Mohon tunggu...
MEIRISMAN HALAWA
MEIRISMAN HALAWA Mohon Tunggu... Guru - H sofona osara

Lahir di Gunungsitoli, 18 Mei 1979

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tujuh Bagian

11 November 2024   12:00 Diperbarui: 11 November 2024   12:03 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enam

(Aku terduduk lemas ditengah jalan. Tiba-tiba aku ingin menangis. Menyumpahi Tuhan. Mengutuk Ama dan Ina. Memaki diri sendiri yang tidak bisa menerimanya....)

Tujuh

Tanganku gemetar. Darah belum kering, menetes dengan suara mengidik. Pisau panjang yang kugenggam tampak terbahak. Ini dendam yang terlunasi.

Di hadapanku, di atas tanah penuh lumpur, Ama dan Ina bersimbah darah. Darah mereka memercik di seluruh pakaianku. Laknat tua ini pantas mampus. Aku tahu semuanya. Aku tahu, saat Ama mendekap Ana'a dengan paksa di belakang rumah. Menodai perempuan yang ia larang aku nikahi. Aku juga tahu, saat Ana'a dikabarkan hamil, Ama seperti kebakaran jenggot. Akhirnya ia memutuskan membuang Ana'a di dalam hutan. Aku juga tahu, beberapa saat yang lalu, Ama membuka pasung Ana'a, menyeretnya ke dalam hutan bersama beberapa suruhannya, lalu menggantung perempuan itu di atas pohon.

Dari jauh, obor-obor penduduk dan suara teriak mereka makin mendekat. Aku menengadah. Menjilat darah di ujung pisau, sebelum menghujamkan di perutku sendiri.

Aku tahu, aku mengakhirinya dengan sempurna.            

 

 

PROFIL PENULIS

Nama: M. Risman Halawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun