Mohon tunggu...
Meysha Lestari
Meysha Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Taruna

Menulis yang terpikirkan.... di www.meyshalestari.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sejuta Makna Cinta

18 Juni 2015   13:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejuta Makna Cinta by Meysha Lestari. Cinta itu misteri tetapi tidak dalam setiap misteri ada cinta. Kebencian dan kasih sayang adalah tanda cinta, itu juga misteri yang belum terpecahkan hingga kini. Kenapa kebencian selalu menyertai kasih sayang atau kenapa kasih sayang tak pernah bisa mendeteksi hal serupa dirinya yang tersemat di hati yang lain? Tanpa keraguan, tanpa penafian. Itu juga misteri. Kalau cinta memiliki radar maka akan mudah menemukan cinta yang lain di frekuensi yang sama. Tidak perlu menunggu hingga ada yang datang untuk menyatakan perasaan atau bersusah payah menyembunyikannya di balik cadar agar tidak ketahuan kalau sedang mencinta. Karena Cinta di frekuensi yang sama akan saling menemukan. Seperti bunga dan kumbang, atau bintang dan langit malam yang tidak bisa saling menyembunyikan

Jika Jay tahu kalau Jodha mencintainya sepenuh hati, dia tidak akan merasa gelisah setiap hari. Dan jika Jodha tahu, kalau Jay mengasihinya setulus jiwa, dia tidak akan bersikap jual mahal. Tapi ketakutan yang menyelimuti perasaan telah membuat keduanya menyembunyikan cinta sejati yang dimilikinya di balik cadar yang tak tembus penglihatan. Masing-masing saling mewaspadai dan menjaga diri. Tapi tidak pernah berputus asa. Karena takdir telah menentukan agar mereka selalu bersama. Dalam kondisi yang telah mereka tentukan sendiri. Itulah hebatnya. Orang selalu mengatakan bahwa cinta tidak mengenal kondisi. Kedua orang ini malah menciptakan kondisi untuk hidup bersama dan saling mencinta. Meski tanpa mereka sadari cinta itulah yang sebenarnya telah menyatukan mereka. Sekali lagi….tanpa mereka sadari. Karena cinta itu bercadar. Yang terlihat hanya bagian luarnya saja. Bagian dalam… adalah tugas masing-masing orang untuk menebaknya.

Cinta adalah menyayangi tanpa Syarat

Jodha tidak pernah mengenal cinta. Tapi dia mengenal Jay. Pemuda tampan, berandalan terpelajar, dan putra tuan tanah. Mereka berteman. Sering saling menyapa meski tidak banyak bicara. Jika kebetulan berangkat bersama ke sekolah, mereka berjalan berdampingan. Ketika berjumpa di taman desa, mereka duduk berdekatan. Tapi hanya itu saja. Tidak ada canda dan tawa atapun pembicaraan-pembicaraan spektakuler khas kaum muda. Yang mereka ucapkan hanya yang ingin di katakan saja. Sayangnya tidak banyak yang ingin mereka katakan. Jika Jay anak tuan tanah, Jodha lahir di keluarga yang amat sederhana. Yang untuk bisa makan, mereka harus bekerja keras. Pagi hari dia mengerjakan pekerjaan rumah, siang hari mengantar makanan untuk ayahnya di sawah, dan malam hari dia membantu ibunya di warung remang-remangnya. Tapi dia selalu terlihat bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Banyak yang bisa di keluhkan, tetapi lebih banyak lagi yang di syukurinya.

Salah satunya adalah karena Jay sangat mencintainya. Itu yang di dengar Jodha dari bibir lelaki itu sepulangnya ia dari mengembara. Betapa jauh, Jay melalang buana, hatinya tidak bisa melupakan Jodha. Meski banyak gadis cantik yang di temuinya di kota, hanya ada Jodha di benaknya. Namun sayangnya, gadis itu tidak mempercayainya. Bahkan untuk membalas cintanya, hati Jodha tak tergerak sedikit pun juga. Bagi Jodha, Jay adalah mimpi para gadis muda yang selalu ingin menikah dengan pria tampan dan kaya. Dan Jodha tidak pernah mempunyai mimpi yang sama dengan gadis sebayanya. Impiannya terlalu idealis untuk bisa di wujudkan oleh gadis desa seperti dirinya.

Tapi Jay tidak putus asa, bahkan terlihat terlalu memaksa. Dia menjadi bayang-bayang Jodha. Mencoba untuk selalu ada dan terlihat oleh Jodha di manapun dia berada. Pemuda tampan dan kaya itu bahkan tidak segan-segan membantu ayah Jodha di sawah. Karena dia tahu, setiap siang, Jodha akan mengantar makanan untuk ayahnya. Malam hari, Jay duduk manis di kursi pelanggan warung remang-remang ibu Jodha. Karena dia juga tahu, Jodha akan datang membantu ibunya untuk melayani pelanggan di sana. Lalu pulang sebelum malam semakin matang, seorang diri berjalan kaki dalam kegelapan. Jay akan menemaninya. Tentu tanpa banyak kata.

Rutinitas itu di lalui Jay tanpa keluh kesah. Tanpa tuntutan. Walau sambutan yang di terimanya dari Jodha kadang mengecewakan. Jodha tidak pernah bertanya kenapa dia selalu ada di tempat yang tidak seharusnya. Saat melihat Jay menemani ayahnya di sawah, Jodha hanya tersenyum dan tidak bertanya. Menuangkan nasi dan lauk yang sama di dua piring yang berbeda, lalu menyerahkannya pada Jay dan ayah, juga tanpa banyak kata.

Malam hari, Jodha juga melayani Jay sebagai mana pelanggan lainnya. Membuat makanan pesanannya dan mengantarkannya ke meja Jay. Juga tanpa banyak kata. Sepertinya, Jodha sudah menganggap Jay sebagai pelanggan setia.

Tapi tidak begitu dengan Tuan Humayun ayah Jay. Melihat anak tunggalnya menghabiskan waktu seperti itu, dia tidak dapat berdiam diri saja. Dia menemui orang tua Jodha, menyampaikan niatnya melamar Jodha untuk menjadi menantunya. Orang tua Jodha tidak bisa menerima tetapi menyetujuinya. Karena semua keputusan dengan siapa anaknya akan menikah adalah 100% keputusan Jodha. Lalu Tuan Humayun menjumpai Jodha dan bicara empat mata dengannya. Saat itulah dia tahu, kenapa putranya sangat bersikeras untuk menundukan hati Jodha. Karena sifat, karakter dan kecantikannya layak untuk didapatkan oleh lelaki mana saja. Termasuk anaknya. Dalam pikiran Tuan Humayun, hanya wanita seperti Jodha yang pantas mendampingi pria seperti anaknya, yang rajin, teguh pendirian tapi kurang perhitungan.

Jodha tidak hanya cantik dan menarik di pandang mata, tetapi juga berkepribadian kuat, tegas, lembut, mandiri dan bersahaja. Wanita yang jika di letakkan di depan dapat menjadi pemimpin, dan jika di belakang dapat menjadi pengikut yang bijaksana.

Jodha tidak menolak ataupun menerima lamaran Tuan Humayun. Tapi dia berjanji akan memikirkannya. Mendengar janji Jodha, Tuan Humayun senang hatinya. Karena menurut hematnya, hanya seorang wanita bijak yang mau memikirkan sesuatu sebelum bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun