bunuh diri dari para mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan.
Belakangan ini kita sering mendengar dan melihat kabarBahkan tidak hanya dari mereka yang sudah dewasa, anak kecil juga pernah diberitakan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.Â
Mirisnya, mereka yang bunuh diri bukan dari keluarga yang berkekurangan, memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau bahkan terlilit hutang yang besar.
banyak dari mereka berasal dari keluarga yang kaya dan berkecukupan, diberikan fasilitas yang memadai, sekolah di sekolah negeri yang mahal dan sebagainya.
Lalu apa yang membuat mereka harus memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri?
Kalau kita mau membandingkan dengan generasi tahun 90an, dengan kemelut masalah yang dihadapi, harusnya mereka yang jauh lebih "berhak" untuk melakukan bunuh diri.
Generasi 90an, lebih pantas mengakhiri hidupnya sendiri karena mereka dikepung oleh berbagai masalah, khususnya masalah ekonomi yang pada saat itu benar-benar rumit. Masa-masa orde baru yang mencekam dan otoriter bisa sangat membuat mereka tertekan dan mengakhiri hidupnya.
Kira kira apa alasan generasi sekarang merasa mudah depresi dan berani memutuskan mengakhiri hidupnya?
Bukan bermaksud apa-apa, namun kalau sejak dulu masalah ekonomi, pendidikan, sosial, tekanan keluarga dan sebagainya sudah ada, harusnya generasi tua sudah banyak yang bunuh diri.
Toh, bahkan sampai sekarang masalah masalah di atas masih belum terselesaikan dengan sempurna. Bahkan banyak yang mengatakan kehidupan jauh lebih mudah di masa lalu meskipun di bawah pemerintahan yang otoriter.Â
Dan lucunya lagi, yang melakukan bunuh diri bukanlah dari keluarga yang bermasalah secara ekonomi.
Jadi, perlu alasan yang lebih baik untuk membenarkan mengapa generasi sekarang malah semakin marak berita bunuh diri.
Alasan yang bisa diajukan di kondisi saat ini adalah generasi saat ini terlalu banyak diberikan kemudahan. Mereka terlalu banyak dimanjakan hingga menjadi seorang konsumen yang aktif.
Mereka lupa cara bekerja dengan benar dan kuat, tahan banting.
Perkembangan teknologi membuat generasi sekarang enggan untuk mencari hal-hal yang rumit. Karena slogan yang selama ini adi gaungkan adalah "mengapa cari yang sulit kalau yang mudah juga bisa"
Pikiran-pikiran seperti ini yang pada akhirnya memicu generasi sekarang mulai rapuh dan tidak mau beranjak dengan baik menitih kehidupan yang dikatakan keras.
Generasi sekarang sudah mulai dilembutkan dengan kemudahan teknologi, banyak diantaranya malah menggantungkan hidupnya pada teknologi.Â
No HP no Life. No Live No Life.
Jiwa insting manusia yang pada dasarnya diciptakan dengan insting untuk berburu, bertahan hidup, Kini mulai tumpul. Semuanya sudah disediakan secara praktis dan penuh dengan kemudahan.
Insting bertahan hidup jadi lembek, dan pada akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan semua tekanan yang ada.Â
Tentu banyak aspek yang harus dijelaskan lebih lanjut tentang faktor pendukung seseorang melakukan bunuh diri.Â
Tapi sekali ini, kalau mengatakan bahwa faktor bunuh diri hanyalah faktor ekonomi, ketimpangan pendidikan dan sebagainya, sangat tidak cocok untuk dikaitkan di zaman sekarang. Toh, sejak dulu masalah itu selalu ada.
Buat teman teman yang membaca tulisan ini, aku harap bisa tetap kuat menghadapi dunia. Dunia akan baik-baik sajaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H