Mohon tunggu...
Mas W
Mas W Mohon Tunggu... -

Aku seorang manusia yang lucu dan pengen berubah. Hehehe

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Opini Selevel Jokowi Vs SBY: Pak Harto Vs Ibu Tien

13 November 2013   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak beberapa minggu lalu kita disuguhi perang opini tingkat tinggi.
Perang opini antara Gubernur Jokowi Vs Presiden SBY.
Alhasil gontok-gontokan komentar antara pendukung keduanya terjadi.
Panas dan seru!

Banyak yang belum sadar, ternyata ada perang opini tingkat tinggi yang lain.
Bahkan mungkin levelnya lebih tinggi karena bukan antara Gubernur dengan Presiden lagi.
Pelakunya bukan orang yang masih hidup di dunia.
Mereka berdua sudah ada di alam baka.
Lho???

Mereka bahkan 1 partai dan 1 keluarga.
Kok bisa perang?

Sejak berbulan-bulan lalu kita sering melihat stiker bergambar mantan presiden Suharto.
Stiker tersebut bertuliskan : "Piye Kabare, le? Penak Jamanku to?
(Gimana Kabarnya? Enak Zamanku kan?).

Atau ada yang bertuliskan "Wis Mangan Opo Durung? Beras Saiki Hargane Piro? Penak Jamanku to?"
(Sudah Makan Apa Belum? Beras Sekarang Harganya Berapa?
Enak Zamanku kan?)

Stiker tersebut biasanya ditempelkan di bodi kendaraan umum atau pada kaca pintu dan jendela rumah.
Ternyata tulisan tersebut tidak hanya dibuat stiker saja.
Melainkan juga ditulis pada kaos, pin dan gantungan kunci.
Dan ternyata laris.
Lebih laris dibandingkan kaos bergambar "rising star'' masa kini yaitu Jokowi.
Menurut pedagangnya, kaos bergambar Pak Harto tersebut umumnya dibeli orang berumur 40 tahun ke atas.

Di duga kata-kata lucu dan menyentil di atas sengaja dimunculkan seseorang.
Dan motifnya adalah politik.

Motif politik yang dimaksud adalah mengingatkan orang agar teringat dan rindu masa-masa Indonesia dipimpin Pak Harto.
Banyak yang bilang dimasa Pak Harto dengan Golkarnya itu harga beras murah, bensin murah, cari nafkah gampang dan lain sebagainya.

Nostalgia seperti itulah yang ingin dibangkitkan.
Kemungkinan yang memunculkan kata-kata di atas adalah orang Golkar atau bisa saja kerabat Almarhum Pak Harto.

Ternyata ada orang yang takut kata-kata "Piye Kabare le? Penak Jamanku to?" akan betul-betul membangkitkan kerinduan masa-masa bangsa Indonesia di pimpin Pak Harto dengan Golkarnya. Orang tersebut takut nostagia tersebut merugikan kepentingan politiknya.
Ketakutannya memang beralasan karena meskipun kata-kata tersebut berbahasa Jawa, Kaos dan Stikernya sudah tersebar sampai Kalimantan, Aceh dan pelosok tanah air lainnya.

Akhirnya dibuatlah kata-kata tandingan.
Tokoh yang dipilih dalam kata-kata tandingan itu tidak main-main.
Dipilihlah tokoh yang amat dekat dengan Almarhum Suharto.
Bukan hanya dekat, akan tetapi amat berpengaruh pada hidup "Smilling General" tersebut.
Tokoh yang dimaksud adalah Almarhumah Suhartinah atau biasa dipanggil Ibu Tien, istri Pak Harto sendiri.

Pada kaos bergambar Ibu Tien tersebut bertuliskan kata-kata sanggahan terhadap kata-kata Pak Harto.

Kaos bergambar Ibu Tien ditulisi: "Tak Kandhani Yo Le, Nduk. Ojo Pisan-Pisan Percoyo Karo Omongane Bojoku. Jamane Bojoku Ki Babar Blas, ORA PENAK!!!"

Dalam Bahasa Indonesia kata-kata itu berarti "Saya Beri Tahu Ya. Jangan Sekali-kali Percaya Dengan Omongannya Suamiku. Zamannya Suamiku Itu Sama Sekali, TIDAK ENAK!!!"

Ha-ha-ha... Lucu kan?
Bagaimana bisa suami-istri yang sudah mati dimanfaatkan kepentingan pengaruh politik.

Andaikan Almarhum Pak Harto dan Almarhumah Ibu Tien yang sekarang terbaring di dalam tanah di Pemakaman Keluarga Astana Giri Bangun Karang Anyar, Jateng tahu mereka bisa marah atau bisa juga ketawa.
- - - - - - 000- - - - - -
Pak Harto: "Bu, nama kita dipakai buat politik."
Ibu Tien: "Biarin aja pak"

Pak Harto: "Tapi nama kita diadu."
Ibu Tien: "Biarin pak. Yang penting dulu kita rukun-rukun saja. "

Pak Harto: "Iya Bu. Biarlah mereka melakukan apa saja. Biarlah penerus kita berorkestra apa saja."
Bu Tien: "Iya pak. Orkestra mereka lucu-lucu.
Ada yang bersumpah sampai 2000%, ada yang dikatain Gubernurnya monyet, ada orang kaya yang jajan es tebu tidak dibayar, ada yang naik mobnas tapi nyungsep di jalan, ada satria bergitar dan itu...tu.. Pak. Mantan menantu kita ternyata juga ngebet jadi presiden. Kenapa gak bilang dari dulu pada kita."

Pak Harto: "Ha ha ha ha... Lucu tenan bu!"
Ibu Tien : "Ssttttt... Jangan keras-keras Pak. Nanti kedengaran anak cucu kita.
Ayo lanjutin istirahat kita sambil nonton orkestra anak cucu kita."

- - - - - - 000 - - - - -

Perang opini Pak Harto Vs Ibu Tien tidak berlangsung panas seperti perang opini Jokowi Vs SBY.
Pak Harto Vs Ibu Tien akan membuat ngakak bagi orang yang mempunyai selera humor.

Akhirnya saya harus bertanya kepada pembaca.
Pak Harto Vs Ibu Tien, ayo berdiri dikubu siapa?
Jika berdiri dikubu Pak Harto maka berarti setuju jika masa Pak Harto itu enak.
Dan jika berdiri dikubu Ibu Tien berarti setuju jika masa Pak Harto itu tidak enak.

Sekian.
SALKOM(Salam Kompasiana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun