Dari relief panil yang ada pada Candi Borobudur tergambar berbagai alat musik yang sudah digunakan tempo dulu. Dan saya percaya bahwa itu tidak hanya menggambarkan alat musiknya saja tetap banyak pesan yang ingin disampaikan. Jadi menurut argumen Tri Utami sebagai bagian Sound of Borobudur pun mengatakan bahwa sekarang sudah lebih berbeda dengan tanpilan dulu. Sekarang lebih diupayakan bagaimana replika alat musik yang dibuat berdasarkan yang tergambar pada relief Candi Borobudur bisa menimbulkan bunyi yang selaras dan pastinya enak didengar.Â
Bukan main alat musik yang tergambarkan tidak hanya ditemukan di Indonesia saja. Ada juga dari negara lain. Â Dikutp dari situs ValidNews bahwa:
Ada alat musik yang menyerupai kendang, flute, kecapi, suling, tifa hingga berbagai alat musik tradisional dari berbagai negara di dunia. Ada alat musik sho (dari Jepang), bo (Tiongkok), ranat ek (Thailand), darbuka (Mesir) dan masih banyak lagi yang bisa dietmukan di relief Candi Borobudur ini. Dan ini sudah menjadi bukti bahwa relief-relief itu memperlihatkan betapa kaya khazanah seni musik di masa itu.
Nah, dari situlah kemudian tidak keliru jika Borobudur Pusat Musik Dunia yang menyimpan banyak wawasan yang perlu digali. Dan sebagai warga yang awam mengenai musik dan makna relief Cand megah yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini patut untuk dilestarikan.Â
***
Well, apa pun usaha yang dikembangkan oleh pihak terkait yang tergabung dalam Sound of Borobudur, harapan saya adalah musik dan lagu yang tercipta dari alat musik tetap memiliki hak cipta sehingga bisa menjadi value tersendiri di mata dunia. Sound of Borobudur bisa berkolaborasi dengan berbagai musisi tanah air sebagai upaya untuk lebih dikembangkan lagi.Â
Sayang jika warisan Wonderful Indonesia yang tak ternilai harganya harus diakui oleh negara asing lagi...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H