Mohon tunggu...
Meyta Salma
Meyta Salma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hot and young

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengurai Kompleksitas Persoalan Melalui Puisi

19 Juni 2023   16:51 Diperbarui: 19 Juni 2023   17:08 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa mereka menginjak es batu dengan telanjang kaki//

(”Sebuah Puisi yang Tak Dapat Ditulis”, Ryeol, hlm. 60 )

            Kesengsaraan dan kenyerian penduduk yang digambarkan dengan menginjak es batu dengan kaki telanjang/. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda, ada yang memang terlahir menjadi orang berada dan ada juga yang perlu bekerja sangat keras demi bertahan hidup. Ditemukan juga persoalan sosial yang berkaitan dengan ketimpangan sosial, seperti dalam puisi ”Kodok Sawah yang Memandang Lantai Dua”. Dalam puisi tersebut, penyair menggambarkan perasaan aku lirik: Pada malam hari setelah menanam padi/ dengan tangisan massal punggung mereka yang diperas/ (”Kodok Sawah yang Memandang Lantai Dua”, Ryeol, hlm. 132). Kesenjangan sosial antara seorang petani yang tenaganya dikuras habis dengan seseorang yang berada di gedung bertingkat.

            Permasalahan sosial yang diangkat dalam tema puisi di atas merupakan realitas sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Kehidupan di kota-kota besar yang di mana memperlihatkan kehidupan yang sebenar-benarnya. Ketimpangan sosial dalam kedua puisi di atas mencerminkan kesenjangan ekonomi yang signifikan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kelompok yang lebih kaya memiliki akses lebih besar terhadap pendapatan, kekayaan, dan kesempatan ekonomi, sementara kelompok yang lebih miskin mengalami keterbatasan tersebut.

            Selain persoalan sosial, penyair pun menyoroti tentang renungannya mengenai perbandingan hidup dengan orang lain. Dalam puisi ”Di Kotak Pos Nomor 203”, penyair mencoba mengungkapkan kecemburuan terhadap kehidupan orang lain yang tampak lebih baik. Penggambarannya terdapat pada larik-larik berikut:

Waktu terus menumpuk di satu-satunya kotak pos//

Kehidupan orang lain selalu tampak lebih ringan daripada kehidupan diri sendiri//

Bagaikan bayangan pohon yang daunnya tertidur menuju kehidupan lain/

ucapan bahwa masih ada tempat untuk kita tuju adalah mitos modern/

(”Di Kotak Pos Nomor 203”, Ryeol, hlm. 50)

            Kecemburuan tersebut tergambar jelas dalam larik-larik di atas. Hal tersebut umum dirasakan oleh sebagian orang yang menganggap kehidupannya lebih rendah atau kurang beruntung daripada orang lain. Merasa dunia ini tidak adil dan hanya baik pada beberapa orang. Alih-alih bersyukur pada apa yang terjadi, sebagian orang merasa iri terhadap mereka yang memiliki kehidupan yang lebih beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun