Mohon tunggu...
Muhammad Fausan
Muhammad Fausan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Talk less,joke a loot

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori Perkembangan Moral Yang DIkemukakan Lewrence Kohlberg

20 Januari 2025   12:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   10:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tahapan dan Aplikasinya dalam Pendidikan

    Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg menyatakan bahwa penalaran moral berkembang melalui enam tahap yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teori ini berpandangan bahwa penilaian dan perilaku moral pada dasarnya bersifat rasional dan berkembang secara bertahap seiring dengan kematangan kognitif seseorang. 

Pengertian Teori Moral Kohlberg

    Teori moral Kohlberg menyatakan bahwa perkembangan moral terjadi melalui proses penalaran dan berlangsung dalam tahapan-tahapan yang bersifat universal. Menurut Kohlberg, penalaran moral merupakan dasar dari perilaku etis dan berkembang secara bertahap seiring dengan kematangan kognitif seseorang. Kohlberg menekankan bahwa tahapan-tahapan ini bersifat hierarkis dan invarian, artinya seseorang harus melewati tahap sebelumnya untuk mencapai tahap yang lebih tinggi.

Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg

    Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi enam tahap yang dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan utama. Setiap tahap mencerminkan cara berpikir yang berbeda dalam menghadapi dilema moral:

  • Tingkat Pra-konvensional (Tahap 1-2): Fokus pada konsekuensi langsung dan kepentingan diri.
  • Tingkat Konvensional (Tahap 3-4): Penekanan pada norma sosial dan harapan orang lain.
  • Tingkat Pasca-konvensional (Tahap 5-6): Pengembangan prinsip etika universal

Kohlberg menekankan bahwa tahap-tahap ini bersifat hierarkis dan invarian, artinya seseorang harus melewati tahap sebelumnya untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Perkembangan moral dipandang sebagai proses kognitif yang berlangsung secara bertahap seiring dengan kematangan berpikir seseorang. 

Tingkat Pra-konvensional

     Tingkat pra-konvensional merupakan tahap awal perkembangan moral menurut teori Kohlberg, yang umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Pada tingkat ini, individu menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan konsekuensi langsung yang dirasakan oleh dirinya sendiri.

Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahap:

  1. Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan
    Pada tahap ini, anak-anak menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan konsekuensi fisik yang mereka terima. Mereka cenderung mematuhi aturan untuk menghindari hukuman atau mendapatkan hadiah. Misalnya, seorang anak akan menganggap suatu perbuatan baik jika ia tidak dihukum karenanya.
  2. Tahap 2: Orientasi relativis-instrumental
    Di tahap ini, anak-anak mulai mempertimbangkan kepentingan diri sendiri dalam menilai suatu tindakan. Mereka akan melakukan sesuatu jika ada keuntungan bagi dirinya. Perilaku baik didefinisikan sebagai hal yang paling diminati atau menguntungkan diri sendiri

Karakteristik utama tingkat pra-konvensional adalah sifat egosentris anak, di mana mereka belum mampu memahami atau mempertimbangkan pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya. Penalaran moral pada tingkat ini masih dikendalikan oleh faktor eksternal, seperti otoritas orang dewasa atau konsekuensi fisik yang dirasakan. 

Tingkat Konvensional

     Tingkat konvensional merupakan tingkat kedua dalam teori perkembangan moral Kohlberg, yang umumnya terjadi pada anak remaja dan orang dewasa. Pada tingkat ini, individu menilai moralitas berdasarkan kesesuaian dengan norma sosial dan harapan orang lain.

Tingkat konvensional terdiri dari dua tahap: 

  1. Tahap 1: Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (“sikap anak baik”)
    Pada tahap ini, individu menilai moralitas berdasarkan kesesuaian dengan harapan orang lain dan peran sosial yang dimilikinya. Mereka berusaha untuk menjadi “anak baik” atau “orang baik” dengan mematuhi aturan dan memenuhi harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat. Perilaku baik didefinisikan sebagai tindakan yang menyenangkan atau membantu orang lain dan mendapat persetujuan dari mereka.
  2. Tahap 2: Orientasi hukum dan ketertiban
    Di tahap ini, individu memahami pentingnya mematuhi hukum dan aturan untuk mempertahankan tatanan sosial. Mereka menilai moralitas berdasarkan kontribusinya terhadap stabilitas masyarakat. Perilaku baik didefinisikan sebagai melakukan tugas dan kewajiban, menghormati otoritas, dan menjaga tatanan sosial yang ada.

Karakteristik utama tingkat konvensional adalah kemampuan individu untuk mempertimbangkan perspektif orang lain dan memahami peran mereka dalam masyarakat. Mereka tidak lagi hanya fokus pada kepentingan diri sendiri, tetapi juga mempertimbangkan dampak tindakan mereka terhadap orang lain dan masyarakat secara keseluruhan. 

Tingkat Pasca-konvensional

Tingkat pasca-konvensional merupakan tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral Kohlberg, yang umumnya hanya dicapai oleh sebagian kecil orang dewasa setelah usia 20 tahun. Pada tingkat ini, individu mengembangkan prinsip-prinsip moral yang bersifat universal dan otonom, terlepas dari otoritas kelompok atau identifikasi dengan orang lain.

Tingkat pasca-konvensional terdiri dari dua tahap:

  1. Tahap 1: Orientasi kontrak sosial
    Pada tahap ini, individu memahami bahwa hukum dan aturan sosial bersifat relatif dan dapat berubah untuk mencapai kebaikan bersama. Mereka menilai moralitas berdasarkan prinsip-prinsip etika yang lebih luas, seperti hak-hak individu dan standar yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh masyarakat. Individu pada tahap ini mengakui bahwa mungkin ada konflik antara standar moral yang berbeda dan berusaha untuk mencari solusi yang adil dan menguntungkan semua pihak.
  2. Tahap 2: Orientasi prinsip etika universal
    Tahap ini merupakan puncak perkembangan moral menurut Kohlberg. Individu pada tahap ini mengembangkan prinsip-prinsip etika universal yang melampaui hukum dan norma sosial yang ada. Mereka mendasarkan keputusan moral pada prinsip-prinsip abstrak seperti keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Kohlberg menyebutkan tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr. sebagai contoh individu yang mencapai tahap ini.

Karakteristik utama tingkat pasca-konvensional adalah kemampuan individu untuk berpikir secara abstrak tentang moralitas dan mengembangkan prinsip-prinsip etika yang konsisten dan universal. Mereka dapat mempertanyakan dan mengevaluasi secara kritis norma-norma sosial yang ada, serta mempertimbangkan perspektif yang lebih luas dalam menghadapi dilema moral. 

Aplikasi Teori dalam Pendidikan

Teori perkembangan moral Kohlberg memiliki implikasi penting dalam pendidikan karakter. Beberapa aplikasi praktis dari teori ini dalam konteks pendidikan meliputi:

  • Penyesuaian metode pengajaran dengan tahap perkembangan moral siswa. Misalnya, untuk siswa di tingkat pra-konvensional, pendekatan reward-punishment mungkin lebih efektif, sementara diskusi etika lebih sesuai untuk siswa di tingkat yang lebih tinggi.
  • Penciptaan lingkungan kelas yang mendukung perkembangan moral, termasuk atmosfer yang menghargai keadilan, demokrasi, dan penghormatan terhadap pendapat yang berbeda.
  • Integrasi pendidikan karakter ke dalam kurikulum reguler, bukan sebagai pelajaran terpisah, untuk membantu siswa menghubungkan prinsip-prinsip moral dengan situasi kehidupan nyata

Kesimpulan

Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan kerangka yang berharga untuk memahami bagaimana penalaran moral berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Melalui enam tahap yang terbagi dalam tiga tingkatan, Kohlberg menggambarkan perges

eran dari penalaran yang berfokus pada diri sendiri menuju pemahaman etika yang lebih universal. Meskipun teori ini telah mendapat kritik, terutama terkait bias budaya dan gender, kontribusinya dalam bidang psikologi moral dan pendidikan karakter tetap signifikan.

Penerapan teori Kohlberg dalam pendidikan telah mendorong pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan penalaran moral siswa. Penggunaan dilema moral, diskusi etika, dan penciptaan lingkungan kelas yang mendukung perkembangan moral telah terbukti bermanfaat dalam membantu siswa mencapai tahap penalaran moral yang lebih tinggi. Namun, penting untuk diingat bahwa perkembangan moral adalah proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan teori Kohlberg hanyalah salah satu perspektif dalam memahami fenomena ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun