Mohon tunggu...
Muhamad AryaDzulfikar
Muhamad AryaDzulfikar Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

hobi saya hiking,olahraga danmenceritakan dalam sebuah tuliasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Kedamaian Melalui Peristiwa Bom Bali

26 Desember 2023   03:30 Diperbarui: 26 Desember 2023   07:15 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka terus mendapatkan informasi tentang situasi kaum Muslim di Afghanistan dan percaya bahwa serangan-serangan yang terjadi di sana didukung oleh Amerika. Hal ini karena Amerika dianggap sebagai satu-satunya negara adidaya yang masih memegang kekuasaan, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet. Para juga pelaku meyakini bahwa Amerika menjadi sekutu Israel, yang dianggap sebagai pelaku utama dalam serangan-serangan di Afghanistan.

Sebagian besar korban tewas dalam tragedi tersebut berasal dari orang-orang yang berada di dalam atau dekat Paddy's Pub atau Sari Club. Korban-korban ini terdiri dari wisatawan Barat, yang kebanyakan berusia antara 20-an hingga 30-an tahun, termasuk beberapa penduduk Bali yang berada di sekitar lokasi kejadian atau di seluruh daerah tersebut. Banyak di antara mereka mengalami luka bakar yang parah dan cedera lainnya. Sejumlah besar korban, terutama dari Australia, mencapai 88 orang yang tewas.

Tragedi tersebut mengakibatkan kecanggungan antar umat beragama khususnya diwilayah bali. Untuk mnetralkan suasana agar tidak ada suatu kecnggungan sosial diadakan komunikasi antar umat beragama melalui kearifan lokal di bali, seperti melaksanakan ajaran akulturasi :Tat TwamAsi, Tri Hita Karana, atauWasudewa Kutum Bakam. Namundalam praktik sosialnya dilakukan melalui kearifanlokal  Bali,  seperti menyamabraya, metulungan, dan ngejot. Suwindia.

Paham radikalisme pasti akan selalu mengalir di ruang lingkup masyarakat, membendung paham radikal adalah suatu keharusan dalam menempuh suatu kedamaian. Dalam kasus bom bali terjadi karena faktor intern ketidak pahaman atas keagamaan, Pemahaman tersebut harus di nanggulang melalui pendidikan atau penyuluhan anti radikalisme. formulasi penting yang dapat diupayakan.

Pertama, fokus pada pendalaman dan pemahaman aspek keagamaan terkait perdamaian, kerukunan, dan kemanusiaan. Hal ini tidak hanya didasarkan pada intelektualitas kognitif, tetapi lebih menekankan pada aspek “penghayatan” (afektif) dan “pengamalan” (psikomototik). Upaya ini bertujuan untuk mewujudkan pendidikan yang dihapuskan pada nilai-nilai kerukunan dan perdamaian (pendidikan berbasis nilai-nilai perdamaian) dengan tujuan mendekatkan pemahaman tentang agama agar bersifat inklusif terhadap realitas pluralisme.

Kedua, penekanan pada pengutamaan moralitas (budi pekerti) sebagai praktik nyata (amal), bukan hanya sebagai aspek intelektual. Hal ini mengingat bahwa pada hakikatnya, tak satu pun dari ajaran agama yang mengesahkan penggunaan 'kekerasan' sebagai cara menyelesaikan konflik.

Ketiga, pencapaian dalam pendidikan berbasis nilai perdamaian, dalam upaya menghilangkan konflik sosial-keagamaan, sebenarnya dimulai dari tumbuhnya kesediaan untuk 'menghargai nilai'. Menghargai nilai berarti bahwa seseorang atau peserta didik telah tergerak secara emosional dan dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai tersebut, seperti nilai kerukunan, nilai pentingnya perdamaian dan penolakan terhadap kekerasan, serta nilai saling menghargai perbedaan keyakinan, dianggap sebagai sesuatu yang indah dan positif untuk diri pribadi dan masyarakatnya.

Berbagai aspek penting dalam pendidikan berbasis nilai perdamaian diatas, dapat menjadi upaya apresiatif dalam rangka ikut menyelesaikan konflik sosialkeagamaan yang masih rentan terjadi di negeri Indonesia tercinta ini. Dalam kasus bom bali para pelaku terpapar paham radikalisme baik dari dalam maupun luar, perlu adanya pencegaham paham radikal, perlawanannya yaitu  melalui pemahaman perdamaian yang disokong oleh guru-guru yang pluralis dan sikap damai yang tertanam pada diri. Maka akan menciptakan sebuah kondisi sosial yang harmonis diantara kalangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun