Mohon tunggu...
Meysha Lestari
Meysha Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Taruna

Menulis yang terpikirkan.... di www.meyshalestari.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sejuta Makna Cinta

18 Juni 2015   13:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tekad bulat, Jay akhirnya merantau ke kekota. Dengan berbekal uang pinjaman dari ayahnya dan ijasah yang dimilikinya, dia mencoba melamar kerja. Tapi tidak satupun perusahaan yang merimanya. Semua menjawab tidak ada lowongan. Setelah gagal berkali-kali, Jay berganti haluan, yang semula mengandalkan ijasah sekolah, beralih mengandakal SIM yang di milikinya. Dia segera diangkat menjadi sopir kontrak di pertamina. Lalu sopir permanen. Kejeliannya melihat peluang yang besar di industri biogas, telah membuatnya menjadi pemasok bioetanol. Dia membeli dari produsen dan menjualnya pada pertamina. Dari cara itu dia mendapat keuntungan, meski hanya sedikit tidak apa. Yang penting halal. Dari uang yang sedikit itu dia membeli saham. Keberuntungan berpihak padanya, menurunnya nilai tukar rupiah menguatkan harga saham yang di belinya. Dari hasil penjualan saham itulah, Jay membeli tanah ayahnya dan membangun rumah di atasnya, lalu mendepositokan sisanya.

Jay tahu, menjadi pengangguran dan bergantung pada kekayaan orang tua, tidak akan membuat Jodha bangga padanya. Tapi bekerja keras, mandiri dan sukses adalah kebanggan semua orang. Namu begitu keraguan terkadang menyapanya. Karena dia tidak tahu pasti apa yang di inginkan Jodha. Akan lebih mudah memenuhinya jika syarat yang di minta Jodha di ucapkan secara gamblang. Seperti kebiasaan banyak orang, rumah mewah, atau harta yang melimpah.

“Jika itu syaratku apakah abang akan kembali menemuiku?”

Jay tersenyum tulus dan meremasnya jemari Jodha dengan mesra, “Kalau itu yang Jodha inginkan, abang pasti akan memberikannya untuk Jodha. Tanpa harus bersusah payah. Karena ayah, pasti akan memenuhi semua syarat itu untuk abang…” Jay meraih dagu Jodha, menatap kedalaman matanya dan berkata, “Tapi bukan itu yang Jodha inginkan dari abang kan? Kalau iya, Jodha pasti sudah membuka amplop coklat dari abang malam itu juga.”

Jodha membalas tatapan Jay dan tersenyum. Keduanya saling menatap dalam tanpa berkata-kata. Tiba-tiba Jodha mendekatkan wajahnya dan mencium mesra bibir suaminya. Jay merasa teruja dan membalas ciuman itu dengan hasrat mengelora. Sesaat dia merasa melayang di udara dengan hati yang berbunga-bunga. Sayang kemesraan itu hanya sekejab saja. Jodha segera menarik wajahnya, dan menatap Jay dengan kelembutan seorang wanita, “Kini aku telah menjadi istri abang. Marilah kita bersama-sama mengusahakan yang terbaik untuk rumah tangga kita. Saling mengerti, memahami dan menghormati…”

Jay mengangguk, “Abang akan berusaha sepenuh hati…untuk selalu mencintai dan membahagiamu.” Lalu di kecupnya kening istrinya sepenuh rasa sayang. Dan malam itu, kedua jiwa itu menyatu dalam ikatan suci yang telah mereka sepakati.

Cinta adalah Memahami sepenuh hati

Berkeluarga adalah tanggung jawab bersama. Jodha sebagai wanita yang telah mandiri sejak usia muda, memahami posisinya. Mengurus rumah tangga adalah tanggung jawabnya. Menyiapkan kebutuhan sehari-hari Jay adalah kewajibannya. Ada rasa bahagia ketika melihat suami berangkat kerja dengan baju rapi dan wajah sumringah. Pulang kerja, meski lelah tapi hati senang tak terkira. Makanan sudah terhidang, baju ganti sudah di siapkan.

Cinta bukan hanya memiliki, tapi juga mengerti dan memahami sepenuh hati. Kebahagiaan yang di cinta adalah kebahagiaannya juga. Kesedihan yang di cinta adalah tanggung jawabnya untuk meringankan duka. Ketika Jay harus terlibat masalah dengan bisnisnya, Jodha membantunya tanpa di minta. Meski Jay tidak mengatakannya, Jodha tahu, apa yang dibutuhkannya.

Begitu pula ketika Jay menyadari tubuh sang istri tidak lagi berisi seperti sedia kala, dia tahu, kalau masalahnya telah membebani pikiran Jodha. Sehingga untuk seterusnya, Jay berusaha untuk hati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan. Karena masalah yang di dapatnya, pasti akan menjadi beban pikiran Jodha juga.

Epilog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun