Namanya Sadam soleman, lahir di Tidore (09/02/91). Anak pertama dari rahim seorang ibu (Almarumah) Mardia Podo [disapa Mar] dan Bapak Samad Soleman [disapa Pat]. dalam historynya kedua orang tua sadam tak pernah  mengenyam pendidikan formal, namun sukses mendidik anak-anaknya hingga sampai ke jenjang sarjana. Do'a dan dukungan diberikan kepada kedua anaknya agar selalu berkenan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sadam Lahir dan besar dari keluarga yang sederhana, atas dasar kesederhanaan itu membuat sadam selalu merasa tersakiti bila rakyat miskin tersakiti, amarah dalam benak seketika mencuat bila ia mendengarnya.
Tidak ada rasa takut yang surut pada diri Sadam dalam memperjuangkan nama Rakyat. Atas nama Rakyat, bedil, ancaman, teror dari kalangan kompredor didepan mata sekalipun tidak dipedulikan Sadam, seribu nyali patut disematkan terhadap pria berusia 27 tahun ini.
Cara Sadam Memperjuangkan Pendidikannya
Semenjak Sadam menduduki bangku sekolah dasar (SD) kelas 3 (1998), kedua orang tuanya memilih untuk pergi berhijrah dari kampung Toloa [dengan alasan faktor ekonomi], mendirikan sebuah gubuk di suatu tempat bernama Kaleha (sebutan bagi orang toloa dan sekitarnya) yang berdekatan dengan Tangaru. Konon, Kaleha merupakan perkampungan awal orang-orang Toloa. Namun kini tidak lagi dijadikan sebagai pusat pemukiman, melainkan dijadikan sebagai pusat aktivitas para petani asal orang-orang Toloa.
Sadam kecil dan adiknya (Wiasanti) juga dibawah oleh kedua orang tuanya. Mereka hijrah dalam kehidupan baru, menetap dan melakukan aktivitas sebagai petani di Kaleha. Mengerti akan kondisi ekonomi kedua orang tuanya yang begitu berat, sadam kecil rela memutuskan untuk berbohong agar tidak pergi ke sekolah guna membantu orang tuanya bercocok tanam.
Ibu sadam (Almarhumah Mar) peduli dalam Pendidikan SD Sadam, rutinitas mempersiapkan segala kebutuhan sekolah Sadam dilakoninya dengan setia (Mulai pukul 04.22 WIT), di belantara hutan penuh bebatuan (masih gelap gulita), ibunda sadam tetap tegar walaupun terdapat ganguan pada matanya (rabun). Tidak ada rasa takut, tidak ada kata menyerah, semangatpun tak pernah surut untuk menyekolahkan anaknya, dan akhirnya sadam berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SD Negeri 1 Toloa di tahun 2003.
Setelah lulus SD, sadam kemudian berhijrah di Gam Tufkange dan tinggal bersama pamanya untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 soasio. Lagi-lagi faktor ekonomi kembali menjadi masalah krusial, sadam tidak ingin lagi membebankan kedua orngtuanya. Sadam bekerja separuh waktu sebagai sampingan dengan berprofesi menjadi penggali pasir setelah pulang dari sekolah, pendapatan dari hasil  jualan pasirnya kemudian ditabung dan dimanfaatkan oleh Sadam untuk menutupi pembayaran sekolah (SPP), membeli seragam dan peralatan sekolahnya lainnya hingga ia lulus SMP pada  tahun 2006.
Setelah lulus SMP di soasio, sadam memutuskan untuk kembali ke Toloa bersama keluarganya, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Tidore  Kelurahan Toloa.Â
Aktifitas sadam masih sama seperti sediakala, masih terbiasa dengan membantu kedua orang tuanya di Kebun dan menggali pasir sepulang dari sekolah hingga lulus SMA di Tahun 2009. Masa kelulusan yang tidak begitu dinikmati oleh Sadam, sebab bersamaan ayahnya jatuh sakit.Â
Ayah Sadam dianjurkan oleh dokter untuk istirahat dan tidak boleh lagi bekerja keras, akhirnya sadam memutuskan untuk bekerja menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung bagi keluarganya, sembari melanjutkan impian besarnya ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Tingkat Perguruan Tinggi di UNIVERSITAS NUKU KOTA TIDORE tanpa melepas profesi yang ditekuninya sebagai buruh bangunan sampai saat ini.Â
Sungguh, ini adalah beban paling besar dalam hidup Sadam, beban menjadi Kepala Rumah Tangga (menggantikan ayahnya), beban dalam pemenuhan biaya perkuliahan, dan beban dalam menjalankan roda organisasi. Semua dilalui dengan sabar dan ketabahan Sadam; hingga ia sukses menyelesaikan study sarjana (S1) Â dengan predikat (cumlaude)Â di bidang Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Sadam Juga Seorang Organisatoris
Ketekunan Sadam belajar di bangku kuliah tidak menjadikan sadam puas akan transfer ilmu dan pengetahuan secara formal. Â Sadam selalu merasa kurang atas ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Berfikir dan bertindak cepat, bagaimana caranya untuk menutupi segala kekurangan transer ilmu melalui pendidikan non formal, harus pula dilalui oleh Sadam.
Tak disangka, rangkulan senior membawa Sadam mengenal organisasi dengan mengikuti MAPERCA Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Â Cabang Tidore di tahun 2012. Kemudian menjadi anggota luar biasa dengan masa percobaan keanggotaan selama 6 bulan, Sadam berharap ia bisa mendapatkan transfer ilmu dari para seniornya di HMI.Â
Sadam juga dirangkul oleh seniornya bernama Fadli Dahlan selaku Ketua LMND Tidore saat itu. (kerap disapa: Bung Fadli) untuk mengikuti Pendidikan Dasar Ideologi, Politik dan Organisasi yang diselengarakan oleh Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) Tidore. Perkenalan Sadam dengan organisasi LMND membuat orang tuanya bingung, banyak berubah dari Sadam. Sejak itu sadam jarang pulang ke rumah karena sibuk dengan rutinitas barunya, yakni diskusi dan melakukan kajian-kajian bersama para senior di Organisasinya (LMND).
Di tahun 2014 merupakan sebuah keharusan bagi bung fadli untuk menanggalkan jabatanya sebagai Ketua LMND [dengan alasan penyelesaian studi akhirnya]. Seluruh anggota LMND kemudian bersepakat untuk mengangkat Riswan Hanafi sebagai Pejabat Sementara (PJs) dan memilih sadam sebagai Sekertarisnya. Saat itu pengalaman organisasi Sadam masih seumur jagung, namun Sadam berani menerima mandat oleh seluruh anggota organisasi LMND.Â
Jabatan Sadam sebagai Sekertaris berlanjut higga priode 2015-2016, dimana konfrensi Kota pada tahun 2015 mengangkat Nursaefa A. Kadir sebagai Ketua LMND, dan Sadam masih di berikan kepercayaan menjabat sebagai Sekertaris. Namun, jabatan Ketua Nursaefa A. Kadir tidak berangsur lama sebab Konferensi LMND Maluku Utara di pertengahan 2015 mengangkat Nursaefa sebagai Bendahara Wilayah, dan Sadam mendapatkan tugas baru yakni sebagai Ketua LMND Kota Tidore Kepulauan.
Maksud Sadam Terjun Kedunia Politik
Sadam tulus ingin mencari jalan keluar bagi mereka anak-anak yang putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi orang tuanya [Sadam sendiri memiliki permasalahan yang sama seperti mereka, lantas bagaimana cara sadam bisa membantu mencari jalan keluar bagi mereka?].
Tawar menawar oleh golongan anak muda, meminta Sadam untuk maju bertarung sebagai anggota legislatif  di tahun 2019 mendatang. Sadam sadar duduk di kursi parlemen merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat rumit pada tataran legislatif.Â
Kendati perjuangan membela rakyat kecil harus diprioritaskan, tidak akan cukup jika Sadam hanya berada diluar parlemen. Suara Rakyat perlu dikawal hingga mencapai titik tertinggi perjuangan. Rakyat kecil membutuhkan sosok sebagai penyambung lidah Rakyat secara vertikal, Rakyat kecil juga membutuhkan sosok revolusioner yang progresif dalam memperjuangkan hak-hak Rakyat kecil, buruh tani dan masyarakat miskin kota.
Atas dasar itu Sadam terpikat untuk terjun ke dunia politik. Partai yang menjadi tempat berlabuh dan berdedikasih adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Didirikan oleh tokoh reformasi  Bapak Amin Rais pasca lengsernya rezim Soeharto sebagi Presiden Republik Indonesia yang berkuasa lebih kurang dari 32 tahun lamanya. Sadam masih baru dalam berpartai politik, kendati posisi strategis mampu diembannya yakni sebagai Sekretaris DPC PAN Tidore Selatan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H