyarakat. Karena masuknya islam selaras dengan agama dan budaya yang ada sebelumnya. Pada masa sebelum penjajahan  ini banyak kerajaan yang bercorak islam. Masa ini juga yang menjadi masa keemasan perkembangan Islam di Indonesia. Invasi yang dilakukan oleh kerajaan kerajaan islam dan banyaknya pondok pesantren  menjadi kekuatan penyebaran agama islam di Indonesia. Secara keseluruhan, pada masa ini islam memiliki peran yang sangat penting di Indonesia. Karena tidak hanya mengajarkan agama islam namun juga menjadi landasan dalam pembentukan sistem pemerintahan, hukum, dan kebudayaan di masa mendatang. Selain itu juga berperan dalam menyatukan suku dan agama yang ada di daerah tersebut.

 Masa Penjajahan

 Sudah menjadi sejarah bahwa Negara Indonesia pernah dijajah oleh negara seperti Belanda dan Jepang. Penjajahan yang terjadi melemahkan seluruh kekuasan yang ada sebelumnya. Penjajahan ini mengubah ritme ekonomi, politik, kebudayaan, dan agama yang ada di Indonesia. Campur tangan pihak kolonial dalam pemerintahan kerajaan membuat ulama ulama yang dijadikan sebagai penasihat raja tersingkir. Dampaknya Islam mulai mengalami kemunduran.

  •  Penjajahan Belanda

 Belanda masuk ke Indonesia dimulai pada akhir abad ke 16 Masehi. Proses penjajahan yang dilakukan oleh Belanda tidak langsung dimulai pada awal kedatangannya. Namun melalui proses politik yang perlahan dan bertahap. Hal ini menjadi cikal bakal penjajahan di Indonesia dan juga menjadi awal kemunduran Islam di Indonesia. Awal kedatangan Belanda ke Indonesia tidak lain adalah hanya untuk mencari rempah rempah. Keuntungan yang besar dari hasil penjualan rempah rempah membuat Belanda ingin menguasai Indonesia. Kemudian pada tahun 1605 dibentuklah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) sebagai serikat dagang antara Belanda dan Indonesia. Namun dengan adanya VOC menimbulkan kesengsaraan dan kerugian bagi bangsa Indonesia dalam aturan dagangnya. Belanda juga mengharuskan kesultanan yang berada di bawah kendalinya untuk menghentikan dakwah islam dan membatasi urusan politiknya. Belanda juga mengenalkan agama Kristen pada bangsa Indonesia dengan membangun gereja dan sekolah sekolah Kristen untuk sosialisasi mereka. Hal ini memperburuk situasi perkembangan Islam di Indonesia. Namun upaya Belanda dalam mengenalkan ajaran Kristen pada penduduk Indonesia mengalami penolakan. Karena penduduk Indonesia merasa dimanfaatkan oleh kolonialis Belanda. Penindasan yang terjadi menyadarkan bangsa Indonesia untuk melakukan perlawanan. Umat Islam kemudian menyusun kekuatan untuk melakukan perlawanan seperti yang dilakukan oleh Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Pasukan Imam Bonjol mulai melakukan perlawanan pada tahun 1821. Pangeran Diponegoro juga melakukan perlawanan kepada Belanda pada tahun 1852.. Perlawanan perlawanan dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang didominasi umat muslim. Perlawanan terjadi karena ketidakadilan dan bentuk penolakan ajaran Kristen yang masuk ke Indonesia. Walaupun banyak mengalami kekalahan peran Islam sebagai pengobar semangat persatuan dan kesatuan untuk mengalahkan kolonialis Belanda. Selain itu berkembangnya organisasi organisasi Islam pada saat itu sebagai bagian dari perlawanan politik Belanda turut memberi kontribusi dalam upaya pengusiran Belanda dari Indonesia.

  •  Penjajahan Jepang

 Penjajahan Jepang dimulai pada Februari 1942 setelah runtuhnya kekuasaan Belanda di Asia. Awalnya Jepang datang mempropagandakan diri sebagai pelindung bukan sebagai penjajah. Akhirnya masyarakat Indonesia menerima Jepang akibat propaganda tersebut. Jepang sangat pandai mengambil hati penduduk Indonesia dengan menawarkan kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia meskipun hanya sebentar memiliki dampak yang besar pada umat Islam. Permulaan penjajahan Jepang dilakukan dengan memaksa penduduk Indonesia melakukan sekerei. Sekerei adalah tradisi yang dibawa oleh Jepang sebagai bentuk penghormatan terhadap Kaisar Jepang. Sekerei dilakukan dengan cara membungkukkan badan kea rah matahari saat terbitnya. Tradisi ini mendapat banyak perlawanan khususnya di kalangan ulama. Salah satu ulama yang menentang tradisi ini adalah K.H Haysim Asyari. Beliau menganggap sekerei tidak sesuai dengan ajaran islam karena hal tersebut merupakan sebuah kemusyrikan.  Beliau kemudian ditangkap dan disiksa oleh Jepang setelah menolak untuk melakukan sekerei. Penyiksaan kepada K.H Hasyim Asyari dimaksudkan untuk menggertak penduduk Indonesia agar mengikuti Jepang. Namun semangat perjuangan umat Islam tidak redup dengan ancaman tersebut. Banyak dari kalangan santri yang datang mendesak Jepang untuk melepaskan K.H Hasyim Asyari.  Demi mengambil kembali hati masyarakat Indonesia, Jepang akhirnya melepaskan para ulama yang ditahan termasuk K.H Hasyim Asyari. Pihak Jepang sadar bahwa untuk mencapai tujuannya mereka harus mengambil simpati umat Islam. Kemudian mereka membangun Kantor Urusan Agama, mendirikan organisasi Masyumi dan membentuk Laskar Hibullah untuk menunnjukkan kesriusan mereka mendukung umat Islam. Pihak Jepang juga membubarkan kelompok kelompok lama yang bertentangan dengan umat Islam. Kebaikan Jepang kepada bangsa Indonesia justru dimanfaatkan dengan baik oleh umat Islam. Upaya persiapan kemerdekaan semakin digencarkan oleh penduduk Indonesia. Upaya tersebut dilakukan dengan membentuk kualisi dari partai muslim dan nasionalis seperti Masyumi, Nahdatul Ulama, PNI, dan PKI. Meskipun pada akhirnya partai nasional yang mendominasi kekuatan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Pihak muslim menginginkan Indonesia menjadi Negara Islam yang kemudian dicantumkan dalam Piagam Jakarta sila pertama berbunyi "kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya". Namun sila pertama ini mendapatkan penolakan dari kaum nasionalis. Mereka berpendapat bahwa konsep Negara Pancasila lebih sesuai dengan bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku, ras, dan agama. Sebagai gantinya didirikanlah Kementrian Urusan Agama yang bertujuan untuk melindungi kebebasan beragama di Indonesia.

Secara garis besar Islam sebelum kemerdekaan terbagi atas dua masa yaitu masa sebelum penjajahan dan masa kolonialis. Bisa kita lihat pada awal masuknya islam sudah mendapat penerimaan yang baik dari masyarakat. Sehingga pada masa kesultanan kemajuan penyebaran semakin pesat dengan datangnya Walisongo ke bumi nusantara. Pengaruh kerajaan islam saat itu membawa Islam sampai pada puncak kejayaannya. Namun kejayaan islam semakin meredup dengan datangnya penjajahan dari Belanda. Permaninan politik dari kaum kolonialis meruntuhkan posisi Islam di kesultanan. Namun kekuatan islam masih terjaga dengan adanya pesantren pesantren yang dibangun para Ulama. Akhirnya kolonialis Belanda gagal untuk menanamkan ajaran Kristen di Indonesia. Masa penjajahan Jepang merupakan jalan bangkitnya pergerakan Islam. Pergerakan ini akhirnya membawa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dengan dasar Pancasila. Walaupun keinginan umat Islam untuk mendirikan Negara Islam tidak tercapai.

Peran Politik dan Pendidikan Islam di Indonesia

 Hubungan antara agama, politik, pendikan, dan sejarah tentulah akan selalu berhubungan. Sejarah Indonesia tidak terlepas dari peran politik dan pendidikan Islam yang dilakukan para ulama maupun intelektual muslim. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lain merupakan sumbangsih dari politik dan pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke-7 Masehi. Islam memprioritaskan pendidikan sebagai pondasi dalam mengembangkan dan memperluas jangkauan Islam. Pendidikan yang terjadi saat itu masih belum tersistemasi secara formal. Dakwah Islam dilakukan dengan perdagangan, perkawinan, dan penyatuan budaya. Dakwah yang dilakukan mudah diterima oleh masyarakat karena menandung unsur kebaikan. Bersamaan dengan dakwah tersebut nilai nilai pendidikan mengenai ajaran Islam mulai terealisasi. Pendidikan Islam kemudian semakin berkembang dengan dibangunnya masjid masjid dan pesantren sebagai tempat berlangsungnya pendidikan Islam. Cikal bakal pondok pesantren ini bermula dari Sunan Ampel yang membangun pusat pendidikan di Jawa timur. Pesantren dijadikan sebagai pusat pendidikan yang kemudian menjadi kekuatan Islam untuk mempertahankan Indonesia.

Namun pada masa penjajahan Belanda kebijakan pendidikan islam mengalami diskriminatif dari pihak kolonialis. Pihak kolonial menginginkan pendidikan yang mengajarkan agama Kristen. Selain itu, hal tersebut dilakukan untukmengatasi kehawatiran Belanda atas kekuatan umat Islam Indonesia. Perlakuan diskriminatif ini memicu perjuangan umat Islam untuk mengusir Belanda dari bumi Indonesia. Semangat perjuangan ini kemudian melahirkan organisasi organisasi Islam sebagai bentuk pendudkung kekuatan politik Islam. Pada tahun 1912 KH. Ahmad Dahlan memprakarsai organisasi Islam modern yang dinamakan perserikatan Muhammadiyah. Kemudian 2 tahun kemudian KH. Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Mansyur mendirikan sebuah kelompok diskusi bernama Tasbwirul Afkar dan juga membentuk Islam Study Club. Kelompok ini berhasil menarik tokoh tokoh nasionalis seperti Dr. Sutomo.  Kemudian pada tahun 1926 berdiri juga organisasi Islam yang diberi nama Nahdatul Ulama. Organisasi ini berdiri di Surabaya dan dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari. Organisasi organisasi ini yang kemudian memprakarsai bentuk bentuk perlawanan terhadap Belanda 

Setelah berakhirnya masa penjajahan Belanda datanglah Jepang yang membawa warna baru bagi pendidikan dan politik islam di Indonesia. Jepang ingin menguasai Indonesia lewat pendidikan dengan mengubah paksa kurikulum, mengurangi pembelajaran berteks Arab, dan menghapus pelajaran Agama. Namun usaha Jepang gagal karena pesantren yang merupakan kekuatan Islam luput diawasi. Sehingga pendidikan Islam masih terus berkembang melalui pesantren. Pendidikan dan aktifitas politik Islam di masa penjajahan Jepang semakin bergairah karena adanya dukungan dari pemerintah Jepang. Perhatian ini dimaksudkan untuk mengambil hati masyarakat Indonesia khususnya umat Islam. Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh para ulama dan intelektual Islam untuk menyusun kemerdekaan Indonesia. Kemajuan zaman membawa pendidikan Islam memainkan peran yang sangat penting di Indonesia, sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Pendidikan Islam di Indonesia melibatkan pengajaran dan pembelajaran nilai-nilai Islam, ajaran agama, serta studi keilmuan terkait dengan Islam.

