Mohon tunggu...
M Faisal Adnan
M Faisal Adnan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Penulis, Content Creator

Hai, Saya Adnan. Mahasiswa S1 Sejarah Universitas Gadjah Mada. Saya gemar menulis, tetapi saya tidak bisa mengingat setiap kata-katanya, karena itu saya menuliskannya disini.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Surga Tersembunyi di Dekat Kota Jogja: Puncak Bukit Bibis, Rumah Pelepas Penat bagi Pengayuh Sepeda

16 Desember 2021   22:45 Diperbarui: 17 Desember 2021   00:25 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1970-01-20-061942543-min-61bb748b62a7046b463b38d3.jpg
1970-01-20-061942543-min-61bb748b62a7046b463b38d3.jpg
Makanan kami dibawa sendiri-sendiri dengan baki. Lalu, kami mencari tempat duduk, agaknya duduk di area outdoor yang berdekatan dengan spot view lebih menarik, beruntung ada satu meja kosong. Kami menyantap makanan sembari melihat pemandangan wilayah Kasihan Bantul dari ketinggian. Tampak beberapa pesepeda disana juga menggunakan view ini sebagai latar belakang untuk berfoto. Ada juga yang melakukannya sambil vlogging. Tidak melulu ibu-ibu, karena bapak-bapak pun ikut bergaya membaur dalam berfoto ria.

1970-01-20-061951058-min-61bb747806310e482b181574.jpg
1970-01-20-061951058-min-61bb747806310e482b181574.jpg
Sebagian besar pengunjung disana adalah pesepeda. Ketika mereka makan maupun berbincang, kostum khas pesepeda masih melekat di tubuh mereka. Apalagi dengan aksesoris khas berupa kacamata hitam yang enggan mereka copot dari wajah mereka. Disini, tua muda bebas membaur, bahkan lansia, bercengkrama, berbincang ngalor ngidul, seraya melepas penat dari olahraga bersepeda dan juga rutinitas sehari-hari. Bapak saya yang awalnya tidak mengenal siapa-siapa disitu pun mendapatkan kawan ngobrol baru. Pembicaraan basa-basi di awal lama-lama menjadi topik yang saling dipahami satu sama lain. Dan inilah yang membuat Bapak saya susah diajak pulang oleh Ibu saya karena pembicaraan yang tak henti-hentinya selesai meski kami sekeluarga sudah berkeinginan untuk pulang.

1970-01-20-061951022-min-61bb746662a7044f1b79a2d2.jpg
1970-01-20-061951022-min-61bb746662a7044f1b79a2d2.jpg
Karena dirasa menikmati pagi di Puncak Bibis sudah cukup, kelurga kami memutuskan untuk pulang. Mengambil motor yang menunggu di area parkir, dan bergegas keluar dari area warung. Rute yang kami tempuh sedikit berbeda, jika sebelumnya kami bisa menuruni bukit begitu sampai di pertigaan terdekat, maka kali ini kami mencoba lewat sejenak ke jalan satunya yang berlawanan dengan arah ke warung tadi. Jalan awalnya cukup halus meskipun ngeri karena melewati area tengah puncak. Namun, setelah 100 meter, jalan aspal seketika berubah menjadi jalan aspal yang banyak berlubang, becek, dan penuh gronjalan (batu-batuan). Ibu saya yang ketakutan akan keselamatan kami akhirnya meminta untuk memutar haluan.

1970-01-20-061951060-min-61bb743f06310e38b03b0ca2.jpg
1970-01-20-061951060-min-61bb743f06310e38b03b0ca2.jpg
Kami kembali ke pertigaan di awal tadi, selanjutnya yaitu melewati jalan yang menuruni bukit. Dorongan angin dan medan miring membuat motor saya tidak perlu terlalu digas agar kecepatannya tidak terlalu tinggi, itupun sudah membuat ibu saya merengek untuk jangan cepat-cepat. Kemudian melewati jalan yang lurus, dibatasi oleh areal persawahan seperti sedia kala. Rute perjalanan pulang kami setelah ini melewati jalan yang sama. Hanya kami tidak melewati desa Gamping dan daerah Madukismo, karena Bapak saya memberikan rute lain yang lebih cepat yaitu dengan lurus ke arah Ngentak, kemudian ke Tamantirto. Setelah bertemu Ring Road selatan, kami terus lurus menuju utara ke daerah Ambarketawang. Dimana kemudian akan membawa kami ke arah pulang menuju Patangpuluhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun