Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya
Perkembangan anak selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia psikologi, sebab hal ini sangat mendasari pembentukan karakter anak dan menentukan menjadi pribadi seperti apakah sang anak tersebut. Pengaruh –pengaruh yang masuk di dalam kehidupan seorang anak sangat menentukan pembentukan karakternya kelak.Â
Karena itulah, masa-masa awal seorang anak selalu menjadi perhatian intens para ahli psikologi, dan juga tentunya perhatian orang tua. Banyak teori tentang perkembangan psikologi anak, salah satunya adalah teori psikososial Erikson yang dicetuskan oleh Erik Erikson.Â
Perkembangan Psikososial dan Ego
Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses interaksi sosial. Perkembangan ego akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang didapatkan seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang sempurna menurut Erikson adalah yang mengandung tiga aspek utama yaitu:
- Faktualitas  – Yaitu kumpuan fakta dan data yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang digunakan, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
- Universalitas – Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan atau sense of reality, menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan mengenai seluruh semesta.
- Aktualitas – Yaitu suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain agar mencapai tujuan bersama.
Tahapan Perkembangan Psikososial
1. Â Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)Â
Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.Â
Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.Â