Mohon tunggu...
Muhammad Farih Fanani
Muhammad Farih Fanani Mohon Tunggu... Lainnya - blogger

Mahasiswa Sejarah yang gemar nulis julit di blog gipang.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama dan Kemanusiaan, Lebih Penting Mana?

31 Juli 2020   19:57 Diperbarui: 2 Agustus 2020   07:04 3091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agama dan Kemanusiaan

Seperti yang sudah tertulis sebelumnya bahwa agama juga mengatur kemanusiaan. Mulai dari hubungan sosial bertetangga, hingga hubungan antara pemimpin dan rakyatnya. Semuanya diatur. Dan aturan antara manusia dengan manusia tentu memiliki tujuan yaitu kemanusiaan, atau bahasa kerennya humanity.

Yuval Noah Harari, seorang ilmuwan terkemuka penulis buku Sapiens mengemukakan dalam bukunya, bahwa agama adalah salah satu alat pemersatu umat manusia selain imperium dan uang. Mengapa demikian?

Agama di bawa oleh seorang utusan Tuhan yang membawa pesan-pesan kemanusiaan, dan merangkul semua golongan. Agama tidak membatasi pengikutnya berdasarkan suku, warna kulit, atau warna bendera. Agama menerima semua manusia yang ingin mempercayainya.

Selama ini agama-agama besar di dunia telah berhasil membangun sistem kepercayaan universal yang dapat dianut oleh semua penduduk dunia. Tidak ada yang bisa menolak dan menerima sebagian saja dari agama. Tidak akan ada perbedaan antara orang Afrika dengan orang Indonesia dalam hal beribadah, jika keduanya memeluk agama yang sama.

Lebih dari itu, agama membawa semangat kesatuan yang cukup kuat. Orang Islam cenderung menganggap bahwa orang di negara manapun, sejauh apapun, seputih atau sehitam apapun kulitnya, sebagai saudara. Bukan saudara yang terlahir di rahim yang sama, tapi saudara seiman. Itu lah yang kemudian akan mendorong persatuan dan berujung pada perdamaian.

Pertengkaran hanya akan terjadi jika satu orang dengan orang yang lain, atau satu kelompok dengan kelompok yang lain tidak saling mengenal --saya tidak akan menggunakan istilah tak kenal maka tak sayang, kalimat itu rasanya sudah terlalu membosankan di telinga saya.

Orang cenderung memilih untuk bertengkar dengan orang yang tidak mereka kenal, dan tidak akan bertengkar atau berseteru dengan kawannya sendiri.

Orang yang beradu mulut di jalan adalah sebagai contoh. Mereka menunjuk-nunjuk orang lain dengan jari telunjuk, dan berteriak seperti orang yang sedang kerasukan amarah yang tidak terkendali. Hal yang sebenarnya terjadi, biasanya tidak semua masalah yang mereka perdebatkan adalah masalah yang serius dan sukar untuk diselesaikan secara damai.

Kebanyakan perdebatan di jalanan disebabkan oleh masalah-masalah yang sebenarnya sepele. Menyerempet kaca spion, mengklakson terus menerus, dan bahkan persoalan menyalip saja seringkali disalahpresepsikan. Itu semua terjadi karena kita tidak saling kenal --terlepas dari sebenarnya mereka juga memiliki agama yang sama, jika itu dibahas, masalahnya akan semakin rumit.

Agama menyatukan manusia, agama memiliki konsep persaudaraan seiman. Menganggap orang yang memiliki Tuhan dan nabi yang sama adalah saudara. Agama memiliki konsep kemanusiaan sebelum konsep humanity Barat dikampanyekan.

Agama telah lahir ribuan tahun yang lalu dan sudah mengusung konsep kemanusiaan. Tentu konsep kemanusiaan yang ada di agama berbeda dengan humanisme di Barat. Agama memiliki gaya tersendiri dalam mengatur kehidupan sosial manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun