Pertama, kumpulkan kata kerja, kata benda, dan kata keterangan (termasuk kata sifat) dari status tersebut. Kedua, kelompokkan kata kerja dan kata benda sebagai "fakta" dan kata keterangan sebagai "opini". Ketiga, bedah "fakta"-nya, benar atau mengada-ada. Keempat, biarkan "opini" menjadi milik Jonru seorang karena beliaulah yang akan mempertanggungjawabkannya.
Manakah kumpulan "fakta" (kata kerja dan kata benda) pada status Jonru?
1. [Dahlan Iskan, korban, Jokowi,] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
2. [Percaya, mendukung, mengerahkan, Jawa Pos, Jokowi] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
3. [Ternyata, Dahlan Iskan, dibuang, dikhianati] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
4. [Ia, Â "mengasingkan diri" , Amerika Serikat, mengobati sakit hati, intropeksi, membenahi diri] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
5. [Dahlan Iskan, berpikir keras, bisa, membantu, mengawal, NKRI, terselamatkan] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
6. [Anda. Jokowers, tertipu, sadar , dibohongi, ditipu] <<<--- Apakah ini FAKTA? Bila ya, buktinya APA?
Dari enam kelompok "fakta" yang disajikan oleh Jonru, manakah yang benar-benar fakta? Manakah "fakta" yang direka-reka?
Jika kita berfokus pada fakta yang nyata, maka kita memelihara kecerdasan, rasio, akal sehat, atau logika kita. Kita selamat atau terhindar dari provokasi yang dapat mengarah kepada tindakan anarki, kekacauan.
Tulisan ini tidak difokuskan kepada Jonru, Jokowers, Facebookers, Dahlan Iskan, Jawa Pos, atau NKRI. Fokus tulisan ini adalah cara kita mengunyah informasi.