Terlahir sebagai generasi milenial tentu begitu menyenangkan di mana peran teknologi sangat membantu. Betapa tidak, kecanggihan teknologi hadir dengan menawarkan berbagai macam kemudahan. Informasi yang nun jauh di sana dapat dengan mudah diakses. Berbagai kebutuhan dapat diperoleh hanya dengan bantuan alat elektronik.
Apabila kamu tidak melek teknologi, sudah pasti kamu akan jauh ketinggalan. Mulai dari informasi yang tidak pernah terputus hingga tren anak zaman sekarang yang dianggap kekinian dan modern. Tidak ada pilihan lain. Selain ikut terlibat untuk memperbaharui diri dengan menyesuaikan konteks zaman.
Begitu hebat dan majunya zaman sekarang. Mereka yang tidak mau dan mampu menyesuaikan dirinya, sudah barang tentu akan terkikis baik secara budaya, informasi sampai pada persoalan ekonomi. Apalagi dengan perkembangan internet yang semakin pesat. Hampir sudah tidak ada lagi sebuah batas, semuanya seakan menjadi bebas.
Jika kamu tumbuh di sebuah daerah pedesaan. Tentulah, walaupun hanya sekilas, membayangkan orang-orang dari belahan dunia yang jauh di sana akan dapat menginjakan kakinya ditempat tinggalmu. Tapi, zaman sekarang, tanpa harus susah-susah untuk membayangkannya, mereka sudah tepat berada di sekitarmu. Hal yang dulunya mungkin kamu anggap mustahil, sekarang menjadi masuk akal.
Tetapi, kemajuan zaman saat ini bukan berarti hanya memiliki sisi positif saja. Kamu jangan terlena dengan beragam kemudahan yang ditawarkannya. Sebab, jika kamu hanya sibuk menyesuaikan, lantas tidak pandai memposisikan diri, maka kemajuan akan berbalik menghantammu menjadi manusia yang mengalami kemunduran. Entah kamu menyadarinya atau tidak. Ini bisa saja sudah terjadi pada dirimu.
Begitu beragam informasi yang kau terima setiap hari, jika tanpa penyaringan yang cukup dan matang, buka tidak mungkin, beberapa di antaranya kamu telah termanipulasi di buatnya. Apalagi kalau informasi yang kamu dapatkan adalah berita bohong atau hoaks yang semakin tumbuh subur saat ini.
Tapi tulisan ini tidak ingin membahas soal berita hoax. Namanya juga hoax, maka sudah menjadi tentu di dalamnya hanyalah suatu kebohongan belaka. Sudah pasti kamu akan tahu harus merespon dan bersikap seperti apa dan bagaimana soal informasi tersebut. Maka tugas kamu adalah memilah dan memilih informasi yang tergolong hoax atau tidak. Tentunya ilmu pengetahuan memiliki peran penting di sini.
Tapi bagaimana dengan informasi mengenai hal-hal positif? Semisal tentang konten-konten video ataupun status di media sosial yang berisi renungan, motivasi, kemanusiaan, penyadaran dan lain sebagainya. Saya tertarik untuk membahas ini. Sehingga tulisan ini akan mewakili keresahan saya soal konten-konten yang dianggap positif ini.
Ketika kamu mendapati konten positif seperti ini. Saya rasa respon dari dirimu atas informasi tersebut ialah menerimanya. Mungkin, walau hanya sedikit, kamu tidak memiliki perasaan untuk kemudian menoloknya. Sebab, secara spontan kamu menganggap bahwa informasi tersebut bernilai positif. Menurutmu, Tidak ada yang perlu untuk dipersoalkan kini dan selanjutnya.
Baik, Tadi saya menemukakan bahwa informasi bisa saja akan memanipulasi kesadaranmu. Saya tidak sementara mengkritik soal konten-konten maupun status-status demikian. Tetapi, tindakan nyata dari diri kita atas apa yang kita saksikan, itulah yang menarik perhatian saya.
Coba sejenak kamu pikirkan dan renungkan. Ada begitu banyak informasi positif yang kita terima setiap hari dari dunia maya. namun ketika kita kembali kedunia nyata, bermasyarakat yang sebenarnya, maka tingkat kejahatan semakin hari kian menjadi-jadi di sekitar kita. Mengapa demikian? Saya ingin mengajak kamu untuk kembali memposisikan diri, bahwa kehidupan kita bukanlah di dunia maya melainkan pada dunia nyata.
Menyembuhkan orang sakit, mencegah kemiskinan, meminimalisir kejahatan, menolong orang susah, menyantuni anak yatim dan sebagainya. Semuannya tidak akan pernah terselesaikan dengan sebatas memberikan respon emoticon like, love, sedih, marah, atau komen serta share pada beranda akun media sosial. Itu butuh tindakan yang nyata, karena memang terjadinya di dunia nyata, bukan dunia maya.
Menurut saya ini sangat memprihatinkan. Tidak menutup kemungkinan, di masa depan, orang-orang yang berperilaku positif hanya akan dapat kita saksikan di dunia maya. Alam tropis, tumbuhan aneka ragam, binatang berbagi rupa, pemandangan indah bahkan orang-orang baik hanya akan kita temui lewat manipulasi teknologi yang kemudian menghasilkan sandiwara informasi.
Manusia disibukkan dengan hanya memikirkan sesuatu yang positif, tetapi tanpa sadar telah kehabisan waktu untuk berbuat baik. Bukankah 1 menit melakukan perbuatan baik di dunia nyata lebih bermanfaat daripada menghabiskan waktu 1 jam untuk memikirkan dan membuat konten positif di dunia maya.
Inilah yang saya katakan, secara tidak sadar manusia telah dimanipulasi. Di mana kita lebih sibuk menjadi motivator ketimbang menjadi sebagai seorang teladan. Kita lebih nyaman menyuguhkan informasi di dunia maya soal kebaikan, namun kadang lupa memberikan kebaikan pada dunia nyata.
Ada begitu banyak orang-orang yang terjebak dengan ilusi dunia maya. Sampai melupakan bahwa kehidupan yang sebenarnya bukanlah itu. Tapi dunia nyata, kehidupan bertemu sapa, bertatap muka lalu berbincang, menjenguk sahabat, itulah sebahagian kecil dari kehidupan yang sebenarnya.
Jangan habiskan waktumu untuk termanipulasi dengan ilusi dunia maya apalagi menjadi bagian yang menciptakan ilusinya. Sejatinya kehadiran teknologi harus mampu mempermudahkan kamu untuk melakukan perbuatan baik. Bukan malah terbuai dengan membiarkanmu menjadi manusia yang memiliki kesadaran acuh tak acuh.Â
Di dunia maya yang terjadi adalah mengetahui sesuatu tetapi tidak dapat melakukan apapun secara nyata dengan tindakan. Hanya mampu merespon dengan ucapan. Lantas, Apa bedanya kamu dengan orang sakit?
***
MhalikParilele
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H