Mohon tunggu...
Muhammad Farih Fanani
Muhammad Farih Fanani Mohon Tunggu... Lainnya - blogger

Mahasiswa Sejarah yang gemar nulis julit di blog gipang.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama dan Kemanusiaan, Lebih Penting Mana?

31 Juli 2020   19:57 Diperbarui: 2 Agustus 2020   07:04 3091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahirnya contoh-contoh sosial yang lahir karena agama berdampak pada munculnya konsep-konsep "baru" sebagai pemersatu bangsa. Sebagai peneduh dan penyambung persaudaraan agama mengenal konsep salam. Agama mengenal salam sebagai sapaan antar umat beragama. Mereka melazimkan itu dan membiasakan diri dengan sapaan salam yang sudah disepakati bersama yang kemudian membudaya.

Agama mempunyai salamnya masing-masing. Redaksi yang berbeda dari masing-masing salam tidak membuat makna dari salam menjadi berbeda juga.

Salam adalah salah satu bukti bahwa agama menjunjung kemanusiaan. Salam ditujukan kepada manusia, bukan kepada Tuhan. Assamualaikum bagi orang Islam, atau Shalom bagi orang Kristen dan Katolik memiliki arti yang sama yaitu mendoakan keberkahan dari pengucap salam kepada penerima salam.

Salam memberikan kita gambaran bahwa manusia beragama diharuskan memiliki kepedulian dan kasih sayang kepada sesama manusia. Bagaimana mungkin kita akan berseteru dengan orang yang kita salami, alih-alih berseteru, faktanya kita sedang mendoakan mereka.

Salam merupakan budaya yang sudah mendarah daging. Tidak ada pertemuan tanpa salam. Seorang guru yang baru saja masuk ke dalam kelas dengan puluhan murid yang sudah menunggu akan mengucapkan salam sebelum memulai menyampaikan meterinya, seorang presiden yang akan menyampaikan pidato kenegaraan di depan puluhan kamera wartawan dan jutaan mata yang menyaksikan di televisi akan mengawali ucapannya dengan kalimat salam.

Salam tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehar-hari. Menjadi sebuah kewajiban bagi seseorang untuk menjawab salam dari orang lain. Karena doa yang sedang orang lain sampaikan melalui salam adalah baik, dan kebaikan idealnya harus dibalas dengan kebaikan pula.

Mendoakan secara spritual adalah memberikan hadiah atau berkat kepada orang lain, namun tidak dalam bentuk fisik. Memberi dalam bentuk fisik dalam agama tercermin dalam ajaran sedekah. Sedekah dianjurkan oleh sebagian besar agama. Umat beragama bersedekah dengan tujuan kebaikan, dan tentunya kemanusiaan. Sedekah mencerminkan sikap kepedulian manusia terhadap sesama manusia.

Tuhan memerintahkan melalui agama untuk bersedekah dengan manusia lain tentu memiliki tujuan kemanusiaan yang sangat riil. Tuhan tidak meminta untuk disedekahi. Artinya Tuhan sedang membimbing manusia untuk peduli terhadap sesama melalui konsep atau ajaran sedekah.

Bagi orang yang taat beragama, mereka meyakini bahwa sedekah akan membantu mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Apa yang dikeluarkan untuk disedekahkan kepada orang lain biasanya berbarengan dengan pengharapan terhadap pengembalian yang lebih besar. Bukan pengembalian yang berasal dari orang yang disedekahi, namun pengembalian yang didapat dari Tuhan. Hal itu wajar, tidakkah sebuah ketamakan adalah naluri dari semua manusia?.

Tapi terlepas dari itu, sedekah memberi pelajaran bagi manusia untuk bersifat dan berperilaku peduli. Sedekah membuka batin manusia dan menyadarkan manusia bahwa masih banyak manusia yang membutuhkan sesuatu dari kita. Dan sekali lagi, bahwa sedekah diperuntukkan untuk manusia, bukan untuk Tuhan. Tuhan hanya mengajari kita untuk berperilaku baik kepada sesama manusia.

Tiga hal di atas sudah cukup membuktikan bahwa agama sangat peduli terhadap kemanusiaan. Tidak ada satu pun agama yang menganjurkan pemeluknya untuk membunuh atau menganiaya manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun