Sungguh bukan perkara mudah menuliskan tema Sound of Borobudur ini. Namun, sebagai orang awam yang juga menyukai musik, boleh dong jika beropini. Meskipun saya pribadi belum pernah menyentuh relief-relief yang menggambarkan berbagai macam alat musik tempo dulu di kawasan Candi Borobudur, tetapi saya percaya dengan menyimak maksud dihadirkannya Sound of Borobudur dan menjadi buah bibir saat ini.Â
Bicara Candi Borobudur, pastinya ingatan kita tidak terlepas dari keberadaannya yang tak lagi masuk sebagai salah satu 7 Keajaiban Dunia. Alasannya sederhana, lewat voting, banyak yang tidak mengenal Candi Borobudur ini ternyata. Sungguh miris ya, padahal sebelumnya masih masuk. Namun, tetap saja Candi Borobudur diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO.Â
Bicara soal warisan, ternyata memang Candi Borobudur menyimpan banyak sejarah yang menjadikan kaya wawasan ketika mempelajarinya. Sayangnya lagi-lagi saya sekadar membaca dari apa yang telah tertulis pada artikel yang memang membahas soal keindahan Candi Borobudur ini.
"Kok belum pernah ke Borobudur?"
Pertanyaan yang sebenarnya ingin saya jawab panjang, tetapi apa daya cukup mengatakan "Belum Diijinkan Masuk Ke Sana Oleh Pemberi Takdir". Namun, melihat kemegahannya dari berbagai sumber, saya menyimpan keinginan suatu saat bisa ke sana dan menuliskan apa yang telah saya rasakan selama di sana.Â
Balik membahas soal Sound of Borobudur...Â
Saya setuju dengan ide menggaungkan relief-relief Candi Borobudur yang menampilkan berbagai alat musik tempo dulu untuk dipertontonkan ke masyarakat Indonesia. Ini sebagai bukti bahwa ada bidang yang bisa membawa nama Indonesia begitu disegani di mata dunia. Tak hanya sumber daya alam dan sumber daya manusianya saja, tetapi warisan tempo dulu pun bisa demikian juga.Â
Sound of Borobudur, Trik Menarik Wisatawan Berkunjung
Ini juga ide brilian yang muncul sebagai salah satu upaya untuk menarik wisatawan datang ke Indonesia. Hanya saja, di masa pandemi seperti ini pastinya ada prosedur khusus sehingga tujuan kemaslahatan tidak berubah menjadi kemudharatan. Jangan sampai justru memantik emosi warga sekitar karena prosedur tidak dijalankan dengan baik.
Ya, tahu sendiri dong warga punya kepala dan kebebasan beropini meskipun sejatinya tidak paham dengan apa yang sedang terjadi. Dengar informasi ada warga negara asing datang ke Indonesia saja sudah berbagai macam opini yang beredar dan sebagian besar sungguh menyesatkan. Dan itu harus dipegang teguh oleh pemerintah terkait ketika memang Sound of Borobudur ini ingin dijadikan sebagai penarik wisatawan asing untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai destinasi menarik.Â
Sound of Borobudur, Media Pengakuan Musisi Profesional IndonesiaÂ
Sebagai orang awam pastinya senang karena musisi ternama sekelas Dewa Budjana, Trie Utami dan kakaknya, Purwatjaraka, menjadi musisi terdepan yang didaulat untuk menggaungkan Sound of Borobudur ini. Mereka bertiga sudah tidak diragukan sih ya soal kapabilitas dalam bermusik. Namun, saya akan sangat apresiasi lagi jika mereka juga menggandeng musisi tradisional tanah air yang mulai tergerus keberadaannya akibat kurang perhatian dari pemerintah.Â
Pernah sekali waktu saya menyaksikan dialog dalam rangka Hari Musik Nasional, saat itu musik tradisional menjadi fokus karena tersisihkan dengan musik modern. Padahal harusnya saling bersinergi. Bahkan banyak musisi tradisional beralih profesi melakukan pekerjaan lainnya karena tidak adanya pengakuan hak cipta.Â
Sound of Borobudur, Kenalkan Alat Musik Dunia Tempo Dulu
Dari relief panil yang ada pada Candi Borobudur tergambar berbagai alat musik yang sudah digunakan tempo dulu. Dan saya percaya bahwa itu tidak hanya menggambarkan alat musiknya saja tetap banyak pesan yang ingin disampaikan. Jadi menurut argumen Tri Utami sebagai bagian Sound of Borobudur pun mengatakan bahwa sekarang sudah lebih berbeda dengan tanpilan dulu. Sekarang lebih diupayakan bagaimana replika alat musik yang dibuat berdasarkan yang tergambar pada relief Candi Borobudur bisa menimbulkan bunyi yang selaras dan pastinya enak didengar.Â
Bukan main alat musik yang tergambarkan tidak hanya ditemukan di Indonesia saja. Ada juga dari negara lain. Â Dikutp dari situs ValidNews bahwa:
Ada alat musik yang menyerupai kendang, flute, kecapi, suling, tifa hingga berbagai alat musik tradisional dari berbagai negara di dunia. Ada alat musik sho (dari Jepang), bo (Tiongkok), ranat ek (Thailand), darbuka (Mesir) dan masih banyak lagi yang bisa dietmukan di relief Candi Borobudur ini. Dan ini sudah menjadi bukti bahwa relief-relief itu memperlihatkan betapa kaya khazanah seni musik di masa itu.
Nah, dari situlah kemudian tidak keliru jika Borobudur Pusat Musik Dunia yang menyimpan banyak wawasan yang perlu digali. Dan sebagai warga yang awam mengenai musik dan makna relief Cand megah yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini patut untuk dilestarikan.Â
***
Well, apa pun usaha yang dikembangkan oleh pihak terkait yang tergabung dalam Sound of Borobudur, harapan saya adalah musik dan lagu yang tercipta dari alat musik tetap memiliki hak cipta sehingga bisa menjadi value tersendiri di mata dunia. Sound of Borobudur bisa berkolaborasi dengan berbagai musisi tanah air sebagai upaya untuk lebih dikembangkan lagi.Â
Sayang jika warisan Wonderful Indonesia yang tak ternilai harganya harus diakui oleh negara asing lagi...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H