Selain itu peran politik Islam di Indonesia juga sangat signifikan dalam perkembangan politik negara. Sejak sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Islam telah menjadi salah satu kekuatan politik yang penting di negara ini. Meskipun Indonesia bukan negara Islam secara konstitusional, mayoritas penduduknya adalah Muslim, sehingga Islam memainkan peran yang kuat dalam kehidupan politik dan sosial negara ini. Partai politik Islam di Indonesia setelah masa kemerdekaan, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN), memiliki peran yang signifikan dalam sistem politik Indonesia. Partai-partai ini berusaha mewakili dan mempromosikan agenda-agenda politik yang berkaitan dengan Islam, seperti keadilan sosial, penerapan hukum Islam, dan isu-isu moral. Mereka juga berperan dalam memperjuangkan hak-hak dan kepentingan umat Muslim di Indonesia. Selain partai politik, organisasi Islam yang kuat seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga memiliki pengaruh politik yang besar. Keduanya adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia dan memiliki jutaan anggota. Mereka terlibat dalam kegiatan politik seperti mendukung kandidat politik, memberikan pandangan tentang kebijakan publik, dan memobilisasi basis massa mereka dalam pemilihan umum.

 Peran politik Islam juga tercermin dalam pembentukan kebijakan negara. Meskipun Indonesia memiliki dasar negara yang menjunjung tinggi prinsip pluralisme dan kebebasan beragama, faktor-faktor Islam sering kali diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Misalnya, undang-undang tentang perkawinan, hukum Islam, dan pendidikan agama sering kali mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Peran politik Islam di Indonesia terus berkembang dan bervariasi seiring waktu. Sementara beberapa kelompok dan partai politik Islam lebih moderat dalam pendekatan dan tujuan mereka, ada juga kelompok-kelompok yang lebih radikal atau konservatif. Dalam konteks yang lebih luas, peran politik Islam di Indonesia dipengaruhi oleh dinamika politik, sosial, dan budaya yang kompleks dalam masyarakat Indonesia.

 

Posisi Islam pada Masa Revolusi di Indonesia

Masa Revolusi Indonesia adalah masa peralihan yang sebelumnya Indonesia adalah sebuah negara jajahan menjadi Negara Kesatuan. Masa ini juga merupakan kembalinya Belanda ke Indonesia untuk merebut kedaulatan Indonesia. Masa yang terjadi antara tahun 1945 hingga 1949 tentunya merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam. Islam memiliki peran yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia. Islam sendiri merupakan agama mayoritas di Indonesia, sehingga pengaruhnya sangat kuat dalam gerakan nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajahan.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda kembali datang ke Indonesiabersama paskan NICA untuk melucuti tentara Jepang yang ada di Indonesia dan bermaksud mengambil alih Indonesia yang merupakan Negara jajahan Jepang sebelumnya. Hal ini memicu kemarahan Indonesia ditambah Belanda melarang untuk megibarkan bendera merah putih saat itu. Kemudian terjadilah protes dari masyarakat Indonesia di Surabaya yang mayoritas dari kalangan santri. Protes yang dilakukan kemudian berujung pada kesepakatan gencatan senjata antara kedua belah pihak. Namun keesokan harinya bentrok kembali terjadi yang menewaskan Jenderal Mallaby, pemimpin tentara Ingris. Kemudian Belanda mengeluarkan ultimatum yang membuat marah rakyat Indonesia. Laskar Hizbullah dan para santri di Surabaya membentuk aliansi untuk melakukan perlawanan.  Tokoh yang menggerakkan perjuangan rakyat Surabaya antara lain KH. Hasyim Asy'ari dan Sutomo. KH. Hasyim Asy'ari menetapkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman atau sering dikenal dengan ungkapan "hubbul wathan minal iman".[16] Kemudian atas peristiwa itu ditetapkanlah hari santri nasional pada tanggal 22 Oktober. Sutomo juga memiliki peran penting dalam mengobarkan semangat masyarakat Surabaya. Sebelum berangkat ke medan perang ia berpidato, gema takbirnya membawa semangat bagi para pejuang Indonesia.

Pada masa revolusi, tokoh-tokoh Muslim memainkan peran penting dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Soekarno, pendiri dan presiden pertama Indonesia, yang juga seorang muslim. Soekarno memiliki visi nasionalis-religius yang kuat, di mana ia menggabungkan nilai-nilai agama Islam dengan ideologi nasionalis dalam perjuangan kemerdekaan. Gerakan pemuda Islam juga memainkan peran penting dalam revolusi. Misalnya, organisasi seperti Hizbullah, Sarekat Islam, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah berperan aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan dan menyediakan bantuan sosial serta pendidikan kepada rakyat Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, Islam tetap memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan sosial negara ini. Meskipun Indonesia menganut prinsip negara berdasarkan Pancasila yang menjunjung tinggi kebhinekaan, Islam tetap menjadi agama dominan di negara ini dan diakui secara resmi. Islam juga memiliki peran dalam pembentukan hukum dan kebijakan negara, termasuk dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam sejarah Indonesia, pemahaman tentang Islam dan peran agama dalam masyarakat terus berkembang. Hal ini tercermin dalam perdebatan dan dinamika sosial yang berlangsung di negara ini. Beberapa isu yang menjadi perhatian adalah hubungan antara Islam dan negara, isu kebebasan beragama, peran perempuan dalam masyarakat Muslim, dan sebagainya.

Peran Islam dalam Kemerdekaan Indonesia

Peran Islam dalam upaya kemerdekaan tidak perlu dipertanyakan lagi. Peran Islam dalam kemerdekaan Indonesia sangat signifikan dan terlihat dalam berbagai aspek perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang. Hal ini terbukti dengan adanya perjuangan perjuangan yang dilakukan oleh Umat Islam Indonesia.  Perlawanan fisik dan perlawanan diplomatis dilakukan demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

 Berikut adalah beberapa contoh peran Islam dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia:

Gerakan Keagamaan: Pada awal abad ke-20, muncul gerakan keagamaan yang kuat di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi Islam terbesar saat ini memperjuangkan Indonesia dari berbagai aspek. Pendidikan Islam dan semangat nasionalis digencarkan yang terbukti dengan berdirinya pesantren pesantren dan lembaga pendidikan atas nama kedua organisasi tersebut. Selain itu tokoh tokoh dari kedua organisasi btersebut saling bertukar pikiran dalam merumuskan dasar Negara Indonesia. Gerakan-gerakan ini terbukti memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran nasional dan semangat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Mereka mendorong para ulama dan umat Muslim untuk terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan.

Pendidikan: Pendidikan Islam menjadi salah satu sarana penting untuk menyebarkan semangat perjuangan dan kesadaran nasional. Sekolah-sekolah Islam, seperti pesantren, menjadi tempat yang menginspirasi dan mempersiapkan para pemimpin masa depan. Tempat ini juga menjadi kekuatan Islam yang tidak bisa diruntuhkan oleh penjajah. Banyak tokoh-tokoh nasionalis yang dilahirkan dan dididik di pesantren, seperti KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Fatwa Jihad: Pada tahun 1945, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajahan Belanda. Fatwa ini memberikan dukungan agama kepada perjuangan kemerdekaan dan memobilisasi umat Muslim untuk berperang melawan penjajah. Fatwa tersebut memberikan legitimasi religius bagi perjuangan kemerdekaan. Fatwa ini kemudian dikenang oleh bangsa Indonesia sebagai hari santri nasonal. Karena dengan fatwa ini memantapkan semangat perjuangan dari para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah.

Organisasi Islam: Organisasi-organisasi Islam seperti Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berperan aktif dalam politik dan perjuangan kemerdekaan. Organisasi ini terlibat dalam perumusan dasar negara Indonesia. Masyumi menyediakan platform bagi para pemimpin Muslim untuk berpartisipasi dalam perjuangan politik dan merumuskan visi negara yang independen. Tidak hanya dalam upaya kemerdekaan organisasi ini juga berjuang untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia dan menolak ideology ideology yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Pemimpin Muslim: Banyak tokoh-tokoh Muslim yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah Soekarno, presiden pertama Indonesia, yang merupakan seorang nasionalis dan juga seorang Muslim yang memimpin perjuangan melawan penjajahan Belanda. Contoh lainnya ada KH. Hasyim Asy'ari yang mengobarkan semangat santri santrinya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Selain itu H. Agus Salim juga memiliki peran penting dengan melakukan diplomasi dengan Negara Negara lain untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan Indonesia

Pidato-pidato Agung: Pidato-pidato agung yang diucapkan oleh para pemimpin Muslim, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyat Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan. Pidato-pidato tersebut menekankan nilai-nilai Islam, keadilan sosial, dan kemerdekaan sebagai hak asasi manusia.

Peran Islam dalam kemerdekaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian integral dari perjuangan yang beragam untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Umat Muslim, tokoh agama, dan organisasi Islam memainkan peran penting dalam menginspirasi, menggerakkan, dan memobilisasi masyarakat Indonesia dalam perjuangan tersebut.

 

Posisi Islam Indonesia pada Masa Pasca Kemerdekaan

 Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Islam tetap menjadi salah satu kekuatan yang signifikan dalam kehidupan politik, sosial, dan budaya negara ini. Peran islam masih terus berlanjut ditengah dinamika politik yang terjadi. Konflik yang terjadi akibat isu politik antara golongan Islam dan golongan komunis mempertajam rawannya perpecahan. Namun posisi Islam tidak terpengaruh oleh ideology lain, walaupun cita cita untuk mendirikan Negara Islam  gagal.  [20]

 

Posisi Islam dalam masa pasca kemerdekaan bisa dijelaskan melalui beberapa aspek:

Identitas Negara: Islam dijadikan sebagai salah satu pilar identitas negara Indonesia. Meskipun negara ini tidak menganut sistem negara Islam, Pancasila, dasar ideologi Indonesia, menyatakan bahwa negara ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Islam diakui sebagai agama mayoritas dan memiliki pengaruh yang kuat dalam berbagai aspek kehidupan.

Konstitusi dan Hukum: Konstitusi Indonesia, yang dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945, menjamin kebebasan beragama dan melindungi hak-hak warga negara untuk menjalankan praktik keagamaan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Islam diakui sebagai salah satu agama yang diakui secara resmi di Indonesia, bersama dengan agama-agama lainnya.

Partai Politik: Dalam sistem politik Indonesia, terdapat partai-partai politik Islam yang aktif berperan dalam arena politik. Beberapa partai politik Islam telah muncul dan berperan penting dalam proses politik, baik di tingkat nasional maupun lokal.

Lembaga Keagamaan: Lembaga-lembaga keagamaan Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki peran yang signifikan dalam menyebarkan agama Islam, memberikan pelayanan sosial, serta terlibat dalam isu-isu keagamaan dan sosial di Indonesia.

Pendidikan: Islam juga memiliki peran penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Terdapat banyak sekolah-sekolah agama Islam, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, yang menyediakan pendidikan dengan pendekatan Islam dan membantu memperkuat identitas keagamaan.

Dalam kesimpulannya, Islam memegang peran penting dalam kehidupan Indonesia pasca kemerdekaan. Agama ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam politik, hukum, budaya, dan kehidupan masyarakat. Namun, Indonesia juga menganut prinsip kebebasan beragama dan mengakui keberagaman agama dan kepercayaan sebagai bagian integral dari negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun