Upacara Sekaten adalah upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad noticed. Upacara Sekaten memiliki makna keagamaan dan juga kebudayaan yang sangat penting bagi masyarakat Jawa.Â
Menurut Sutrisno (1990), Upacara Sekaten dilakukan dalam rentang waktu tujuh hari dan dimulai pada tanggal five hingga 12 Rabiul Awal. Salah satu kegiatan utama dalam upacara Sekaten adalah mengadakan pasar malam yang dikenal sebagai Pasar Sekaten. Pasar Sekaten ini dipenuhi dengan berbagai macam jajanan tradisional dan juga barang-barang kerajinan khas Jawa.Â
Menurut Heriyanto (2016) dalam jurnal "Tradisi Upacara Sekaten di Lingkungan Keraton Yogyakarta", upacara Sekaten memiliki peran penting dalam memperkuat identitas keagamaan masyarakat Jawa dan juga sebagai bentuk upaya untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu, upacara Sekaten juga dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap Nabi Muhammad saw.
Selain itu, terdapat juga acara penting lainnya dalam Upacara Sekaten, seperti tari-tarian, tembang, dan simposium kebudayaan. Acara tersebut bertujuan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad noticed, sebagai pemimpin agama dan sosial yang dipuja oleh banyak orang di seluruh dunia.Upacara Sekaten merupakan salah satu tradisi keagamaan dan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa.
Berikut adalah Para ilmuwan yang telah mengembangkan beberapa teori untuk memahami upacara Sekaten,seperti :
1. Clifford Geertz: Geertz adalah seorang antropolog terkenal yang mempelajari budaya Jawa dan mengembangkan teori interpretatif. Menurut Geertz, upacara Sekaten dapat dipahami sebagai simbol keagamaan dan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa. Geertz menekankan pentingnya memahami makna simbol-simbol yang terkait dengan upacara Sekaten dalam konteks budaya Jawa. Geertz, C. (1973). The interpretation of Cultures.
2. Victor Turner: Turner adalah seorang antropolog yang mengembangkan teori tentang ritual. Menurut Turner, upacara Sekaten dapat dipahami sebagai ritual keagamaan yang memiliki struktur dan makna yang terkait dengan kepercayaan dan nilai-nilai Islam dan budaya Jawa. Turner menekankan pentingnya memahami struktur dan makna yang terkait dengan upacara Sekaten dalam konteks kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat Jawa. Turner, V. (1969). The Ritual technique: shape and Anti-shape
Three.
3.Emile Durkheim: Durkheim adalah seorang sosiolog terkenal yang mengembangkan teori tentang fungsi sosial. Menurut Durkheim, upacara Sekaten dapat dipahami sebagai bentuk integrasi sosial, di mana masyarakat Jawa berkumpul dan berpartisipasi dalam kegiatan yang sama. Durkheim menekankan pentingnya memahami bagaimana upacara Sekaten berfungsi sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial antarindividu dan kelompok dalam masyarakat Jawa. Durkheim, E. (1915). The primary types of the non secular lifestyles.
4.James J. Fox:Â Fox adalah seorang antropolog yang mempelajari kebudayaan Jawa dan mengembangkan teori tentang kebudayaan Jawa. Menurut Fox, upacara Sekaten dapat dipahami sebagai bentuk perayaan keagamaan yang terkait dengan kepercayaan dan nilai-nilai Islam dan budaya Jawa. Fox menekankan pentingnya memahami bagaimana upacara Sekaten terkait dengan kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat Jawa.
Upacara ini memiliki banyak makna dan simbolisme yang terkait dengan kepercayaan, budaya, dan sejarah Jawa. Beberapa teori yang dapat dijelaskan terkait upacara Sekaten antara lain:
1.Teori Kepercayaan: Upacara Sekaten dipercaya sebagai sarana untuk menghormati dan memuja Nabi Muhammad noticed. Melalui upacara ini, masyarakat Jawa berharap dapat mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT.
2.Teori Budaya: Upacara Sekaten merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui upacara ini, masyarakat Jawa dapat mempertahankan dan melestarikan budaya mereka.
Three.Teori Sejarah: Upacara Sekaten dipercaya berasal dari pengaruh Islam yang masuk ke Jawa pada abad ke-15. Upacara ini kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
3.Teori kulturalisme, ; bahwa suatu kebudayaan memiliki nilai nilai yang berbeda ,dan nilai nilai tersebut mempengaruhi kehidupan individu dalam masyarakat yang sama,
Five.Teori ritual: bahwa upacara merupakan suatu ebntuk tindakan sosial yang dijalankan scara teratur dan berulang-ulang
4.Teori sosiologi agama : mengemukakan bahwa agama dan keprcayaan memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat dan hubungan sosial dalam upacara tersebut bisa kita lihat bahwa bagaimana masyarakat jawa memadukan kepercayaan islam dan budaya jawa dalam upacara tersebut
Teori-teori tersebut dapat membantu untuk memahami upacara Sekaten dari berbagai sudut pandang, baik dari segi simbolik, keagamaan, budaya,sejarah maupun sosial
PEMBAHASAN
Upacara Sekaten adalah salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan MaulId, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad noticed. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama satu pekan penuh dan dihadiri oleh masyarakat maupun pengunjung dari seluruh penjuru Indonesia. Upacara ini memiliki nilai yang sangat penting bagi masyarakat Jawa, dan menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Upacara Sekaten memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain tahlilan, shalawatan, dan penampilan musik gamelan. Kegiatan tahlilan adalah doa bersama yang dilakukan untuk mengenang para leluhur dan orang yang telah meninggal dunia. Sedangkan shalawatan adalah kegiatan membaca dan menyanyikan shalawat kepada Nabi Muhammad noticed. Kegiatan penampilan musik gamelan menjadi salah satu bagian terpenting dalam upacara Sekaten. Musik gamelan yang dimainkan pada upacara Sekaten ini memiliki nuansa yang sangat khas, dan menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta dan Solo.
Selain kegiatan di dalam keraton, upacara Sekaten juga memiliki kegiatan yang dilakukan di luar keraton. Kegiatan ini biasanya dihadiri oleh masyarakat luas dan menjadi ajang berkumpulnya keluarga dan teman-teman. Pada malam terakhir upacara Sekaten, biasanya diadakan prosesi kirab obor yang sangat meriah, di mana obor yang dinyalakan akan diarak melalui jalan-jalan kota. Prosesi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan wisatawan yang datang untuk menyaksikan upacara Sekaten.
Upacara Sekaten juga memiliki makna yang sangat dalam dalam kehidupan masyarakat Jawa. Upacara ini menjadi ajang untuk mengenang dan menghormati Nabi Muhammad saw, serta sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan. Selain itu, upacara Sekaten juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antara sesama masyarakat, serta sebagai bentuk penghargaan kepada leluhur dan orang yang telah meninggal dunia.
Secara tradisional, upacara Sekaten dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di alun-alun Utara dan alun-alun Selatan keraton Kartasura. Di alun-alun Utara, biasanya akan diadakan pameran dan pasar malam yang menjual berbagai macam barang tradisional, seperti makanan, baju, dan kelereng. Sedangkan di alun-alun Selatan, digunakan untuk menabuh gamelan tradisional sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad saw.
Sekaten sendiri memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Jawa. Upacara ini menjadi simbol kebersamaan, egalitarianisme, dan rasa solidaritas antara masyarakat yang beragam etnis dan agama. Selain itu, upacara Sekaten juga menjadi wadah untuk memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan Jawa, terutama dalam hal seni musik tradisional gamelan.
Namun, upacara Sekaten juga mengalami berbagai perubahan dan tantangan dalam perkembangannya. Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa hal tradisional dalam upacara Sekaten mulai tergeser dan hilang, seperti penggunaan keseh dan kemlot dalam penabuhan gamelan. Selain itu, upacara Sekaten juga mengalami pengaruh dari media dan budaya luar, sehingga pengunjung cenderung lebih tertarik pada upacara hiburan dan pameran daripada tradisi keagamaan yang seharusnya menjadi fokus utama.Dalam hal ini, perlu ada upaya untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dan tradisional dalam upacara Sekaten, serta meningkatkan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai tersebut. Dengan begitu, upacara Sekaten dapat terus dipertahankan sebagai salah satu upacara keagamaan dan tradisional yang penting dan berharga bagi masyarakat Jawa.
Dalam perkembangannya, upacara Sekaten menjadi semakin luas dan melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan. Hingga saat ini, upacara Sekaten masih terus diadakan setiap tahunnya di Yogyakarta dan Solo, dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang sangat populer bagi para wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa upacara Sekaten memiliki nilai yang sangat penting bagi masyarakat Jawa, dan harus terus dilestarikan dan dijaga agar tetap dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Sejarah upacara sekaten
Awal mula upacara Sekaten masih belum dapat dipastikan secara pasti. Namun, diperkirakan bahwa upacara ini berasal dari pengaruh Islam yang masuk ke Jawa pada abad ke-15.Pada masa itu, Islam mulai menyebar ke Nusantara melalui para pedagang dan penyebar agama yang berasal dari Arab dan Gujarat, India. Pengaruh Islam kemudian mulai terasa di Jawa pada abad ke-15 melalui hubungan dagang antara Kesultanan Malaka dan Kesultanan Demak.Kesultanan Demak yang berada di Jawa Tengah menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah tersebut. Salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jawa adalah Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang juga dikenal sebagai pendiri pesantren di Jawa
Pengaruh Islam yang semakin kuat di Jawa membawa perubahan dalam budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Salah satu bentuk perubahan tersebut adalah munculnya upacara Sekaten sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Nabi Muhammad noticed.Upacara Sekaten kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini. Meskipun demikian, upacara ini masih mengandung unsur-unsur budaya dan adat istiadat Jawa yang kental, seperti pertunjukan gamelan dan tarian tradisional. Upacara Sekaten di Jawa memiliki sejarah yang sudah cukup panjang. Menurut sejarah, upacara ini pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai cara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad noticed. Sunan Kalijaga mengajarkan Islam dengan cara yang unik dan menarik sehingga banyak orang yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Salah satu upacara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat adalah upacara Sekaten.
Upacara Sekaten awalnya dilakukan dengan jalan mengadakan tahlilan yang dilakukan selama tujuh hari. Selama tujuh hari tersebut, masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad noticed. Kemudian, upacara ini berkembang dengan menambahkan berbagai macam atraksi seperti pentas seni dan pasar malam.Pada saat penjajahan Belanda, upacara Sekaten sempat dilarang karena dianggap sebagai bentuk kegiatan yang tidak sesuai dengan agama Kristen yang menjadi agama penjajah. Namun, setelah Indonesia merdeka, upacara ini kembali dilaksanakan dan terus berlangsung hingga sekarang.
Tujuan upacara sekaten
Tujuan utama dari upacara Sekaten adalah untuk menghormati dan memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Selain itu, upacara ini juga diadakan untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada masyarakat Indonesia dan dunia.Selain itu tujuan upacara sekaten juga untuk Mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa yang kental dalam upacara Sekaten, seperti pertunjukan gamelan dan tarian tradisional, Meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan di antara masyarakat Jawa serta mempererat hubungan sosial antara sesama umat Islam, ebagai media dakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat, Menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan perdamaian kepada masyarakat serta memperkuat semangat kebersamaan dan toleransi antaragama,dan Sebagai sarana untuk mengembangkan seni dan budaya di Indonesia serta memperkenalkan kekayaan budaya Jawa kepada dunia internasional.
Dengan tujuan-tujuan tersebut, upacara Sekaten menjadi sebuah tradisi budaya yang sangat penting dan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa dan umat Islam di Indonesia.
Makna dalam upacara sekaten
Pada hakikatnya, penyelenggaraan upacara tradisional mengandung suatu ajaran yang diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang yang mempunyai makna.Dalam upacara tradisional sekaten, tentu terdapat lambang yang mempunyai makna. Dalam upacara sekaten, pada tahap gamelan pusaka kali pertama dibunyikan, diselenggarakan upacara udhik-udhik, yaitu penyebaran kepingan uang logam oleh Sri Sultan.Pemberian atau penyebaran kepingan uang logam oleh raja ini sebagai lambang bahwa pemberian anugerah berwujud harta dan berkat wujud tuah kekeramatan.
1. Gunturmadu, nama satu di antara perangkat gamelan pusaka kraton, melambangkan turunnya wahyu.
2. Nagawilaga, nama perangkat gamelan sekaten yang mengandung makna kemenangan perang yang abadi.
Three.Yaumi, satu di antara judul gending sekaten yang mengandung makna hari maulid Nabi Muhammad noticed.
4. Salatun, judul satu di antara gending gamelan sekaten, berasal dari Bahasa Arab yang berarti berdoa, yang mengandung makna berdoa menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
5. Dhindang Sabinah, judul satu di antara gending sekaten, yang mengandung makna mengenang jasa para mubalikh yang menyiarkan agama Islam sejak abad ke XIII Hijriyah.
6. Ngajatun, satu di antara gending sekaten yang mengandung makna kemauan hati yang kuat untuk masuk Islam.
7. Supiyatun, satu di antara gending sekaten yang mengandung makna kemauan yang kuat untuk mencapai kesucian hati.
Acara dalam Upacara Sekaten
Upacara Sekaten biasanya dimulai dengan pembukaan pasar malam yang diadakan di sekitar Masjid Agung Yogyakarta. Di pasar malam ini, terdapat berbagai macam kuliner, barang kerajinan, dan hiburan seperti pentas seni. Pada malam ke-5, acara pasar malam dihentikan dan dilanjutkan dengan acara religius seperti tahlilan dan pengajian. Pada malam ke-12, Pada upacara ini, terdapat berbagai kegiatan seperti penampilan gamelan, tari-tarian, pentas seni, dan pameran produk kerajinan. Puncak acara diadakan pada malam Jumat Kliwon, di mana sekaten (buah aren) dibagikan kepada pengunjung.
Terdapat beberapa tempat di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menjadi pusat dari upacara Sekaten. Selain Masjid Agung Yogyakarta, terdapat juga Masjid Agung Solo dan Masjid Agung Semarang yang menjadi pusat perayaan Maulid Nabi Muhammad
Prosesi dalam upacara sekaten
Dalam melakukan sebuah upacara,sudah mestinya ada langkah langkah atau prosesi sebelum memulai suatu sebuah upacara,selama upacara sekaten berlangsung ada dua tradisi yang harus dilakukan,yaitu Grebeg mudulan dan Nampak Wijik,Grebeg mudulan diadakan ada tanggal 12 robiul awal atau juga sebagai acara puncak dari upacara seketan tersebbut di mulai dari pukul 08.00-10.00 WIB,dikawal 10 macam bregada (prajurit kraton) yang terdiri dari wirabraja,dhaheng,patangpuluh,jagakarya,prawiratama,nyutra,ketanggung,mantirejo,surakarsa,dan bugis,didalam tradiis tersebut terdapat sebuah gundukan menjulan tinggi yang berisikan beras ketan,makanan,buah-buahan,sayur-sayuran yang dibawa dari istana kemandungan ke masjid agung untuk didoakan Setelah didoakan gundukan makanan tersebut dibawa pulang serta ditanam di sawah agar tumbuh sbur dan terbebas dari bencana
Numpak wajik menjadi tanda awal yang akan diarak ke masjid agung pada saat grebeg mudalan,lagu lagu yag di mainkan dalam upacara numpak wajik biasanya berupa lagu lagu jawa seperti lompo kheli,tudhung setan,owal awil dan sebagainya.
Simbolisme dalam upacara sekaten
Upacara Sekaten memiliki banyak simbolisme, di antaranya adalah:
- Gamelan: melambangkan kebebasan dan kepribadian yang unik dan berbeda-beda
- Busana: memperlihatkan kekayaan dan keindahan budaya Jawa
- Aren: melambangkan kesederhanaan dan kebesaran Allah SWT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H