Di Indonesia sendiri, mainan ini mulai populer pada tahun 1990-an. Tapi sekarang, ketika mainan ini populer lagi, muncul beberapa larangan-larangan untuk memainkan atau membawa lato-lato di sekolah. Hal tersebut sudah terjadi di Pesisir Barat Lampung. Disdikbud wilayah Lampung Barat itu merujuk pada UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Atas dasar tersebut, pihak dari Disdikbud Pesisir Barat Lampung mengeluarkan surat imbuan untuk Kepala Satuan Pendidikan se-Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Erwin Kostalani, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Barat, Lampung, meminta agar semua kepala sekolah satuan pendidikan segara untuk memberitahukan imbauan tersebut kepada para siswanya.
"Kami menilai permainan ini akan memberikan dampak yang kurang baik jika dimainkan di lingkungan sekolah," beber Erwin Kostalani. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Barat, Lampung, dilansir dari Tribun, Rabu (4/1/20223).
Untuk itu kita minta agar para kepala sekolah mensosialisasikan surat imbauan ini kepada seluruh siswa."
Mainan ini ini ternyata masih ada manfaatnya
Hal ini diamini oleh dosen program studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) Ikhasan Rosyid Mujahidul Anwari.
Menurut beliau, lato-lato ini adalah sebuah bukti dimana peran manusia sebagai homo ludens atau makhluk yang suka bermain selalu memiliki permainan yang tren disetiap eranya, atau mengikuti perkembangan zaman dan ekonomi.
"Masing-masing zaman atau era selalu punya zeitgeist atau yang biasa kita sebut sebagai jiwa zaman. Kebetulan, sekarang mainan lato-lato. Siapa yang meyebabkan permainan tersebut menjadi populer, salah satunya produsen media permainan anak dan saya kira hal ini akan berulang pada waktu mendatang," jelasnya dilansir dari laman resmi Unair pada kamis, 3 Januari 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H