Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbicara yang Tepat di Waktu yang Tepat

24 April 2014   14:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka bisa dijamin, semua akan diam & mengangguk-angguk dalam hati. Maka berakhirlah diskusi atau perdebatan itu.

Catatan:
Jika memang tak ada tipe orang yang suka berbunyi, tak ada salahnya jika kita yang memulai dengan pemahaman dasar yang tentunya sesuai dengan fakta, tidak mengada-ada dan tentunya tidak menyakiti pihak tertentu, untuk memancing yang lain untuk turut beropini.

Itu pengamatan saya di lapangan. Kalau untuk melakukan, saya memang dasarnya tidak suka terlalu mengaktualisasikan diri di kehidupan nyata, dengan pertimbangan memberi kesempatan bagi yang lain untuk mengaktualisasikan dirinya, di samping itu saya merasa masih harus belajar untuk tidak mengedepankan emosi saya di tempat umum. Saat ini masih sedang belajar untuk olah emosi. Karena kalau bicara di depan umum kadang begitu membara. Ehehhehe.

Berbicara dengan seseorang mengenai sebuah permasalahan atau hal yang sensitif

Yaitu membicarakan sesuatu yang bisa saja kita atau dia yang disalahkan atau disudutkan, misalnya sehabis kejadian yang tidak menyenangkan, seperti bertengkar, berdebat, marah, kecewa dll.

1. Jangan berbicara pada saat kita mengetahui diri kita sedang emosi. Sebaiknya tunda dulu untuk mengemukakan pendapat dan alasan kita.

2. Berbicara saat dalam keadaan kita dan dia dalam keadaan rukun & damai & sedang happy menikmati sesuatu dengan membahas masalah dengan santai, seperti "waktu tempo hari saya sangat sedih kamu katakan seperti itu, padahal saya punya alasan mengapa bisa seperti itu" dengan ekspresi santai & jika bisa dalam keadaan bercanda tanpa emosi. Intinya, jangan membahas masalah sensitif dengan cara yang membuat lawan bicara kita sensitif.

Saya jamin, dia akan merasa bersalah dengan sendirinya & belajar untuk memahami sudut pandang kita. Keterbukaan itu memang perlu tapi perlu juga tahu kapan waktu yang tepat untuk terbuka tentunya dengan cara yang lebih manusiawi.

Cara ini selalu saya gunakan dan selalu berhasil, entah kepada teman, mama, kekasih, saudara dll.

Berbicara dengan orang yang keras kepala

Pahami orang yang keras kepala itu seperti bagaimana dulu. Kalau memang pendapatnya sangat beralasan tak ada salahnya menyampaikan pendapat kita juga dengan alasan yang tidak mengada-ada, tetapi ketika ia mengulang pendapatnya yang sama, maka saat itulah kita harus berhenti demi menghindari membuang-buang waktu membahas sesuatu yang berputar di situ-situ saja, tidak mengalami perkembangan. Usahakan berbicara dengan orang yang keras kepala yang mampu menghargai pendapat orang lain jika memang kita sedang mood untuk berdiskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun