Mohon tunggu...
Muhammad Haris
Muhammad Haris Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

udah ah bionya gak usah dibaca. Tulisannya aja yang dibaca ;)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bangga Punya Hutan Indonesia. Terus?

6 April 2013   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:38 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

STOP penebangan liar! Mari menjaga kelestarian hutan kita mulai sekarang. Lakukan gerakan tanam 1000 pohon!

Gak asing lagi dengan kalimat diatas kan? Pasti udah sering mendengar dan melihat slogannya di mana-mana. Sering juga kita diingatkan bahwa hutan itu adalah paru-paru dunia. Namun, siapa yang mempunyai peran besar penyedia paru-paru dunia ini? Yak, Indonesia salah satunya. Tanahnya yang subur dan berada di daerah tropis membuat hutan Indonesia menjadi sorotan mata dunia. Hutan Indonesia juga mempunyai wilayah terluas ketiga di dunia. Lantas, sebagai masyarakat Indonesia apa yang kita banggakan?

Nah, rasa bangga ini yang bisa menjadi bumbu persoalan. Bagi yang cinta Indonesia, rasa bangganya akan dilampiaskan dengan menjaga kelestarian hutan milik bangsanya. Tapi bagi yang cinta dirinya sendiri alias egois, rasa bangganya muncul karena Indonesia punya kekayaan alam yang dapat dilampiaskan dengan memanen hutan milik negara untuk mengisi uang di kantongnya. Inilah masalah yang kita hadapi, masa depan hutan perlahan-lahan akan hancur hanya gara-gara segelintir orang yang tak bertanggung jawab.

Cobaan punya hutan Indonesia memang berat. Tak sedikit orang yang tergiur dengan nilai jual kayu dari hutan ini. Hasutan orang asing pun bisa menjadi picuan untuk menebang pohon di hutan. Dengan tawaran harga yang sangat tinggi, membuat segelintir masyarakat Indonesia tergoda. Berawal dari menebang pohon miliknya, lalu mencoba menebang satu dua pohon di hutan, dan kemudian DOR! Hutan pun mulai gundul dan isi dompetnya menjadi lebat. Sehingga menebang pohon di hutan pun sudah mulai menjadi kebiasaan.

Ini terbukti karena belakangan ini rata-rata 3 - 5 hektar hutan per menit hilang akibat penebangan ilegal dan pengalihgunaan lahan. Kementerian Kehutanan menyebutkan hutan di Indonesia yang tersisa dalam kondisi bagus (primer) tinggal 64 juta hektar. Jika luas hutan Indonesia terus menyusut, maka ke depan Indonesia bisa tidak memiliki hutan lagi.

Salah satu artikel di www.hutanindonesia.com mengangkat berita "1 Juta Hektare Hutan di Jambi lenyap dalam 10 tahun". Apa penyebabnya? Penyebabnya karena adanya alih fungsi hutan secara besar-besaran yang diakibatkan konsesi perusahaan skala besar seperti pertambangan, HTI dan perkebunan sawit maupun karet. Dari 2 Juta Hektare, lenyap 1 Juta Hektare. Setengah wilayah hutan di Jambi habis! Siapa yang rugi? Siapa yang untung? Yang jelas, kerugian lah yang menanti jutaan masyarakat Indonesia.

Indonesia tanpa hutan, apa jadinya?

Pertama, kita semua tau manusia dan tumbuhan itu saling membutuhkan. Tumbuhan butuh CO2 dari manusia dan manusia butuh O2 dari tumbuhan. Kalau tak ada hutan, berarti tak ada oksigen yang cukup untuk semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Kita bisa bayangkan sendiri, bernafas di desa jauh lebih leluasa daripada bernafas di kota. Kalau desa pun sudah tak ada pohon, gimana lagi rasanya bernafas di kota? Wah, gak kebayang deh.

Kedua, pengaruh global warming akan lebih meningkat jika tidak ada hutan. Kita bisa merasakan sendiri, panasnya cuaca sekarang sudah terasa hebat. Apalagi jika tak ada hutan, pasti panas menjadi lebih hebat! Perubahan iklim juga berubah tak menentu membuat manusia mudah terserang penyakit.

Ketiga, secara alami hutan itu tempat tinggal bagi flora dan fauna. Tak ada hutan, berarti tak ada tempat tinggal bagi mereka. Satu per satu flora dan fauna Indonesia mulai langka, dan akhirnya punah. Keseimbangan ekosistem pun mulai bergoyang dan membuat kehidupan flora fauna semakin terancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun