Teleponku berdering. Ada nama Elia disana.
"Lo udah disana?"
"Iya, El,"
"Gue mungkin telat. Macet banget jalanannya,"
"Santai aja. Gue juga lagi ada yang nemenin kok,"
Aku kembali bertemu Nyaman. Mungkin kebebasan tidak akan memberikan bahagia. Tapi Nyaman bisa. Walaupun hanya dengan mata bulat si anak kecil dan pedang kecil barunya.
Dan hari ini,
dua sudut bibirku terayun mantap tanpa alasan sinis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!