Mohon tunggu...
Muhammad Fausan
Muhammad Fausan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Talk less,joke a loot

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Erick Erikson

14 November 2024   20:31 Diperbarui: 14 November 2024   20:32 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya

Perkembangan anak selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia psikologi, sebab hal ini sangat mendasari pembentukan karakter anak dan menentukan menjadi pribadi seperti apakah sang anak tersebut. Pengaruh –pengaruh yang masuk di dalam kehidupan seorang anak sangat menentukan pembentukan karakternya kelak. 

Karena itulah, masa-masa awal seorang anak selalu menjadi perhatian intens para ahli psikologi, dan juga tentunya perhatian orang tua. Banyak teori tentang perkembangan psikologi anak, salah satunya adalah teori psikososial Erikson yang dicetuskan oleh Erik Erikson. 

Perkembangan Psikososial dan Ego

Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses interaksi sosial. Perkembangan ego akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang didapatkan seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang sempurna menurut Erikson adalah yang mengandung tiga aspek utama yaitu:

  • Faktualitas  – Yaitu kumpuan fakta dan data yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang digunakan, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
  • Universalitas – Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan atau sense of reality, menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan mengenai seluruh semesta.
  • Aktualitas – Yaitu suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain agar mencapai tujuan bersama.

Tahapan Perkembangan Psikososial

1.  Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan) 

Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan.

2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)

Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri. 

Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri. 

3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)

Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.  

Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak, akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak pedulian. 

4. Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)

Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga.  

Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif. 

5. Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)

Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut.

Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya. 

6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)

Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang. 

Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.

7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)

Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.

8. Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)

Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

Kelebihan Teori Erikson

Setiap teori tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, namun teori psikososial Erikson telah mendasari banyak metode pendidikan dan pengasuhan terhadap anak – anak usia dini. Para orang tua pun dapat mendasarkan pola pengasuhan mereka kepada teori ini jika menginginkan anak terbentuk dengan baik dan memiliki kepribadian serta karakter yang positif.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun