Mohon tunggu...
M. Helmi Hariadi
M. Helmi Hariadi Mohon Tunggu... Lainnya - [Pendidik | Tenaga Laboratorium IPA | Fisika - Pendidikan Fisika - Pendidikan IPA - Laboratorium IPA ] [Lombok - Jogja | Pencinta Ilmu | Anak Indonesia | Beriman, Belajar, dan Berkarya | Sinari Penjuru ]

Bismillaahi wabihamdihii, Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa'alaa aalihii wa shahbihii wa ummatihii ajma'iin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Kaki Sang Direktur

12 Juli 2020   00:20 Diperbarui: 6 Maret 2021   19:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca begitu panas, tak lazim bagi orang untuk berjalan kaki melintasi beberapa pertigaan dan perempatan jalan raya. Namun dia terus berjalan, tak ada yang menyapa. Dia hanya sesekali memberikan senyum manisnya kala terpaksa lewat dihadapan orang-orang yang duduk di pinggiran.

Dia berjalan dengan cukup cepat, tak ada teman bicara. Mungkin dia dianggap mahasiswa yang baru saja pulang kuliah. Akhirnya setelah berjalan hampir 50 menit, dia tiba di lokasi acara dengan selamat. Sungguh kenikmatan tersendiri baginya sampai di lokasi dengan berjalan kaki. 

Selepas acara, dia pun kembali merencanakan untuk pulang dengan berjalan kaki kembali. Panas matahari semakin menyengat seiring dengan bertambah siangnya hari. Agar tidak ketahuan berjalan kaki, dia sengaja menunggu orang-orang pulang terlebih dahulu.

Setelah cukup sepi, dia bersiap untuk berjalan kaki kembali. Tetapi ternyata masih ada temannya yang belum pulang. Temannya melihatnya sudah keluar gerbang dengan berjalan kaki, hingga dia ditanya pulang bareng siapa. Karena temannya tahu bahwa dia tidak diantar, dia diajak temannya untuk pulang bersama menggunakan motor. Dia pun menerima tawaran temannya untuk pulang bareng.

Benar-benar menjadi pengalaman yang tak terlupakan baginya. Kalau hanya di kawasan kecamatan, dia hampir selalu berjalan kaki baik pagi, siang, sore maupun malam. Tak ada kata lelah dalam dirinya, dia selalu menikmatinya. Lelahnya hari itu kan hilang setelah dia terbangun dari tidurnya.

Perjuangannya lebih dibandingkan dengan yang lain. Keringatnya menjadi saksi akan pengabdiannya yang tak lekang oleh jarak dan waktu. Keterbatasannya dalam hal transportasi tak mampu memaksanya untuk meninggalkan tanggungjawabnya. 

Jika ada yang membantunya, dia telah membukakan jalan kebaikan bagi yang lain. Jika tidak ada yang membantunya, sejatinya itulah bantuan untuknya sebagai bukti bahwa dia telah berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun