Mohon tunggu...
Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger - Product Photographer

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan Datang, Sedih atau Senang?

5 Januari 2021   22:55 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:59 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak senang hujan datang?

Kalau dalam prinsip hidup saya, hujan menjadi anugerah bagi kekeringan panjang. Peringatan agar selalu waspada jika banjir datang. Bahkan selalu yakin bahwa hujan selalu membawa kisah masa lalu untuk dikenang. 

"Kalau hujan, berdoa minta hujan yang diturunkanNya itu adalah anugerah. Tidak perlu menjadikanmu terlalu banyak komentar." 

Setidaknya itulah beberapa nasihat dari almarhum Bapak yang masih saya ingat. Dan memang dalam agama yang saya yakini, hujan itu rahmat. 

Lalu, suara di sekeliling pun terdengar:

"Tapi hujan datang bikin was-was kalau akhirnya banjir." 

Ya, tidak bisa dipungkiri memang banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi. Namun, bisakah kita sejenak berpikir bahwa banjir datang karena ulah kita sendiri? 

Coba deh lihat sudah berapa banyak lahan di bumi ini yang "terpaksa" harus menjadi hunian atau perumahan dengan menggeser kedudukan hutan? Sudah berapa banyak bumi kehilangan tanah resapan? Kalau mau menelisik lebih jauh, ya banjir tidak lain karena ulah kita sendiri yang seringkali terlupakan. 

Buang sampai di sungai, menggunakan produk-produk yang tidak mendukung go green, dan masih banyak lagi lainnya. Jika sudah seperti itu, salah siapa? Haha... 

Mungkin yang membaca dari awal tulisan saya banyak yang tidak setuju. It's okay karena tidak semua dari kita pun sadar akan hal itu. 

Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah saya senang karena hujan datang?

Jawabannya, hujan datang membuat perasaan saya bercampur-aduk. Pastinya, saat hujan tiba, maka saya harus:

1. Memperketat Kembali Imun Tubuh

Hujan datang di 2021 berbeda dari hujan-hujan sebelumnya. Intensitasnya yang tidak menentu bahkan membuat saya sempat merasakan tidak enal badan menjadi warning agar memperhatikan kembali kondisi kesehatan saya.

Apalagi saya masih berstatus sebagai ibu menyusui, maka kesehatan itu penting. Sakit sedikit, maka bayi yang baru berusia 15 bulan pun akan mengalami masa genting. 

Imun tubuh tetap di-boost agar tidak ada sakit di tengah musim hujan berlangsung. 

2. Berjaga-jaga dengan Kondisi Air Masuk Rumah

Salah satu cara kami berjaga-jaga adalah memeriksa tempat jalannya air yang sudah menjadi jalan masuknya. Jika sudah terlihat ada air, maka kami harus siaga. Tidak tidur untuk sementara. Apalagi jika air masuk di waktu malam tiba. 

3. Menjadikan Media Pelajaran

Kebetulan anak kami tingkat curiosity-nya tinggi. Jika hujan tiba, selalu akan ada pertanyaan yang terkadang membuat kami harus upgrade teori. 

Kalau tidak, anak kami akan terus penasaran. Nah, hujan tiba kami bisa nikmati dengan memantapkan pengetahuan. 

Inilah juga salah satu cara kami agar tidak stress kalau air akhirnya masuk alias banjir. Karena tanpa pengalihan, kami pasti sudah tidak tenang karena rasa ketar-ketir. 

Salah satu pertanyaan anak saya: "Bunda, jumlah air hujan yang turun berapa banyak?"

4. Selalu Sedia Alat-Alat Kebersihan

Hujan datang menyisakan berbagai hal, salah satunya kotoran becek di depan rumah. Belum lagi kalau air masuk, harus kuat menguras meskipun lelah. 

Sebab, jika tidak pasti kuman dan bakteri bisa ikut senang karena dibiarkan. Makanya alamat kebersihan harus selalu disediakan. 

5. Sabar dan Berdoa yang Baik di Kala Hujan Turun

Jangan salah! 

Tidak semua orang berada dalam kondisi ini. Semuanya pasti di awal mengutuk kondisi hujan yang menghambat segala aktivitas rutinitas setiap hari. Padahal seperti yang saya sampaikan di atas bahwa berdoa yang baik di kala hujan menjadi waktu mustajab untuk dikabulkan oleh yang menciptakan hujan. Dan selalu yakin kalau selalu ada hikmah setelah hujan. 

Saya jadi ingat di awal-awal menikah, kala hujan turun dan banjir alias saya tidak bisa tidur karena rumah kemasukan air, saya selalu marah. Murka dan pernah mengeluarkan kata-kata sumpah serapah. Namun, seiring dengan kedewasaan berpikir, saya jadi paham bahwa hujan tak pernah salah. 

***

Well, hujan turun karena sudah takdirNya. Dan semua takdirNya pasti selalu sesuai kesanggupan yang menerimanya. Karena sudah janjiNya tak akan memberikan beban di luar kuasa hambaNya. 

“La yukallifullahu nafsan illa wus'aha” 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun