Sejak kecil saya selalu diajarkan bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga disebut sebagai negara maritim dan memiliki potensi sumber daya alam dan pertanian yang melimpah sehingga dikenal sebagai negara agraris. Saking suburnya negara ini, bahkan terdapat anekdot bahwa menanam tongkat dan batu pun bisa tumbuh.
Tetapi hari ini pertanyaannya adalah, apakah melimpahnya sumber daya tersebut menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia? Apakah segala sumber daya yang melimpah bisa mengeluarkan masyarakat dari jeratan kemiskinan?
Belajar dari negara tetangga, seperti Jepang dan Singapura yang luas negaranya sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara kita namun ternyata bisa lebih maju. Ternyata Sumber Daya Alam yang melimpah dan Sumber Daya Manusia yang banyak dan cerdas malah bisa menjadi ancaman besar.
Saya selalu optimis dan bangga melihat hari ini pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan, apalagi prediksi bahwa pada tahun 2045, tepat 100 tahun setelah Indonesia merdeka akan tejadi bonus demografi yang sebenarnya bisa menjadi peluang namun apabila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menjadi ancaman yang besar. Bayangkan saja apabila penduduk makin banyak, tentunya kebutuhan akan pangan semakin meningkat.
Jika lahan pertanian terus berkurang, lantas dari mana sumber pangan kita? Apakah akan terus bergantung dengan impor? Sampai kapan negara importir yang menjadi langganan bisa memberikan ke kita? Jangan-jangan mereka sengaja menjadi importir untuk mencipatakan ketergantungan pangan dan perasaan aman pada kita.
Menyikapi potensi yang hingga saat ini masih belum dikelola dengan baik, maka saya siap untuk terjun dan berperan dalamn upaya membangun bangsa melalui sektor pertanian. Alasan itu yang lantas membuat saya menjadikan Pertanian sebagai pilihan utama dan satu-satunya pilihan dalam melanjutkan studi di jenjang perkuliahan.
Saat ini saya pun resah karena rata-rata mahasiswa lulusan pertanian banyak yang memilih bekerja di luar sektor pertanian. Berdasarkan data yang dirilis oleh KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan) melalui webnya di kedaulatanpangan.net, petani Indonesia yang berusia di bawah 35 tahun hanya 12%. Sementara itu terdapat penurunan tenaga kerja sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 sebanyak 3.15 juta jiwa.Â
Keresahan itu yang membuat saya berinisiatif untuk membuat gerakan berbasis komunitas. Sejak awal tahun 2016, saya bersama 2 orang teman mulai merintis Komunitas Petani Berdasi sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat dengan menyebarkan semangat Bangga Bertani.
Menyikapi potensi yang hingga saat ini masih belum dikelola dengan baik, maka saya siap untuk terjun dan berperan dalamn upaya membangun bangsa melalui sektor pertanian. Alasan itu yang lantas membuat saya menjadikan Pertanian sebagai pilihan utama dan satu-satunya pilihan dalam melanjutkan studi di jenjang perkuliahan. Saat ini saya pun resah karena rata-rata mahasiswa lulusan pertanian banyak yang memilih bekerja di luar sektor pertanian.
Berdasarkan data yang dirilis oleh KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan) melalui webnya di kedaulatanpangan.net, petani Indonesia yang berusia di bawah 35 tahun hanya 12%. Sementara itu terdapat penurunan tenaga kerja sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 sebanyak 3.15 juta jiwa. Â Keresahan itu yang membuat saya berinisiatif untuk membuat gerakan berbasis komunitas.Â
Sejak awal tahun 2016, saya bersama 2 orang teman mulai merintis Komunitas Petani Berdasi sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat dengan menyebarkan semangat Bangga Bertani.
Petani berdasi merupakan komunitas yang mendorong anak muda untuk berkontribusi di sektor pertanian. Nama petani berdasi sebenarnya sudah familiar sejak dulu, namun sampai saat ini belum ada definisi yang jelas dari 'Petani Berdasi' itu sendiri. Mendengar nama petani berdasi, tentunya orang-orang senantiasa berpikir tentang pegiat pertanian yang sukses.
Harapan positif tentang pertanian yang ingin kita sebar dengan hadirnya komunitas petani berdasi. Ke depan perkembangan pertanian akan didominasi oleh pemuda. Untuk itu, sejak dini perlu memperkenalkan dunia pertanian kepada anak muda dan menunjukkan betapa besar potensinya.
Petani berdasi dibentuk sejak awal januari 2016 dan telah aktif selama 2 tahun menyebarkan informasi tentang pertanian melalui bebagai media sosialnya. Kegiatan yang telah dilakukan diantaranya  NGOPI (Ngobrolin Pertanian Indonesia), campaign #DietNasi sebagai upaya diversifikasi pangan, #DonasiSayur yang dilakukan pada momen 17 Agustus sebagai kado kemerdekaan, dan gerakan #BanggaPanganLokal yang dilaksanakan pada momen hari tani 24 September.
Pada tahun 2018 ini, fokus proyek yang akan dilakukan petani diantaranya, adalah: Cilik Menanam, Tani Hangout,Beasiswa Anak Petani, Gerakan #BanggaPanganLokal, dan Donasi Sayur.
Petani Berdasi saat ini melalui media sosialnya @Banggabertani sudah menjadi platform media terbesar di bidang pertanian dengan puluhan ribu followers dari ketiga akun media sosialnya. Hal tersebut menandakan bahwa semangat dan mimpi untuk memperjuangkan pertanian bukan cuma dari saya, tetapi merupakan semangat banyak orang yang harus diperjuangkan bersama-sama.
Dalam waktu dekat, saya bercita-cita untuk bisa menuliskan buku tentang semangat bangga bertani sebagai upaya penyadaran ke masyarakat luas tentang kondisi dan potensi pertanian saat ini.
Semangat untuk memajukan pertanian akan saya rawat dengan berkarir sebagai seorang pengusaha muda di bidang pertanian yang mulai saya rintis tahun ini. Saat ini saya pun tergabung dalam Start Up yang bergerak untuk membantu permodalan petani.. Sembari merintis usaha dan tergabung di StartUp tersebut, saya akan tetap mengupayakan untuk berperan dengan membangun komunitas yang menjadi wadah untuk melahirkan calon petani berdasi.
Target komunitas petani berdasi ini yakni tersebar di semua provinsi di Indonesia pada tahun 2020. Selama masih dibutuhkan makanan, selama itu pula komunitas petani berdasi akan terus hidup sebagai solusi masalah regenerasi petani muda.
Tahun 2030 nanti, saya berharap bisa menjadi bagian dari pemuda yang turut andil dalam memajukan negeri ini melalui sektor pertanian. Dengan bekal pengalaman yang dimiliki, serta akses dan jaringan yang terbangun melalui komunitas petani berdasi, saya bercita mampu menjadi menteri pertanian dan berkiprah lebih dalam menyongsong bonus demografi.
Generasi millennial yakni pemuda saat ini akan paham bahwa pertanian sangat penting sehingga semangat Bangga Bertani perlu untuk digalakkan dan menjadi trendbaru. Profesi Petani kelak akan dianggap mulia dan dipandang prestise layaknya dokter sehingga menjadi cita-cita anak bangsa. Bukan lagi profesi rendahan yang dipandang sebelah mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H