Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Menulis

4 Juli 2014   04:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:34 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena kebiasaan menganalisa karya sastra, maka itu juga membuat saya suka sekali menganalisa suatu masalah & terus memikirkannya. Karena membaca tulisan saya, teman-teman (dari yang muda hingga tua) saya mempercayai saya dalam membantu mereka menyelesaikan masalahnya.

Karena sejak setahun itu saya selalu menulis, akhirnya menulis menjadi kebutuhan saya. Saya jadi gila baca, bacaan saya lebih banyak mengenai berita ataupun status-status orang lain & prosa, bukan buku motivasi atau filsafat meski saya memilikinya tapi tak pernah habis saya baca selama bertahun-tahun. Tepatnya, saya lebih menyukai apa yang terjadi di sekeliling saya untuk saya amati, pelajari & saya ambil pelajarannya. Itulah saya jarang tahu benar kutipan-kutipan familiar kecuali dari kitab suci untuk saya masukkan dalam tulisan saya. Saya lebih suka menyampaikan sesuatu dengan cara saya.

Satu per satu teman-teman saya mulai lulus, tetangga-tetangga saya mencibir saya bahwa saya belum selesai-selesai meski saya tidak perlu menjelaskan kepada mereka apa yang menjadi halangan saya. Dalam masa itu saya terlatih menjadi orang yang tidak dengki kepada orang lain ketika teman-teman saya berhasil berlomba dengan waktu, sehingga saat itu saya memiliki prinsip bahwa saya tidak mau berlomba dengan waktu, waktu adalah kawan saya yang menjadi saksi apa yang saya lakukan bersamanya, yaitu berbagi dengan tulisan.

Dan akhirnya dengan menulis  saya mendapat banyak sahabat dan saya bersyukur bahwa mama selalu mendukung apa yang saya lakukan. Saya menjadi terlatih untuk menjadi pribadi yang berguna sesegera mungkin bagi orang lain, sehingga saya sangat suka ketika mendengar teman-teman saya curhat & belajar dari pengalaman mereka.

Lalu tak lama kemudian teman-teman saya yang setingkat dengan saya di jurusan lain sudah lama selesai & mereka mengeluh bahwa sulitnya mencari pekerjaan sedangkan kata mereka malah saya berkali-kali ditawari pekerjaan meski belum selesai. Bahkan salah satu di antara mereka mengatakan bahwa rata-rata pekerjaan saat ini membutuhkan syarat Bahasa Inggris ketika banyak orang yang mengatakan kepada saya bahwa mau kerja apa sarjana Sastra Inggris itu?

Beberapa waktu lalu saya menelpon teman saya untuk memastikan bagaimana proses wawancaranya berjalan karena saya sangat berharap bahwa teman saya ini segera mendapatkan pekerjaan setelah selama belakangan ini ia mengeluh mengenai sulitnya mendapat pekerjaan sesuai jurusannya. Sebelum-sebelumnya saya berbagi pengetahuan bagaimana menghadapi proses wawancara dari berbagai sumber yang saya dapatkan dari seminar-seminar saat saya masih aktif dulu, ataupun dari tulisan-tulisan yang saya baca.

Saat saya tanya, dia mengatakan bahwa sekolah swasta yang mewawancarainya ternyata membutuhkan seorang yang biasa menulis (dia lulusan PGSD). Dia mengatakan "saya jadi ingat kamu yang kerajinan menulis, kamu banget", saya mengerti bahwa mungkin sekolah swasta itu sudah menerapkan kurikulum yang membuat siswanya aktif. Tapi saya berharap bahwa teman saya ini lulus, karena menulis adalah kemampuan yang bisa diasah asal ada kemauan untuk berbagi.

Saya jadi ingat pilpres kali ini bahwa yang dibutuhkan adalah track record, apa yang sudah kita lakukan yang akan menjadi sesuatu yang layak untuk dijual. Tak menutup kemungkinan dengan menulis kita akan mendapat promosi. Maka ketika saya selalu menghadap Penasehat Akademik saya, yang selalu beliau tanyakan bahwa apakah saya memiliki kegiatan lain sehingga saya menunda tugas akhir saya? Dan tidak memarahi saya.

Jujur, semenjak saya sakit, saya benar-benar jera menjadi seorang yang ambisius. Dan lebih dapat berguna bagi orang lain sesegera mungkin ketika saya dibutuhkan sesuai kemampuan saya telah menjadi prinsip hidup saya. Dan dalam hati saya meyakini bahwa rejeki saya, Tuhan sudah atur. Dan rasa-rasanya memang saya tidak perlu marah pada Tuhan karena saya sudah tahu harus jadi apa saya sebenarnya & prinsip apa yang harus saya pegang dalam menjalani hidup ini.

Dan karena menulis, membuat saya lebih terlatih untuk tahu apa yang perlu dan tidak perlu saya lakukan dalam menyikapi suatu hal. Menulis adalah latihan kepribadian secara tidak langsung. Karena cara mengingat suatu pelajaran adalah dengan cara menuliskannnya. Itulah yang membuat saya terlatih untuk bersikap sebagaimana mestinya meski tak akan pernah sempurna. Dan dalam masa itu pula, mental saya terbentuk. Ya, selalu ada hikmah di saat-saat yang tidak menyenangkan.

Dan rasa-rasanya, dalam kebebasan berpendapat akhir-akhir ini dengan fasilitas media sosial, menulis akan menjadi gaya hidup pada masa yang akan datang sehingga sekolah-sekolah memang perlu untuk menerapkan kurikulum yang lebih banyak praktek menulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun