Mohon tunggu...
Muhammad FajriMalagapi
Muhammad FajriMalagapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adventure

Memiliki background sebagai penggiat Alam Bebas, bergabung dengan organisasi Korps Pencinta Alam (KORPALA) di Universitas Hasanuddin sejak tahun 2011 – 2020 (Alumni). Bergelar Sarjana Muda dan Master, keduanya diperoleh di Universitas Hasanuddin; Study S1 di bidang Ekonomi sedangkan study S2 dibidang Kelautan, bergelut sebagai surveyor di bidang ekonomi sejak S1 dan S2 sebagai konsultan dibidang ekowisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Sadam Soleman Berjuang untuk Buruh, Petani, dan Kaum Miskin Kota Tidore Kepulauan

27 Oktober 2018   11:18 Diperbarui: 7 Januari 2019   21:13 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Sadam soleman, lahir di Tidore (09/02/91). Anak pertama dari rahim seorang ibu (Almarumah) Mardia Podo [disapa Mar] dan Bapak Samad Soleman [disapa Pat]. dalam historynya kedua orang tua sadam tak pernah  mengenyam pendidikan formal, namun sukses mendidik anak-anaknya hingga sampai ke jenjang sarjana. Do'a dan dukungan diberikan kepada kedua anaknya agar selalu berkenan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sadam Lahir dan besar dari keluarga yang sederhana, atas dasar kesederhanaan itu membuat sadam selalu merasa tersakiti bila rakyat miskin tersakiti, amarah dalam benak seketika mencuat bila ia mendengarnya.

Tidak ada rasa takut yang surut pada diri Sadam dalam memperjuangkan nama Rakyat. Atas nama Rakyat, bedil, ancaman, teror dari kalangan kompredor didepan mata sekalipun tidak dipedulikan Sadam, seribu nyali patut disematkan terhadap pria berusia 27 tahun ini.

Cara Sadam Memperjuangkan Pendidikannya

Semenjak Sadam menduduki bangku sekolah dasar (SD) kelas 3 (1998), kedua orang tuanya memilih untuk pergi berhijrah dari kampung Toloa [dengan alasan faktor ekonomi], mendirikan sebuah gubuk di suatu tempat bernama Kaleha (sebutan bagi orang toloa dan sekitarnya) yang berdekatan dengan Tangaru. Konon, Kaleha merupakan perkampungan awal orang-orang Toloa. Namun kini tidak lagi dijadikan sebagai pusat pemukiman, melainkan dijadikan sebagai pusat aktivitas para petani asal orang-orang Toloa.

Sadam kecil dan adiknya (Wiasanti) juga dibawah oleh kedua orang tuanya. Mereka hijrah dalam kehidupan baru, menetap dan melakukan aktivitas sebagai petani di Kaleha. Mengerti akan kondisi ekonomi kedua orang tuanya yang begitu berat, sadam kecil rela memutuskan untuk berbohong agar tidak pergi ke sekolah guna membantu orang tuanya bercocok tanam.

Ibu sadam (Almarhumah Mar) peduli dalam Pendidikan SD Sadam, rutinitas mempersiapkan segala kebutuhan sekolah Sadam dilakoninya dengan setia (Mulai pukul 04.22 WIT), di belantara hutan penuh bebatuan (masih gelap gulita), ibunda sadam tetap tegar walaupun terdapat ganguan pada matanya (rabun). Tidak ada rasa takut, tidak ada kata menyerah, semangatpun tak pernah surut untuk menyekolahkan anaknya, dan akhirnya sadam berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SD Negeri 1 Toloa di tahun 2003.

Setelah lulus SD, sadam kemudian berhijrah di Gam Tufkange dan tinggal bersama pamanya untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 soasio. Lagi-lagi faktor ekonomi kembali menjadi masalah krusial, sadam tidak ingin lagi membebankan kedua orngtuanya. Sadam bekerja separuh waktu sebagai sampingan dengan berprofesi menjadi penggali pasir setelah pulang dari sekolah, pendapatan dari hasil  jualan pasirnya kemudian ditabung dan dimanfaatkan oleh Sadam untuk menutupi pembayaran sekolah (SPP), membeli seragam dan peralatan sekolahnya lainnya hingga ia lulus SMP pada  tahun 2006.

Setelah lulus SMP di soasio, sadam memutuskan untuk kembali ke Toloa bersama keluarganya, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Tidore  Kelurahan Toloa. 

Aktifitas sadam masih sama seperti sediakala, masih terbiasa dengan membantu kedua orang tuanya di Kebun dan menggali pasir sepulang dari sekolah hingga lulus SMA di Tahun 2009. Masa kelulusan yang tidak begitu dinikmati oleh Sadam, sebab bersamaan ayahnya jatuh sakit. 

Ayah Sadam dianjurkan oleh dokter untuk istirahat dan tidak boleh lagi bekerja keras, akhirnya sadam memutuskan untuk bekerja menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung bagi keluarganya, sembari melanjutkan impian besarnya ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Tingkat Perguruan Tinggi di UNIVERSITAS NUKU KOTA TIDORE tanpa melepas profesi yang ditekuninya sebagai buruh bangunan sampai saat ini. 

Sungguh, ini adalah beban paling besar dalam hidup Sadam, beban menjadi Kepala Rumah Tangga (menggantikan ayahnya), beban dalam pemenuhan biaya perkuliahan, dan beban dalam menjalankan roda organisasi. Semua dilalui dengan sabar dan ketabahan Sadam; hingga ia sukses menyelesaikan study sarjana (S1)  dengan predikat (cumlaude) di bidang Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Sadam Juga Seorang Organisatoris

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun