Mohon tunggu...
Muhammad Fatahillah
Muhammad Fatahillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang pemuda yang menyukai ketenangan dan alam

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi 21107030088

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Larangan Hijab Di India Menuai Banyak Kontroversi

21 Februari 2022   23:40 Diperbarui: 22 Februari 2022   07:26 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (sumber foto : cnnindonesia.com)

Baru-baru ini beredar video di internet seorang wanita Muslim India yang diteriaki oleh sekelompok pria di negara bagian Karnataka, India, menyulut berbagai kecaman dari banyak pihak di tengah larangan pengunaan hijab di area perguruan tinggi di negara bagian tersebut. 

Wanita yang berada dalam video tersebut bernama Muskan Khan, ia dikelilingi sekelompok pria menggunakan selendang safron saat dia tiba di kampusnya di Mandya. Mereka mulai meneriaki Muskan dengan kalimat "Jai Shri Ram" (Terpujilah Dewa Rama), lalu Muskan membalas dengan teriakan "Allahuakbar" (Allah Maha Besar) sebagai balasan dari slogan mereka tersebut.

Sesaat setelah kejadian itu segera otoritas perguruan tinggi yang berada dekat dengan kejadian tersebut menjaga Muskan dan mengantarnya ke dalam kampus.


Larangan penggunaan hijab di sekolah dan perguruan tinggi di negara bagian Karnataka, India, menimbulkan banyak kontroversi dan aksi protes. Buntut dari larangan tersebut menyebabkan kekhawatiran bahwa serangan dan diskriminasi terhadap simbol Islam tersebut merupakan bagian dari gerakan sayap kanan Hindu yang ingin memaksakan nilai Hindu pada minoritas. 

Muslim di India adalah masyarakat minoritas. Di negara bagian Karnataka jumlah Muslim hanya 12% dari total penduduk. Dan populasi Muslim di India hanya 15% dari jumlah populasi atau hanya sekitar 200 juta warga dari 1,39 miliar warga India. Meski menjadi agama terbesar kedua setelah Hindu, Muslim di India masih mendapat tindakan diskriminasi dari pemerintahnya.

Dilansir dari CNN Indonesia, pada bulan Januari kemarin, para siswi Muslim di sebuah sekolah yang dikelola pemerintah di Distrik Udupi, negara bagian Karnataka, India, diwajibkan melepas hijab mereka jika ingin masuk sekolah. Mereka melakukan protes larangan tersebut di luar sekolah menengah khusus perempuan itu.

Selang beberapa waktu beberapa sekolah turut memberlakukan aturan serupa. Hal ini membuat pengadilan tinggi negara bagian harus turun tangan untuk menengahi masalah yang terjadi. Hakim pengadilan akan mendengarkan petisi yang diajukan oleh para siswa yang memprotes larangan itu.

Pemerintah Karnataka diketahui dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata (BJP)/ Perdana Menteri Narendra Modi,  telah mendukung larangan diskriminatif tersebut. 

"Pemerintah atau pengadilan harus memberikan petunjuk yang jelas. Pemerintah sudah memberikan instruksi kepada kami. Manajemen kami sangat ketat tentang kebijakan seragam. Manajemen menyuruh saya menerapkan kebijakan seragam yang sangat ketat, sehingga kami akan menerapkannya." kata Kepala Sekolah RN Shetty Pre-University College, Naveen Shetty.

Larangan hijab tersebut membuat para siswi Muslim di India gusar. Mereka merasa hak-hak beragama mereka dirampas. 7 Februari ratusan siswi mengenakan cadar bersama orang tuanya turun ke jalan memprotes larangan tersebut sambil membawa bendera India dan poster bertuliskan "Menggunakan hijab adalah hak kami".

Mereka menuntut agar diperbolehkan masuk ke sekolah dan perguruan tinggi dengan tetap memakai hijab. Protes yang mereka lakukan bukan hanya di jalan tetapi juga di media sosial dengan tagar "hijab-is-our-right" 

"Saya percaya ini adalah hak kami. Dan hak itulah yang kami perjuangkan." ucap Zeema Begum, seorang siswi perguruan tinggi.

"Negeri ini memberi kami hak untuk menjalankan aturan agama kami. Dan konstitusi juga menjamin hal tersebut. Lalu mengapa mereka mencoa menghalangi kami?" lanjut Hazra Shifa, yang juga seorang siswi perguruan tinggi.

Beberapa pertemuan antara pihak sekolah, perwakilan pemerintah dan siswa yang memprotes masih belum menemukan jalan keluar. Menteri pendidikan negara bagian, BC Nagesh juga menolak mencabut kebijakan tersebut. Ia menyatakan bahwa siswa yang tidak mau mengikuti aturan berpakaian sekolah bisa mencari pilihan lain. 

Aksi protes larangan hijab masih berlangsung hingga Selasa (15/2/2022) kemarin, siswi perempuan Muslim yang masih menggunakan hijab dilarang memasuki sekolah dan perguruan tinggi di seluruh negara bagian. Penampakan siswi-siswi Muslim melepas hijab mereka di luar sekolah mereka membuat kehebohan. 

"Sekitar 13 dari kami dibawa ke ruang terpisah karena kami mengenakan jilbab di atas seragam sekolah, Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami tidak dapat mengerjakan ujian jika kami tidak melepas jilbab. Kami menjawab dengan mengatakan: "Dalam hal ini, kami tidak akan mengerjakan ujian. Kami tidak dapat berkompromi dengan hijab," tiba-tiba, mereka meminta kami melepas hijab" ujar Aliya Meher, seorang siswi di Sekolah Umum Karnataka di distrik Shivamogga, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (16/2/2022).

Aliya menambahkan pihak sekolah mengatakan kepada siswi muslim bahwa mereka tidak bisa mengikuti ujian  jika tidak melepas hijab yang dikenakan. Setelah para siswi menolak dengan tegas dan memilih tidak ikut ujian, barulah pihak sekolah memerintahkan Aliya dan teman-temannya untuk melepaskan hijab langsung di tempat.

"Jilbab adalah bagian inti dari iman kami. Kami memasukkan anak-anak kami ke sini karena kami pikir hak-hak mereka akan dihormati," ucap Reshma Banu, ibu dari salah satu siswi.

Namun pihak sekolah menegaskan Susheela, Kepala Sekolah di Sekolah Umum Karnataka itu membantah tuduhan diskriminasi. Ia mengatakan bahwa lembaganya hanya mematuhi mandat dari pemerintah.

"Ini hanya pemeriksaan awal dan kami akan atur agar mereka tetap bisa ujian. Kami hanya akan menerapkan aturan sesuai keputusan pengadilan" ucapnya.

Adapun respons dari para pelajar muslim menentang keras, dan akan melakukan aksi-aksi pencegahan agar putusan Pengadilan Tinggi Karnataka itu tidak diterapkan.

Dikutip dari Minanews.net, seiring dengan perkembangan waktu, BC Nagesh, mengklaim bahwa insiden siswa berhijab yang diminta pulang dari sekolah hanya dilaporkan di dua atau tiga institusi.

"Sekolah dan perguruan tinggi berjalan tanpa gangguan. Hanya ada dua atau tiga insiden terkait hijab, tetapi semua siswi menghadiri kelas," ujar Nagesh kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun