"Bunda, tadi di sekolah aku kasih jajanku ke teman. Soalnya kasihan dia lupa bawa bekal."
Cerita anak saya suatu hari ketika sekolah masih tak kebanyakan online seperti sekarang. Lalu, sempat ada masa dia lupa membawa bekalnya karena terburu-buru. Bangun kesiangan.Â
Sesampainya di sekolah dia tersadar kalau di tas tidak ada jajan, hanya air minum. Dia melihat teman-temannya membawa bekal, tetapi teman yang pernah diberinya sebagian bekal miliknya, tak peduli alias cuek saja dengan kondisinya. Anak saya berharap temannya itu memberi sedikit bekalnya juga sebagai bentuk balasan saat temannya itu lupa membawa bekal.Â
"Harusnya 'kan dia ngasih Salfa sedikit bekalnya juga, sama seperti Salfa pernah ngasih bekal ke dia."
Namanya anak-anak, perasaan itu dibawa sampai ke rumah dan menceritakannya pada saya. Seketika saya memintanya untuk kembali mengingat kisah sifat teladan Rasulullah yang selalu didengarnya.Â
Ikhlas Memberi Makanan Pengemis Tua yang Selalu Menghina BeliauÂ
Dikisahkan pada suatu waktu di kota Madinah, Rasulullah selalu memberi makan ke pengemis tua buta yang selalu ada di pasar. Mulutnya selalu berteriak dan mengatakan kebenciannya terhadap Rasulullah. Mencaci maki Rasulullah dengan sebutan pembohong dan tukang sihir. Padahal, setiap pagi si buta dan tua ini diberi makan oleh Rasulullah. Bahkan dengan sabar Rasulullah menyuapi bahkan melumatkan makanan agar si buta tua ini merasakan kenyamanan saat makan.Â
Namun, si buta tua tidak tahu kalau yang melakukan itu adalah Rasulullah. Hingga kemudian Rasulullah meninggal dunia, si buta tua tidak pernah tahu.Â
Lalu suatu ketika, ada sahabat Rasulullah, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkunjung ke rumah Rasulullah dan bertemu dengan istri Rasulullah, Aisyah.   Abu Bakar bertanya tentang apa kebiasaan baik yang dilakukan Rasulullah ketika beliau masih hidup. Lalu Aisyah menceritakan bahwa ada laki-laki tua buta di pasar yang selalu diberi makan oleh Rasulullah.Â
Abu Bakar pun mengunjungi pasar itu dan dilihatnyalah laki-laki tua dan buta yang bibirnya tak pernah berhenti menghujat Rasulullah. Abu Bakar memberinya makan seperti yang dilakukan Rasulullah. Namun, si tua buta melihat bahwa laki-laki yang memberinya makan tersebut bukanlah laki-laki yang seperti biasanya.Â
Si tua buta menceritakan bahwa laki-laki yang memberinya makan itu sangat sopan dan santun. Dia dibantu dengan melumatkan makanan agar bisa dikunyah dengan baik. Dia tidak menyadari bahwa yang melakukan itu kini sudah tiada dan tidak lain adalah Rasulullah.Â
Mendengar Abu Bakar menceritakan kepadanya bahwa laki-laki yang selalu dicai-maki, dihujat dan dituduhnya tetapi selama ini membantunya dan memberinya makan adalah Rasulullah. Sungguh kaget si buta tua mendengar cerita Abu Bakar bahwa selama ini dia diberi makan oleh orang yang diperlakukan buruk. Namun, Rasulullah tidak pernah membalas atau meminta balasan apapun. Bahkan beliau mendoakan agar si buta tua diberikan hidayah suatu saat.Â
Tidak sekalipun Rasulullah membalas segala fitnah yang dituduhkan kepadanya dari si buta tua. Seperti itulah kisah ketauldanan Rasulullah yang selalu ikhlas memberi. Tidak memandang siapa yang dibantunya. Tulus ikhlas tanpa pamrih apa-apa.Â
***Â
Anak saya yang kembali mendengar kisah ini pun akhirnya tersadar dan mengaku telah keliru menunggu balasan. Dia lalu kemudian meminta maaf pada Allah di akhir salatny, "Maafkan Salfa ya Allah. Besok saya tidak berharap dibalas lagi sama teman kalau sudah bantu."
Sebegitu polosnya anak-anak dan sebegitu pentingnya juga orang tua menanamkan kecintaan pada Rasulullah di hati mereka. Sifat teladan Rasulullah selain ikhlas masih sangat banyak. Sentuh hati anak dengan kisah-kisah positif Rasulullah, para nabi dan sahabat. Kelak mereka akan tumbuh dengan sifat teladan seperti itu pula. Ala bisa karena biasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H