2.     Prevensi sekunder
Meningkatkan kesadaran agar dapat dilakukan deteksi dini terhadap perilaku yang mengarah kepada alcohol use disorder. Deteksi dini ini bisa dimulai dari keluarga dengan cara membiasakan diri untuk saling mendengar dan berinteraksi dengan setiap anggota keluarga dengan efektif. Selain itu, sekolah pun dapat berperan dengan cara memberikan pengawasan berkelanjutan yang setelahnya dapat dikomunikasikan dengan keluarga siswa.
3.     Prevensi tersier
Untuk seseorang yang telah memiliki ciri-ciri alcohol use disorder, dapat diberikan pengobatan seperti behavioral treatment yang dilakukan untuk mengubah kebiasaan minum melalui tindakan konseling, pengobatan berupa pemberian obat yang diresepkan dokter yang diberikan untuk menghentikan atau mengurangi kebiasaan minum dan mencegah efek yang tidak diinginkan kembali muncul. Pemberian obat tersebut bisa dilakukan secara mandiri atau digabungkan dengan kegiatan konseling. Selain itu, ada mutual support groups seperti alcohol anonymous yang dilakukan dengan cara bergabung dengan suatu kelompok dengan masalah yang sama untuk dapat saling mendukung dalam mencapai kesembuhan.
Â
Sumber:
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-5). Washington, DC: American Psychiatric Publishing.
Birrel, Diane. Â (2014). Alcohol as selfobject in alcohol use disorder (UCLan journal of undergraduate research volume 7 issue 2). UK: University of Central Lancashire
Gross, Richard. (2010). Psychology: the science of mind and behaviour (sixth edition). UK: Hodder Education
James N Butcher, Susan Mineka & Jill M. Hooley. (2008). Abnormal psychology core concept. US: John Pearson Education Inc.
Wiley, John. (2014). Adult psychopathology and diagnosis seventh edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc