Mohon tunggu...
Maqbul Halim
Maqbul Halim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Politisi dan penulis

Saya maqbul halim. Setiap hari bekerja sebagai konsultan media (khusus untuk urusan politik).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkda 2024, Kotak Kosong Kembali "Tegur" Elit dan Parpol

3 Desember 2024   20:01 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah pilkada yang menyertakan Kota Kosong untuk melawan pasangan calon (Paslon) tunggal, pertama kali pada Pilkada 2015. Pada Pilakada Serentak 2015, ada 3 paslon tunggal. Kemudian, Pilkada 2017, jumlah paslon tunggal melawan kotak kosong meningkat menjadi sembilan paslon tunggal. Lalu pada 2018, ada 16 paslon tunggal dan hanya di Makassar yang kotak Kosong-nya menang, pertama kali. Pada Pilkada Serentak 2020, ada 25 paslon tunggal.

Terbaru, pilkada serentak 2024, ada 37 paslon tunggal melawan kotak kosong, dua di antaranya kalah, dan satunya kalah kontroversi. Dua di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dan satu di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Hasil dari tiga pilkada tersebut menuai kontroversi dan hal unik pada Pilkada Serentak 2024 ini. Di Provinsi Kep Babel, ada dua kabupaten/kota dimana kotak kosong mengalahkan paslon tunggal, yakni Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka. Daerah ketiga adalah Kota Banjarbaru,  Kalimatan Selatan.  

Berdasarkan Hitung Cepat (QC) pada Pilkada Kota Pangkalpinang, paslon tunggal dan petahana Maulan Aklil-Masagus M. Hakim kalah dalam dari Kotak Kosong (57,98%). Motor Gerakan Pilih Kotak Kosong Tomi Permana menyimpulkan bahwa kemenangan kotak kosong ini, karena masyarakat marah dan muak terhadap hegemoni elit politik. Paslon tunggal memang didukung oleh semua partai politik, 16 parpol parlemen dan tujuh parpol non-parlemen.  

"Kemenangan kotak kosong adalah kemenangan rakyat. Hasil ini menunjukkan bahwa rakyat ingin menentukan pilihannya sendiri, bukan oleh elite politik atau partai politik," kata Tomi Permana kepada awak media pekan lalu.

Hal yang unik juga di Pilkada Kota Pangkalpinang ini, kata Tomi, penyelenggara dan pengawas pilkada dituding mempersulit gerakan dan simpatisan Kotak Kosong menjelang hari pencoblosan Rabu 27 Nopember. Tomi menambahkan bahwa bahkan posko masyarakat untuk Kotak Kosong dibiarkan diserang oleh Orang Tak Dikenal (OTK).

Sementara di Pilkada Kabupaten Bangka 2024, paslon tunggal dan Petahana Mulkan-Ramadian gagal mengalahkan Kotak Kosong. Keunggulan Kotak Kosong pada hitung cepat (Sirekap) KPU. Paslon nomor urut 1 meraih 42,75%, dan Kotak Kosong (Nomor 2) 57,25%.

Hal yang berbeda di Kabupaten Bangka ini adalah bahwa tidak ada gerakan dari kelompok masyarakat untuk mengkampanyekan dan memenangkan Kotak Kosong. Kemenangan kotak kosong di daerah ini dianggap sebagai kemenangan natural, alami. Di Kota Pangkalpinang, ada Rumah Aspirasi Kotak Kosong, tapi di Kabupaten Bangka, tidak ada yang seperti ini.

Sejumlah pengamat melihat Kotak Kosong sebagai wadah akumulasi kekecewaan masyarakat Kabupaten Bangka selama dipimpin oleh petahana. TPS menjadi tempat protes tanpa keributan di kabupaten ini.

Paslon tunggal kontroversial terjadi di Pilkada Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Awalnya, ada dua paslon yang ditetapkan oleh KPU, yakni paslon Erna Lisa Halaby-Wartono dan paslon Aditya Mufti Ariffin - Said Abdullah Alkaff (Aditya-Said). Akibat pelanggaran yang dituduhkan, Aditya-Said didiskualifikasi beberapa hari sebelum pencoblosan. Surat suara versi baru tidak sempat dicetak, sehingga kolom (kotak) kosong tidak ada pada lembar surat suara.

Apa yang terjadi setelah diskualifikasi itu? Warga tetap memilih Aditya-Said, meski telah didiskualifikasi. Kontroversinya adalah KPU setempat menafsirkan suara untuk Aditya-Said ini dinyatakan sebagai surat suara tidak sah. Ironis, KPU Kota Banjarbaru hanya menetapkan suara paslon dan suara tidak sah. Suara sah (paslon Lisa-Wartono) 36.135 (31,46%) dan suara tidak sah (Aditya-Said) 78.736 (68,54%). Jumlah total suara sah dan tidak 114.871. Dengan demikian, Pilkada Kota Banjarbaru dimenangkan oleh suara tidak sah.

Kontroversi ini kian runyam karena KPU dianggap tidak punya dasar untuk menafsirkan suara untuk Aditya-Said ini sebagai suara tidak sah. Warga dan pendukung paslon yang dibatalkan ini akan menggugat ke MK jika KPU tetap melanjutkan tafsirannya.

Nasib yang dialami paslon Aditya-Said ini serupa yang dialami Paslon Danny Pomanto - Indira Mulyasari (DIAmi) pada Pilkada Makassar 2018, yang awalnya juga diikuti oleh dua paslon. Akibat pelanggaran hukum yang dituduhkan kepada DIAmi, paslon ini lantas didiskualifikasi. Rivalnya, Munafri Arifuddin yang berpasangan dengan Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu), ditetapkan oleh KPU Makassar sebagai paslon tunggal.

Sebelumnya, masyarakat Makassar sangat bersimpati kepada Danny Pomanto. Ada dua lembaga riset survei meneliti pendapat warga Kota Makassar pada akhir 2017, yakni CRC (Celebes Research Centre) dan JSI (Jaringan Suara Indonesia. Menurut temuan survei, sebanyak 88% (CRC) dan 78% (JSI) warga Makassar puas terhadap kinerja Danny Pomanto dan akan memilihnya nanti pada Pilkada 2018. Elektabilitas Munafri saat akhir 2017 itu belum menembus angka 30%.

Seperti disebutkan sebelumnya, pasca Danny Pomanto didiskualifikasi, Paslon Appi-Cicu menjadi calon tunggal. Tanpa lawan. Tapi upaya mengidentikkan Kota Kosong dan Danny Pomanto atau DIAmi, rupanya berhasil seperti di Pilkada Kota Banjarbaru di atas. Elektabilitas Danny tertransfer ke sosok Kotak Kosong. Endingnya, Paslon Appi-Cicu sebagai paslon tanpa lawan, dinyatakan kalah oleh KPU Makassar.

Pilkada Makassar dua tahun kemudian, yakni Desember 2020, menjadi penuntas terhadap apa yang tidak selesai pada 2018. Munafri yang berpasangan Abdul Rahman Bando (Appi-Rahman), kalah dengan tuntas, sempurna, dan meyakinkan dari Danny Pomanto yang berpasangan dengan Fatmawati Rusdi (ADAMA). Munafri yang berhati besar, langsung memberi ucapan selamat kepada Danny Pomanto tidak lebih dari dua jam setelah hitung cepat dirilis oleh beberapa lembaga survei.

Munafri Arifuddin yang pernah menjadi korban kemarahan masyarakat Makassar pada Pilkada Makassar Juni 2018 di atas, akhirnya terpilih pada Pilkada Nopember 2024 ini. Ia berpasangan dengan Aliyah Mustika Ilham, mantan anggota DPR RI. Pasangan ini memilih akronim MULIA sebagai nama identitasnya. Apakah masyarakat Makassar sudah tidak marah lagi pada Munafri?

Salah satu yang mungkin jadi penyebab kemenangan Munafri adalah Danny Pomanto tidak bisa calon untuk ketiga kalinya. Penyebab kedua adalah adanya kesalahan mekanik di dalam mesin pemenangan Paslon SEHATI (Andi Seto dan Rezki Mulfiati) selama tahapan kampanye. Ibarat permainan bulu tangkis, pukulan smash Shuttlecock SEHATI nyangkut di punggung jaring net dan jatuh di daerah permainan sendiri. Artinya, Munafri memang hanya menunggu kesalahan lawan untuk menang.

Makassar 3 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun